Raganya hadir saat kamu butuh.
Namun hatinya? Hatinya bukan untuk mu.
Melainkan untuk orang yg ia cintai.--------
Michelle sudah tiba di rumah. Saat ia tiba, rumah itu tak berpenghuni. Tumben sepi, paling pergi batin Michelle, lalu melangkahkan kaki nya untuk memasuki rumahnya.
Hari ini, ia sangat lelah. Ia segera pergi mandi dan beberapa menit ahkirnya diapun selesai, ia menidurkan badan nya.
"Huh.. Lelah banget" Keluh nya.
Michelle itu, kuat. Hanya saja, kita tidak tau akan sampai mana pertahanan Michelle kuat.
Dia..
Hanya mengingin kan sebuah rumah untuk nya pulang. Rumah yg dapat mendengarkan keluh kesah nya, rumah yg mampu menyambutnya saat ia pulang.Rumah...
Yg sanggup menerima Michelle dengan baik.yg mampu menjaga dan tulus menyayanginya.--~~~~---
Matahari sudah berani menampakkan sinarnya.
Sinarnya pun sampai masuk ke celah celah jendela kamar Michelle.
Pagi hari sudah tiba, Michelle segera bangun lalu bergegas mandi.
Setelah mandi, ia pun berseragam secepatnya.
Lalu turun ke bawah. Saat ia turun kebawa, ternyata ada Leon.Mau apa dia ke sini, sepagi ini? Pikir Michelle.
"Ngapain pagi-pagi udah nangkring di rumah orang?"tanya Michelle dengan nada yg kaget.
Yg di tanya hanya cengegesan.
" Sengaja, supaya bisa bareng sama lo" Balas leon, membuat Michelle merotasikan kedua Bola matanya."Hm, yudah. Yuk berangkat" Ajak Michelle.
Dan ia yg mendengar suara Michelle segera memanggil Michelle. "Ga makan dulu sha?" Tanya dania. Dan mendapatkan gelengan kepala oleh Michelle, "ga, ntar aja di sekolah. Takut telat" Sahut michelle. Lalu menarik tangan leon.
"Woi.. Selow napa, nih tangan gue lo tarik.. " Celetuk leon tak Terima.
Setelah tiba di depan rumah, Michelle pun melepaskan tangannya dari tangan leon.
"Ish, cepet kita berangkat" Titah Michelle, membuat leon menghembuskan nafas lelahnya.Ternyata lo masih sama.
"Iyya bawel" Sahut leon, lalu mereka menaiki mobil leon. Leon menancapkan gas menuju sekolh mereka.
Beberapa menit perjalanan mereka menuju sekolah, akhirnya sudah tiba. Mereka segera turun, lalu melengos menuju kantin bersama.
"Mang, nasi goreng 2 sama es teh 2 yah mang" Pesan Michelle, dan di angguki oleh mang joko.
"Semalam lo, tidur nyenyak kan? " Tanya leon.
"Hm.. Lumyan. Tapi, lo taukan kebiasaan buruk gue sebelum tidur?" Tanya Michelle."Nangis?" Jawab leon, dan di angguki benar oleh michelle. Leon hanya dapat menghembuskan nafas gusarnya pun terdengar.
"Ell, jangan biasa in. Ga baik buat kesehatan lo, lo udah janji sama gue bakalan mau sembuh" Ujar leon menegaskan.
Michelle terkekeh. "Iyya, gue usahain deh" Beonya.
Beberapa menit mereka berbicara, akhirnya pesanan mereka pun tiba.
"Nih neng, den. " Ucap mang joko seraya menaruh makanan dan minuman itu di atas meja. "Makasih mang" Ujar Michelle.Mang joko pun kembali ke warung. Mereka berdua pun makan dengan lancar.
"Al.. "
"Hm? Kenapa?.. "
"Gue rindu jeano. Ano ga rindu ell? Ga rindu sama al?" Ucap Michelle. Seketika saat leon minum, ia berusaha menahan gugupnya.
Mau jawab apa gue.
"Beberapa tahun yang lalu, ano masih ada di indonesia, jakarta. Tapi, waktu al udah pindah ke Bandung, al udah ga tau dimana dia.
Jujur aja sih, al juga rindu sama ano, dia selalu lindungi kita. Paling dewasa, pokoknya dia kek abang buat kita berdua." Sahut leon panjang lebar.Mimik wajah Michelle seketika berubah menjadi sendu. "Tapi, kamu masih tau ga ciri cirinya ano kek bagaimana?" Tanya Michelle.
"Hmm, mukanya agak sedikit brubah. Jelas orang udah baligh, oke. Dia tinggi mukanya hampir masih sama kayak waktu kita kecil. Terus dia hidungnya mancung." Jelas leon.
Setelah berfikir. Ia teringat beberapa kejadian beberapa minggu terkahir.
"Tinggi dan mukanya hampir sama dengan muka kecil ano.. " Gumam Michelle. Kembali mengingat."Aaa... Ell udah inget, pernah waktu gue ngunjungin makam Rachel, ell pernah ketemu sama ciri ciri yg al bilang. Tapi, dia juga di pemakaman. Apa, ada keluarganya yg meninggal? Atau siapa itu?" Ujar Michelle. Membuat leon sedikit terkejut.
Apa? Kematian? Siapa?
"Al juga ga tau ell, nanti al bakalan bantu buat cari ano. Semoga aja, ano masih mau bersama kita. " Ujar leon menenangkan.
Michelle menghembuskan kan nafas nya.
"Huft.. Semoga aja jeano masih ada di sekitaran kita." Lirih Michelle.Leon mengusap bahu tegar itu.
"Udah, nanti kita cari sama sama keberadaan ano. Gimana kalo pulang sekolah aja?" Tawar Leon. Dan di angguki oleh Michelle.***
Sesuai dengan janji Leon, mereka kini sedang berada di dalam caffè, sepertinya Leon menyuruh beberapa orang-orang nya untuk menyelidiki di mana keberadaan jeano.
"Tolong bantu saya namuin orang yg bernama jeano bilancio arkanza.dan kirimkan saya beberapa biodatanya jika kalian menemukan nya" Ucap Leon meminta tolong kepada orang-orang nya.
"Baik tuan, nanti saya kabar kan lebih lanjutnya nanti. Saya dan beberapa anggota akan menyelidiki nya.kalo tidak ada lagi yg ingin di bicarakan, saya pamit undur diri. Permisi" Sahut aron salah satu orang suruhan Leon.
"Baik, makasih atas kerja sama nya" Ucap Leon dengan tegas, dan di angguki oleh aron. Lalu aron pun melangkah meninggalkan meja Michelle dan loen.
"Semoga aja, dia bisa nemuin kamu ano" Gumam Michelle.
"Sabar yah. " Ucap tulus Leon. Dan di balas senyuman hangat di bibir tipis milik Michelle.
***
Don't forget to coment and vote.
Ayo belajar menghargai author._senyum mu, sudah dapat membuat ku tenang.tapi, untuk melihat wajah sedihmu aku tak bisa.
Good night.
21:10 wib Sulawesi Tenggara.
-salam syg Kirana buat kalian pada reader's.
KAMU SEDANG MEMBACA
menangis di jalan pulang (On Going)
Teen Fiction𝙷𝚒𝚍𝚞𝚙 𝚊𝚍𝚊𝚕𝚊𝚑 𝚜𝚎𝚗𝚒 𝚖𝚎𝚗𝚐𝚐𝚊𝚖𝚋𝚊𝚛 𝚝𝚊𝚗𝚙𝚊 𝚖𝚎𝚗𝚐𝚑𝚊𝚙𝚞𝚜. -𝓜𝓮𝓷𝓪𝓷𝓰𝓲𝓼 𝓭𝓲 𝓳𝓪𝓵𝓪𝓷 𝓹𝓾𝓵𝓪𝓷𝓰- Michelle anastasia Shaquille namanya. Gadis dengan seribu luka dan lika liku di hidupnya. Di benci dan tak di angga...