14 : punggung lo terlalu kokoh ell

20 15 0
                                    

Setelah ezra pulang, Michelle pun melangkah menuju kamar mandi. Ia akan bebersih bersih, lalu tidur.

Sebelum tidur, ia akan menatap bingkai foto besar yg melekat pada dinding kamarnya, yg berada di hadapan kasur queen size nya.

Menatap lekat foto itu dengan tatapan yg sulit di artikan.

Memori memori itu kembali menghampiri pikiran pikiran Michelle. Memori di mana ia seperti tak di anggap keberadaannya.

Sesak menjalar ke dadanya. Ia segera mencari benda pembantu pernafasan asma dirinya ( INHALER) .

Ketika menemukannya, ia segera menghirup benda tersebut. Setelah lega, ia pun menyimpan inhaler tersebut ke tempatnya, lalu segera tidur.

Tubuhnya sudah sangat lelah hari ini.

***

Pagi pun tiba, Michelle bangun dari tidurnya. Lalu mandi segera. Setelah siap, ia pun turun ke bawah untuk sarapan, kebetulan. Bi murni sudah datang dari jam 4:45 subuh dini hari.

"Selamat pagi bi! " Sapa ceria Michelle kepada bi murni. Sedangkan yg di sapa, ia tersenyum hangat, lalu membalas sapaan Michelle.
"Pagi juga non ell" Sapa balik bi murni.

Michelle sudah duduk di meja makan.
"Bi, bibi boleh ga. Temenin ell malem ini? Ayah, bunda dan abangkan ke luar negeri. Jadi, ell ga punya temen, bibi bisa temenin ell malem ini? Ga sampe malem banget kok. Paling sampai jam 9 aja bi." Pinta Michelle terhadap bi murni.

Bi murni sedang menimang nimang, lalu di detik itu juga, bi murni Mengaggukkan kepalanya menyetujui.
"Iya, bibi akan temenin non ell di sini. Sampe jam 9." Pungkas bi murni. Lalu di balas senyuman indah di bibir milik Michelle.

Michelle sudah selesai dengan sarapannya. Ia pun berpamitan kepada bi murni.

***

Kini, Michelle sudah berada di parkiran sekolah. Ia memarkirkan motor vespa nya, saat ia melewati koridor. Ia menyugar rambut nya yg menerpa rambutnya.

Banyak cowok yg kagum dengan kecantikan Michelle, namun Michelle adalah orang yg bodoamat akan sekitar. Jadi ia tak memedulikan akan hal itu, dan jangan lupakan. Dia adalah most wanted grils di sekolah tersebut.

Michelle sudah berada di dalam kelas. Ia menyimpan tasnya, lalu menelungkupkan kepalanya di atas tumpuan tangannya.

Ia menidurkan dirinya sesaat sebelum guru tersebut masuk.

Namun, nampak di depan pintu kelas sudah ada Cristal dan juga Cassandra. Mereka saling tatap. Dengan tatapan yg begitu saling berbicara, namun tanpa lisan.

Seperkian detik. Cristal pun membuka suara.
"Lo yakin, dia akan sanggup sampai masanya?"
Tanya Cristal.

Cassandra menatap Cristal dengan kening berkerut. "Maksud lo, dia ga bakalan sanggup sampai masanya itu nyawanya?" Tanya Cassandra dan di angguki jawaban oleh Cristal.

Cassandra menghela nafas, lalu melipat tangan nya di depan dada.
"Gue harap.. Dia akan menetap sampai masanya untuk hidup, berakhir." Pungkas Cassandra, lalu melangkah memasuki kelas terlebih dahulu.

Meninggal kan Cristal yg cengo sendiri di depn pintu kelas. Ia pun sadar, lalu segera masuk, dan duduk di bangkunya.

Dari belakang bangku Michelle. Cristal menatap punggung tegap itu dengan tatapan yg begitu lirih.
"Gue harap. Kata bahagia, akan muncul di diri lo. Semoga aja, Tuhan sedang berbaik hati. Lalu ngeberi lo sebuah kata bahagia. Lo kuat.. Dan gue pasti akan selalu ada buat lo. Entah selama apa atau sesakit apa lo nantinya. Semoga, gue akan ada di dekat lo untuk nguatin lo. Di saat mereka semua pergi." Batin Cristal lirih.

menangis di jalan pulang (On Going) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang