Happy reading.
•••
Minggu pagi dengan matahari yang cukup terik membuat keringat gadis itu membasahi wajahnya. Diandra sedang duduk di taman yang berada tidak jauh dari rumahnya setelah lelah berlari selama kurang lebih satu setengah jam. Ia menenggak air mineral yang ia bawa dari rumah.
"Hai," ucap seorang laki-laki yang sedang melintas dan tiba-tiba berhenti di depannya.
Diandra yang mengenali laki-laki itu langsung bangkit dari tempat duduknya dan berusaha untuk menghindar.
"Tenang aja, gue gak sejahat yang temen-temen lo bilang kok," ucapnya lagi. Diandra menatap laki-laki itu intens.
"Kenalin, gue Haris." Laki-laki itu menyodorkan tangan kanannya. Dengan sedikit ragu, Diandra membalas uluran tangan itu sembari menyebutkan namanya.
"Diandra," ucap gadis itu pelan.
"Lo biasa jogging di sini?" tanya Haris ketika Diandra sudah kembali duduk di tempatnya.
"Kadang," jawabnya singkat.
Haris mengangguk, laki-laki itu menenggak minumannya sambil menatap lurus ke depan. Sedangkan Diandra fokus pada wajah laki-laki itu. Apa yang membuat Adhit melarangnya berurusan dengan Haris?
"Lo punya masalah apa sama Adhit?"
Laki-laki itu menoleh sebentar, membuat Diandra merasa bersalah dengan pertanyaannya.
"Mm, itu juga kalo gue boleh tau," lanjutnya.
"Ck! Biasalah, laki-laki, masalahnya gak jauh dari perempuan," ucapnya sambil kembali menenggak minumannya.
"Maksudnya?"
"Jadi dulu Adhit gak terima kalo gue pacaran sama Renata... lo kenal Renata, kan?"
"Iya, tau. Tapi kenapa Adhit harus gak terima kalo lo pacaran sama Renata?"
"Karena dari dulu dia naksir sama cewek itu. Makanya gue kira dia bakalan pacaran sama Renata, ternyata malah sama lo."
Diandra terdiam, ia berusaha menelaah setiap ucapan yang keluar dari bibir laki-laki itu.
"By the way, lo udah berapa lama pacaran sama Adhit?"
"Baru, sih."
Haris bangkit dari tempat duduknya, dan menatap Diandra yang juga menatapnya bingung. "Gue cabut duluan," ucapnya lalu melangkah menjauh dari taman itu.
•••
"Adhit berantem woy sama si anak baru!!" teriak salah satu laki-laki dengan suara nyaring memenuhi lorong sekolah.
Teriknya matahari semakin dibuat panas oleh kumpulan manusia yang berdiri di sepanjang lorong, bahkan mengintip dari balik jendela untuk melihat apa yang terjadi di sekolahnya.
"Cari gara-gara lo sama gue, bangsat!!"
Pukulan Adhit membabi buta, ia tidak terlihat seperti Adhit yang biasanya. Kali ini Adhit lebih terlihat seperti monster yang mengerikan sehingga membuat tak satupun orang mampu menghentikannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Salah Rasa
Teen FictionMencintai seseorang yang masih menyimpan rapih kenangan bersama masalalunya adalah seni menyakiti diri sendiri. Cinta akan menjadi baik ketika kita memilih pilihan yang tepat, pada rasa yang tepat, waktu yang tepat, dan dengan cara yang tepat pula. ...