28

16.6K 4.7K 5.8K
                                    

- Happy Reading -

•••

"Kamu tuh kebanyakan alesan, Shell. Muak aku dengernya."

"Selalu aja anak-anak yang kamu jadiin senjata, kamu jadiin alesan, biar apa? Coba, sekali-kali kalo emang salah ya kamu ngaku."

Shella memejamkan matanya, menarik nafas dalam-dalam dan menghembuskannya perlahan.

"Aku nggak lagi ngarang alesan, kalo kenyatannya emang kaya gitu, aku harus jawab apa?" Tanyanya.

Pak Arkan tersenyum smirk, "aku tau anak-anak kaya gimana, mereka nggak mungkin tetep maksa, kalo misal Bundanya emang nggak ngebolehin," singgungnya.

"Tau mana sih aku sama kamu soal anak-anak?" Shella balas tersenyum smirk.

"Berapa jam setiap harinya yang kamu habisin buat anak-anak?"

"Kamu itu bahkan jarang banget ngawasin mereka, ngurusin mereka, nasehatin mereka dan nemenin mereka."

"Ya, aku tau, kamu kerja buat aku, buat anak-anak, kamu juga capek. Tapi bukan berarti kamu terus nyepelein aku yang cuma di rumah. Ngurus anak-anak itu nggak segampang yang kamu kira."

"Ngurusin mereka itu nggak semata-mata ngasih uang, beliin jajan, beliin mainan dan beliin apapun yang mereka mau. Enggak, Arkan."

"Kenapa harus sama Derry, Shell? I am jealous." Pak Arkan masih tetap menatap Shella, tetapi perempuan itu yang lebih dulu mengalihkan pandangannya karena tidak mau air matanya menetes karena emosi.

"Ya, harus sama siapa? Aku nggak dibolehin bawa mobil sendiri, Pak Yanto masih sakit, nunggu kamu anak-anak nggak mau, aku pergi-pergi sama taksi juga kamu nggak ngebolehin. Aku harus gimana biar kamu puas?"

"Kamu itu selama ini terlalu manjain anak-anak, Shell, akhirnya dalam hal sepele kaya gini aja anak-anak udah nggak mau dengerin nasehat kamu."

Shella mengangguk-anggukkan kepalanya, "oke, silahkan kamu yang urus mereka, kamu yang nasehatin mereka, kalo emang kamu ngerasa lebih baik dan lebih bener."

"Kamu itu bisanya cuma ngomentarin, tapi nggak pernah ikut turun tangan. Lama-lama aku juga muak." Setelah mengatakan itu, Shella keluar kamar dengan membanting pintunya.

Kalau memang sedang ada masalah di kantor atau di kampus, nggak seharusnya dilampiaskan ke istri.

Dari dulu perjanjiannya kalau ada yang salah akan ditegur baik-baik. Tapi, nyatanya akhir-akhir ini mereka malah sering ribut. Bahkan hanya karena hal sepele sekalipun.

Shella menuruni anak tangga, kemudian memasuki kamar di lantai bawah yang sebelumnya ia pakai saat kakinya cedera kemarin.

Ia mengunci pintunya, mencuci muka lalu baru tidur untuk meredakan emosinya.

Kalau malam ini tetap dilanjutkan di satu ruangan yang sama dengan Pak Arkan, ia tidak yakin kalau tidak akan terjadi apa-apa nantinya. Jadi, Shella memilih keluar dan mencari kamar yang lain saja.

Shella tidak ada niatan ke kamar anak-anaknya, karena ia tau, si sulung sekarang ini tingkat kepekaan jauh lebih tinggi. Ia akan berfikir yang aneh-aneh ketika Ayah atau Bundanya tidak bertingkah seperti biasanya.

Yes! Mr. Husband 2 | TERBIT✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang