Happy reading.
>><<
Seorang laki-laki tampan dengan rambut berwarna hitam kecoklatan itu menghentikan motornya di depan rumah yang terlihat sepi. Beberapa kali ia mengecek ponselnya sampai terlihat seorang perempuan yang berjalan keluar dari dalam rumah tersebut.
"Udah lama nunggu?" tanya gadis itu seraya mengunci pagar rumahnya.
"Belum."
Laki-laki itu kembali naik ke atas motornya dan membawa gadis itu pergi menerobos panasnya Jakarta siang ini. Laki-laki itu adalah Haris. Sejak kejadian beberapa hari lalu, Renata sudah memaafkannya dan mereka berdua kembali dekat meski tanpa ada status yang jelas.
Motor tersebut berhenti di depan rumah dengan sebuah pohon besar yang berdiri gagah di halamannya. Renata turun dan sorot matanya tertuju pada seorang perempuan berumur sekitar lima puluh tahun yang sedang menyuapi anak perempuan yang masih berumur empat tahun.
"Abang darimana?" tanya anak perempuan itu.
"Dari rumah temen," jawabnya seraya mengusap puncak kepala gadis itu. Tatapan matanya beralih pada perempuan paruh baya yang berdiri di samping adik perempuannya.
"Mbok, tolong dibawa masuk dulu, ya."
Perempuan paruh baya itu menuntun anak perempuan di sebelahnya untuk masuk ke dalam rumah melalui pintu belakang yang sejak tadi sudah terbuka.
"Itu adek gue, Re ... yuk, kita duduk di dalem aja," ucapnya.
Renata terpanah melihat Haris yang berubah menjadi lembut ketika berbicara dengan adik dan pengasuhnya tadi. Sisi arogan laki-laki itu seketika lenyap setelah memasuki rumah bernuansa abu-abu ini.
"Gue gak pernah tau lo punya adek, Ris."
"Dulu dia tinggal sama nyokap, di Bandung."
Haris membiarkan Renata duduk di sofa panjang yang berada di ruang tamu. Sedangkan dirinya masuk ke dalam untuk membuatkan gadis itu minuman dingin.
Gadis kecil yang merupakan adik dari laki-laki itu keluar dengan pakaian yang sepertinya baru saja di ganti.
"Mbak, saya tinggal pulang dulu, ya," ucap perempuan tua itu.
"Iya, Mbok."
Perempuan tua itu meninggalkan gadis kecil yang saat ini duduk di sebelah Renata. Gadis itu tidak pernah berurusan dengan anak kecil, sampai membuatnya benar-benar terdiam membisu tanpa tau harus melakukan apa.
"Kakak wangi, deh," ucap gadis itu polos.
"Makasih, kamu juga wangi, lho."
Gadis kecil itu tersenyum manis, sangat manis. Senyumannya sekilas mirip dengan senyuman ayahnya yang sudah lama meninggalkan Renata dan memilih untuk bekerja di luar kota.
"Nama kamu siapa?" tanya Renata perlahan menggeser duduknya untuk dapat lebih dekat dengan anak perempuan itu.
"Venus. Kakak?"
"Aku Renata."
Haris kembali dengan membawa dua gelas minuman di tangannya. Namun raut wajahnya terlihat sedikit berubah.
"Kenapa, Ris?"
"Re, makanannya kita beli di luar aja, ya?"
Renata tersenyum penuh arti. "Gue masakin aja, ya?"
Gadis itu berjalan menuju dapur dan melihat sekelilingnya. Sudah lama ia tidak datang ke tempat ini. Dulu, saat pertama kali ia datang ke rumah ini, Haris hanya tinggal sendiri dan rumah ini masih sangat kosong tanpa barang-barang elektronik yang lengkap.
KAMU SEDANG MEMBACA
Salah Rasa
Fiksi RemajaMencintai seseorang yang masih menyimpan rapih kenangan bersama masalalunya adalah seni menyakiti diri sendiri. Cinta akan menjadi baik ketika kita memilih pilihan yang tepat, pada rasa yang tepat, waktu yang tepat, dan dengan cara yang tepat pula. ...