• 26 || Salah Rasa

32 1 0
                                    

Happy reading.

>><<

Tepat tanggal satu Januari, pukul delapan pagi. Semua teman-temannya mungkin masih tertidur pulas di kamarnya masing-masing. Diandra, gadis itu duduk di bagian belakang vila sambil menatap langit yang saat itu terlihat begitu cerah. Pikirannya kosong.

"Ra."

Gadis itu menoleh, melihat Adhit dengan muka bantalnya dan rambutnya yang acak-acakan sedang berjalan ke arahnya sambil membawa dua gelas cokelat panas di kedua tangannya.

"Sini, Dhit." Diandra menepuk beanbag kosong di sebelahnya.

"Ngapain ngelamun di sini?" Laki-laki itu menyodorkan salah satu gelasnya dan ikut duduk di sebelah Diandra.

"Makasih," ucapnya sambil meraih gelas itu. "Dhit, kamu beneran mau nge-band lagi?" tanyanya masih dengan tatapan kosong ke arah langit.

"Kata siapa, Ra?"

"Feby."

Adhit menghela napas pelan, ia sama sekali tidak menyangka jika berita ini lebih dulu sampai ke telinga Diandra sebelum dirinya sendiri yang mengatakannya.

"Iya," jawab Adhit singkat.

"Tapi kamu tau kalo orang tua kamu gak kasih izin untuk itu, Dhit."

"Makanya aku mau buktiin ke mereka kalo aku bisa. Kamu percaya aku, kan, Ra?"

"Nanti kita gimana, Dhit?" Adhit mengerutkan keningnya. Diandra benar-benar sudah memikirkan semuanya terlalu jauh.

Hening. Laki-laki itu meminum minumannya dan menatap kolam renang di depannya dengan tatapan kosong.

"Kamu mau ikutin jejak abang kamu, kan?"

"Galih bisa sukses karena musik, Ra. Banyak orang kenal dia karena penampilan dia dari panggung ke panggung."

"Tapi dia meninggal juga karena itu, Dhit."

"Dia kecelakaan, bukan karena musik!"

"Dhit-,"

"Ra, udah, ya! Kamu kenapa jadi kayak papa sih, Ra? Harusnya kamu bangga sama aku, dukung aku. Bukannya malah ikut ngelarang aku kayak gini."

Adhit bangkit dari tempat duduknya dan kembali masuk ke dalam vila untuk bergabung dengan teman-temannya yang lain.

Arghh!!

Diandra mengacak rambutnya. Padahal, bukan itu yang ingin ia katakan. Padahal, ia hanya takut jika nantinya Adhit terlalu sibuk dan lupa dengan dirinya. Padahal ... ia hanya takut kesepian.

•••

Pukul sebelas siang. Mereka sudah rapih dan siap meninggalkan vila milik keluarga Keenan untuk kembali pulang. Tidak sama seperti saat berangkat, Diandra memutuskan untuk bertukar tempat dengan Fathur dan duduk bersama kedua temannya. Suasana menjadi canggung, gadis itu memilih untuk menggunakan earphone dan Adhit memilih untuk diam tanpa mengatakan apapun.

Teman-temannya yang lain pun hanya bisa ikut terdiam dan sibuk dengan urusannya masing-masing. Benar-benar canggung.

Sepanjang jalan, selama kurang lebih tiga jam. Di dalam mobil mereka hanya terdengar suara musik yang sengaja diputar kencang oleh Adhit dan sayup-sayup suara Annastasya dan Livy yang entah sedang membicarakan apa.

Mereka semua berhenti di rumah Keenan. Terkecuali Diandra. Tersisa gadis itu dan Adhit yang masih memilih diam di dalam mobil. Diandra menatap ke luar jendela mobil sedangkan Adhit fokus menatap jalan tanpa melirik Diandra sedikitpun.

Salah RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang