07 : trimah kasih

43 22 3
                                    

Belajar menghargai author please.

-

"Jangan tangisi mereka yang meninggalkanmu demi orang lain,jika mereka cukup bodoh melepasmu,kamu harus cukup pintar melupakannya."

-Amora de Lucasya.

***

Pelajaran pertama sudah selesai. Michelle dan Sandra sedang berada di Rooftop sekolah tersebut. Mereka berbincang singkat, seraya menikmati hembusan angin yg lalu.

"Ra, keknya gue udah mati rasa akan hal kayak gini deh, ra." Lirih michelle kepada Sandra.

Cassandra menoleh ke arah Michelle. Tersenyum tipis, lalu menepuk sekilas bahu sahabatnya ini. "El, mau sesakit apapun lo. Lo harus bisa bertahan, gue tau. Lo ga setegar dan sekuat itu, juga kan?" Ucap Cassandra kepada Michelle.

Sedangkan Michelle hanya tersenyum getir.
"San, apa gue sesusah itu untuk bahagia sebentar aja?" Tanya ell.

Sandra terdiam sekilas dengan penuturan kata ell. "Kalo lo capek, lo lari ke gue aja. Gue akan bales orang yg udah nyakitin lo, ataupun lukain lo" Ucap Sandra begitu tegas. Ell, tersenyum hangat kepada Sandra.

"Thanks yah, lo udah mau bersahabat sama orang lemah kayak gue. Dan maaf, karna gue cmn nyusahin lo doang ra'. " Lirih ell sedikit terkekeh kecil.

Sandra tak menyukai ucapan ell barusan. Ia menatap ell sekilas. Lalu menoleh, untuk menatap langit yg begitu cerah.
"Ell, jangan ngomong kayak gitu. Gue ga suka lo ngomong kayak gitu. Gue akan tetap jadi Sandra yg selalu ada buat lo" Ujar Sandra.

"Tapi, gue udah muak sama drama mereka dra. Gue capek, ada kala nya gue akan lelah. Dan berakhir untuk berhenti" Monolog Michelle.

Cassandra tertawa hambar. Lalu kembali berucap. "Jadi, selama ini. Lo ga anggep kita? Kita ini sebagai apa lo sih ell? Kita mau, bahkan sangat mau nolongin lo, tapi lo selalu nolak. Dan berakhir ngomong 'gue ga mau kalian terbebani karna gue' ga sama sekali. Lo ga jadi beban bagi kita. Sejak kapan? Dan siapa yg bilang?" Ucap Cassandra panjang lebar. Sedangkan yg mendengar hanya menunduk seraya merasakan dadanya yg sesak.

Sakit. Itu yg Michelle rasakan

Tapi, kenapa? Kenapa semesta menginginkan Michelle untuk terus bertahan dan berusaha selalu tegar? Michelle lelah. Ia ingin istirahat, jika perlu. Michelle ingin istirahat selama lamanya.

"Makasih, dan maaf. Maaf karna gue selalu egois dengan rasa yg selalu gue punya. Gue tau, kalian pengen di repotin sama gue. Tapi, gue selalu nolak. Jujur, gue ga mau nambah nambah beban kalian. Kalian udah lebih dari cukup apa yg udah Tuhan kasih ke gue. Thanks karna kalian selalu ada. Bahkan selalu jadi sistem support gue." Ucap Michelle, lalu tersenyum hangat menatap langit.

Ia bahagia, senang, dan juga sedih. Ketiga rasa itu, teraduk menjadi satu.

Hingga Michelle bertemu ke-5 sahabat nya. Ia senang, dan amat bahagia. Ternyata masih ada orang yg menyayangi dirinya. Di saat orang yg ia sayangi tak lagi menyayangi dirinya.

Hening.

Seketika, suara pintu rooftop berbunyi. Menandakan ada seseorang yg datang.
Ternyata Sherin, zey, dan juga Cristal. Mereka datang dengan wajah yg begitu ceria.

"Gue.zeyna anandya grazieulla, bangga memiliki shabat seperti kalian semua, termasuk amora. Gue, gue senang dan bahagia. Kalian datang seperti cahaya ke kehidupan gue." Celetuk zey dengan nada yg begitu tenang dan bahagia.

"Gue, sherina mandalika Guatemala. Merasa beruntung, bisa mengenal kalian. Tetap jadi kawan gue oke? " Cemooh sherin, lalu di angguki kepala oleh mereka semua.

"Dan gue, Cristal ellara Madison. Akan terus sellau sama kalian, semoga saja. Semesta akan tetap berpihak dengan kata persahabatan kita ini" Ucap Cristal lalu mereka semua saling berpelukan. Menyalurkan rasa bahagia. Dan juga rasa beruntung yg mereka semua rasakan.

***

Setelah pelajaran terakhir berlangsung. Akhirnya Michelle bisa pulng. Namun, Tiba-tiba ponsel nya bersuara, menandakan ada pesan yg masuk.

Ting!

Unknown.
Plng sm gue. Gue tgg d dpn
Btw, gue León. Add oke? Jnlup.

Ell.
Oh, ok. Gue kesn yak? Tnng, udh
Gue add kok.

Setelah membalas chat tersbut. Michelle pun menuju ke arah parkiran, ternyata betul. Sudah ada León yg menunggu dirinya di atas motor sport milik cowok itu.

"Udah lama, nunggu nya?" Ucap Michelle menghampiri León.

León berjingkrak kaget, dengan kedatangan tiba-tiba Michelle. "Astaga, ell. Lo kagetin gue tau ga?" Celetuk leon, sedangkan sang empu hanya terkekeh geli.

"Hha, lucu banget kagetnya." Seru Michelle, seraya tertawa. Leon yg melihat Michelle Tersenyum, membuat hatinya menghangat.

Selalu bahagia, meski suatu saat ga ada gue. Bahagia selalu, meski nanti bakalan ada kabar yg akan membuat kalian percaya tak percaya.

Cantik. Itu yg leon deskripsikan tentang tawa yg keluar dari bibir tipis milik Michelle.
Nyatanya, buat lo bahagia bisa sesederhana ini ya? Ini yg gue suka dari lo, ell.

"Eh, yaudah Yuk pulang." Ajak leon lalu di angguki oleh michelle


***

Setelah leon mengantarkan michelle pulang. Ia tak segera pulang, ia menuju suatu tempat yg sangat ia rindukan.

Setelah tiba. Ia pun segera melangkahkan kaki jenjang nya menuju tempat duduk yg terlihat masih sangat terjaga. Padahal sudah sangat lama tak di kunjungi oleh banyak orang.

Ia duduk, seraya menghirup udara yg ada di tempat tersebut.
"Masih sama, ga ada yg beda. " Gumamnya, lalu menatap langit yg akan menampilkan senja nya. "Lo masih sama, tapi yg bedakan kita adalah diri kita masing-masing. Lo dengan versi baru lo, dan gue pun sama" Ucapnya.

Leon terdiam sesaat, lalu mengeluarkan sebuah foto. Seperti foto lama.

Di dalam foto itu, ada 3 anak di dalam sana.
Ada anak lelaki yg lumayan tinggi dari kedua anak itu. Lalu di tengah ada seorang anak perempuan lucu, lantas menampilkan senyum bahagia. Lalu di sebelah anak prempuan itu ada anak lelaki lagi. Namun tak terlalu tinggi.

Seraya melihat foto itu, leon tersenyum. Lalu mengusap foto itu dengan sayang.
"Gue rindu kalian berdua. No, gue udah nemuin princess kita. Dia masih sama, dia masih suka sendirian seperti dulu." Monolog leon mengusap foto itu.

Beberapa saat, leon tertunduk. Ia sedang menampung air matanya agar tak jatuh. Lalu menengadahkan kepalanya ke arah langit.
"Gue rindu masa kecil kita bertiga." Lirihnya. Lalu segera menghapus air matanya yg sempat lolos. Lalu melengos pergi dari tempat itu.

***

Hai, ketemu lagi.

Btw tandai typo yak. Gak sempet liat typonye

menangis di jalan pulang (On Going) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang