35

25.5K 4.1K 3K
                                    

- Happy Reading -

Hampir semua orang yang berada di sekitar ruang persidangan terkejut ketika Shella tiba-tiba jatuh pingsan menubruk punggung Pak Arkan. Tetapi, tidak ada orang yang lebih panik daripada suaminya sendiri.

Ya, Pak Arkan terkejut sekaligus panik mendapati Shella sudah pingsan di belakangnya, apalagi melihat raut wajah perempuan itu yang benar-benar pucat. Ia buru-buru mengangkat Shella, membawanya ke mobil dan langsung dilarikan ke Rumah Sakit.

Pak Arkan bahkan tidak memperdulikan yang lain, ia tidak berbicara sepatah kata pun, dan langsung pergi begitu saja.

Selain panik, anggota keluarga yang masih ditinggal di Gedung persidangan tentu sedikit terharu dan merasa senang melihat Pak Arkan masih kelihatan begitu peduli dan perhatian. Apalagi melihat bagaiamana laki-laki itu buru-buru, dan wajah paniknya  yang benar-benar tulus tanpa paksaan.

Akhirnya, Rina dan Farhan, ikut menyusul ke Rumah sakit menggunakan mobil yang Adit bawa, bersama  Della dan juga Maya. Sesampainya di Rumah sakit, Shella sudah mendapat penanganan Dokter. Ada Arkan di luar ruangan yang duduk seorang diri sambil berkali-kali mengusap gusar wajahnya.

Laki-laki itu benar-benar terlihat jelas kalau sedang frustasi sekaligus khawatir. Hal itu tentu membuat Rina dan Maya mesem-mesem tidak jelas.  Mereka khawatir dengan kondisi Shella, tetapi di sisi lain mereka juga senang melihat adanya bau-bau cinta yang masih begitu besar.

"Aduh, terus sidangnya gimana ini?" tanya Adit sengaja memancing.

Pak Arkan yang semula menuduk sambil memijati pelipisnya sendiri, sontak menndongak dengan raut  wajah emosi. "Abang nggak buta 'kan? Shella masuk rumah sakit dan Abang masih mikirin sidang?" Bentaknya.

"Biasa aja sih, suami Mba juga nanya baik-baik." Della langsung menggandeng tangan suaminya.

"Baik-baik sih baik-baik, tapi tolong simpatinya lah."

"Sstt, kalian itu nggak tau apa ada yang lagi khawatir berat karena ISTRINYA masuk rumah sakit." Rina sengaja menekankan kata istri, membuat Pak Arkan memutar bola matanya malas.

Kenapa orang-orang di sekitarnya justru bercanda dan meledeknya, apa mereka tidak khawatir dengan kondisi perempuan yang masih ditangani Dokter?

"Kalian tuh nggak ada yang khawatir sama kondisi Shella?"  tanyanya.

"Kita juga khawatir, Ar, cuma sewjarnya aja, nggak perlu berlebihan," balas Mamanya.

Maya langsung menyenggol bahu besannya, "khawatirnya orang yang sayang banget sama istri emang beda," sahutnya.

Di dalam mobil tadi, Rina dan Maya memang sudah berencana untuk meledek Arkan. Apalagi mengingat wajah panik laki-laki itu sedari Gedung sidang. Mereka yakin Shella baik-baik saja, mungkin hanya kecapean, atau mulai merasa takut dengan keputusannya sendiri. Maka dari itu, mereka bisa santai dan lebih fokus meledek Arkan.

Seorang Dokter perempuan keluar dari ruangan Shella, membuat Pak Arkan langsung berdiri dari duduknya. "Gimana kondisi istri saya, Dok?" tanyanya.

Dokter tadi tersenyum, "istri Bapak baik-baik aja, cuma kecapean dan banyak pikiran. Mohon diperhatikan lagi ya Pak, karena janinnya masih muda dan sangat rentan."

"HAH?" Bukan Pak Arkan, itu adalah sahutan kompak dari manusia-manusia rempong di belakangnya.

Lagi-lagi Dokter perempuan itu tersenyum, "Bu Shella positif hamil, Alhamdulillah usia kandungannya sudah jalan 3 minggu."

"Kalau begitu saya tinggal dulu ya, Pak," ujar Dokternya.

Pak Arkan mengangguk, ia masih linglung mendengar penjelasan Dokter. "Terimakasih, Dok."

Yes! Mr. Husband 2 | TERBIT✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang