-¹⁵

37 3 0
                                        

ini di kediaman keluarga lalu
terlihat banyak orang yang datang untuk melayat, setelah mengurus administrasi di rumah sakit tadi kenzu,pun langsung membawa jenazah kakeknya pulang ke rumah.

Pemakaman akan di adakan besok pagi, karena jenazah almarhum kakek baru saja sampai tadi jam 10:00, banyak para warga yang berdatangan untuk sekedar membaca Yasin.

Lain halnya dengan Kenzu yang mengurung dirinya di dalam kamar.

Terdengar suara ketukan pintu.

Tok tok ...

" Masuk" Azga pun membuka pintu, dan masuk kedalam kamar Kenzu dengan nampan di tangannya yang berisi nasi.

Azga pun mengambil polpen dan buku yang berada di atas meja" den kenzu makan dulu ya"

" Saya tidak lapar"

" Tapi den kenzu belum makan, dari tadi sore"

Tanpa mengatakan sepatah katapun kenzu mengambil nampan nasi yang di bawa kan oleh Azga tadi, ia pun mulai menyendokan nasi kedalam mulutnya.

Azga pun hanya terdiam mengamati setiap gerakan yang kenzu lakukan.

" Nih udah" Azga pun mengangkat satu alisnya, ia melihat piring nasi yang isinya hanya berkurang sedikit.

Azga pun memberikan sebuah kertas pada kenzu.

Kenzu pun merasa bingung kertas apa yang di berikan Azga padanya.

" Walaupun, aku bukan orang yang sangat mengenalmu tapi, aku yakin kamu orang yang hebat dan kuat, Jagan pernah merasa sendiri, masih ada aku dan bik Ira, Mungkin aku juga tidak pantas untuk menulis ini buat kamu, karena aku tau kamu sangat membenciku, semu yang hidup pasti akan mati, sekuat apapun kita mempertahankan itu pasti kematian yang akan menang "

*Azga*

Setelah memberikan kertas tersebut pada kenzu, Azga pun langsung keluar dari dalam kamar meninggalkan kenzu sendiri, yang masih termenung dengan kepala yang terus menunduk.

Sementara di luar para tamu yang datang melayat pun satu persatu meninggalkan kediaman keluarga Lalu, tiba-tiba pintu depan terbuka memperlihatkan lalu dan Abiyan.

Wajah mereka berdua yang tadi di hiasi dengan senyuman kini langsung luntur saat melihat sebuah jasat yang terbaring di ruang tamu.

" A-yah.." lalu pun langsung berlari kearah jasat kakek ia langsung memeluk jasat kakek dengan begitu erat air matanya pun terus mengalir.

Kenzu yang baru saja keluar dari kamar mandi pun merasa terusik dengan kegaduhan di luar, kenzu pun langsung berjalan kearah ruang tamu,. Ia melihat ayahnya sedang memeluk tubuh kakeknya.

Sementara Abiyan hanya terpaku dengan apa yang dilihatnya sekarang.

" Anda dari mana saja" lalu pun langsung menoleh kearah sumber suara.

Sementara kenzu hanya membalasnya dengan tatapan yang tak bisa di artikan.

"Maafin parah nak" lalu pun berusaha untuk menggapai tangan anaknya, tapi tangany langsung di tepis oleh kenzu.

" Heh! minta maaf pada ayah anda bukan pada saya, karena di saat ia mengalami hal yang begitu menyakitkan anda tidak berada di sampingnya" air mata lalu pun semakin deras, mendengar apa saja yang baru di katakan anaknya.

" Ini semua bukan salah papah " kenzu pun hanya menanggapinya dengan seringan yang terlihat begitu Serama.

" Jadi?! Ini salah siapa? " Dengan ekspresi wajah yang begitu mengejek.

" Kemaren aku yang minta papah buat jenguk aku di pondok "

" Ouuu, apa saya terlihat perduli" terlihat kepalan tangan kenzu yang begitu kuat.

KENZU Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang