• 19 || Salah Rasa

21 1 0
                                    

Happy reading.

>><<

Renata berjalan cepat menuju kelasnya. Jauh di belakang gadis itu, Adhit memperhatikan Renata dengan tatapan elangnya. Laki-laki itu berlari kecil dan berhenti di sebelah Renata.

"Rena."

Gadis itu berhenti, hanya Adhit yang berani memanggilnya dengan nama panggilan itu selain almarhum ibunya. Ia menoleh. "Jangan panggil gue Rena, Dhit."

"Sorry."

"Kenapa lo panggil gue?"

"Kemarin Fathur liat lo pulang sama Haris. Lo gak papa, kan?"

"Gue gak papa, Dhit ... yaudah gue duluan, ya."

Gadis itu berjalan mendahului, Adhit mengepalkan tangannya sampai memerah. Haris pasti punya rencana buruk dengan gadis itu.

"Dhit, lo ngapain berhenti di sini?" tanya Diandra yang baru saja datang dari arah belakang. Ia melihat Renata yang sudah berjalan jauh di depannya.

"Gak kenapa-napa."

"Yaudah, yuk, ke kelas."

"Ra, nanti gue gak bisa anter lo ke toko buku ... gak papa, kan?"ucap Adhit ketika ia teringat percakapannya dengan Diandra semalam melalui telepon.

"Tapi lo udah janji," jawabnya singkat.

"Iya, sorry banget gue lupa kalo nanti sore gue ada acara di rumah Bima."

"Acara apa?" tanya Diandra. Nadanya terdengar sedikit kecewa dengan laki-laki itu.

"Birthday party."

"Kok lo gak bilang ke gue sebelumnya, Dhit."

"Makanya sekarang gue bilang, Ra."

Diandra mengangguk. "Yaudah, gak apa-apa."

"Gue suruh Fathur anter lo, ya?"

"Gak usah, Dhit. Gue sendiri aja."

"Kabarin gue, ya, Ra?"

Diandra mengangguk lesu, tiba-tiba saja Adhit mengacak puncak kepalanya yang membuat gadis itu tersenyum dan melupakan perasaannya.

•••

Bel masuk sekolah berbunyi nyaring ke seluruh pelosok sekolah. Perempuan paruh baya dengan rok span selutut dengan rambut sebahu, masuk  ke dalam kelas sambil membawa beberapa buku di tangannya dan diikuti oleh seorang laki-laki di belakangnya sambil membawa gitar di tangannya.

"Makasih, ya," ucapnya pada laki-laki yang langsung berjalan ke luar itu.

"Kalian masih ingat pasangannya masing-masing, kan? Hari ini kita seleksinya, ya. Untuk pasangan terbaik akan mewakilkan kelasnya untuk tampil di acara tahunan sekolah kita."

Adhit menatap Diandra, begitupun gadis itu. Diandra tau ini adalah hal yang paling di tunggu-tunggu oleh Adhit untuk menunjukan kemampuan kepada orangtuanya. Adhit berjalan menghampiri gadis itu.

Salah RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang