-²²

41 3 0
                                    

Di atas motor pun hanya ada keheningan, entah apa yang di dalam pikiran kenzu dan Azga, sehingga mereka berdua terus saja terdiam. sekedar untuk memegang pinggang kenzu pun Azga merasa takut, tubuhnya pun terasa semakin lemas, kepalanya pun terasa pusing, tapi sebisanya Azga untuk menahan itu.

Setelah cukup lama menahan pusing dan lemasnya, kini kenzu dan Azga pun sudah sampai di depan rumah.

Dengan tenaga yang masih tersisa Azga, pun berusaha untuk turun dari atas motor milik kenzu.

Baru'saja kaki Azga menyentuh tanah, badannya tiba-tiba saja langsung terjatuh keatas tanah,.

kenzu  pun masih berusaha melepaskan helem yang di pakainya, pun tak menyadari, bahwa Azga kini sudah pingsan.

" Kamu'langsung masuk rumah aja isti- " saat kenzu menolehkan kepalanya kearah belakang, ia begitu terkejut melihat Azga yang tergeletak tak sadarkan diri di atas tanah.

Kenzu pun buru-buru mengangkat tubuh Azga, dan dengan langkah yang terburu-buru ia membawa Azga masuk kedalam rumah.

" Azga... Bangun" kenzu terus saja menepuk-nepuk pipi Azga, yang masih tertutupi oleh nikobnya.

" Bikk..."

" Iya den" bik Ira pun langsung menghentikan kegiatannya yang sedang memotong bawang.

" Cepetttt!!bik"

" Iya den, Ada apa"

" Tolong cariin minyak kayu putih"

" Baik den "

Kenzu pun melepaskan nikob yang di gunakan oleh Azga dengan perlahan. lalu ia langsung merubah posisinya yang tadi berjongkok di samping Azga kini, ia sedang memangku kepalanya Azga.

" Hay tolong bangun" dengan wajah yang terlihat begitu sendu.

" Ini tu-" bik Ira pun terpana melihat kecantikan Azga, apa lagi laki-laki. Jujur bik Ira baru pertama kali ini melihat wajah Azga.

" Maju bikk, susah saya ngabilnya"

Bik Ira pun masih belum sadar dari lamunannya.

" Bikkk!!"

" Iya den " bik Ira pun memberikan, botol minyak kayu putihnya pada kenzu.

Dengan perlahan kenzu,membuka penutup minyak kayu putih yang di mintanya pada bik Ira tadi.dan mengarahkan minyak kayu putih tersebut di depan hidung Azga.

Terlihat kelopak mata Azga yang mulai bergerak-gerak, dan dengan perlahan kedua matanya terbuka.

" Hay liat aku" tadi wajah kenzu yang terlihat sendu dan panik kini pun sudah mulai normal seperti semula.

Azga pun langsung mendongakkan kepalanya, kearah kenzu.

" Ya Allah, semoga wajah aku enggak keliatan merah"

Belum sepenuhnya sadar, kenzu sudah mengangkat tubuh Azga kedalam gendongannya.

" Bik ntar bawain saya makanan ke kamar"

" Siap den" dengan gerakan jempol di acungkan kedepan.

Kini kenzu sedang membaringkan tubuh, Azga di atas tempat tidur, kenzu pun beralih ke sepatu yang di gunakan oleh Azga, ia melepaskannya dengan perlahan. Setelah membuka sepatu Azga ia juga ikut membuka sepatunya, lalu mulai memposisikan dirinya duduk di samping Azga.

Azga yang sedari tadi, pun hanya bisa diam tanpa melakukan gerakan apapun, yang bergerak hanya lah matanya, melihat setiap gerakan yang di lakukan oleh kenzu.

" Perlu aku panggil dokter?"

Azga pun langsung menggelengkan kepalanya.

"Walaupun kamu enggak mau aku bakal, tetep nelpon dokter Buat meriksa keadaan kamu" kenzu pun mengambil henponya dan mulai menghubungi dokter peribadi yang bisa di hubungi oleh keluarganya.

KENZU Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang