MW|10✔️

216 162 31
                                    

Sudah direvisi ✔️

Happy Reading!!

Sore kali ini cukup cerah dan ceria, tetapi tidak dengan kedua manusia yang berjenis kelamin perempuan ini. Sepulangnya mereka berdua dari apartemen milik Sagara, sampai rumah langsung di suguhi kultum sang ibunda.

Niat hati Azura ingin memarahi orang tuanya karena sudah berbohong kepadanya selama 17 tahun, tetapi malah ia yang kena marah.

Mereka di berikan pencerahan oleh masing-masing ibundanya karena ketahuan membolos di tempat Sagara.

Saat sedang diberikan pencerahan oleh sang mommy, Azura memberanikan diri untuk berbicara sembari menahan sakit karena telinganya di tarik 'pelan' oleh Lea.

"Aws, mom, harusnya aku yang marah-marah bukannya mommy!" Ucapnya dengan menahan sakit yang makin menjadi.

Karena mendengar anaknya berbicara seperti itu membuat Lea semakin gemas menarik telinga anaknya, paling-paling sehabis ini Azura cocok cosplay menjadi elf atau peri.

"Ngomong apaan kamu? Emang kenapa mommy harus kena marah? Kan yang bener dimarahin tuh kamu, udah nginep di tempat Angga gak bilang terus ngebolos lagi, minta di timpuk kamu ya?" Sahutnya dengan menimpali banyak pertanyaan.

***

Suara rintihan kesakitan masih terdengar, tetapi sebuah kalimat juga ikut berbunyi.

"Mom sama dad nyembunyiin hal besar dari aku kan?" Tanyanya dengan nada yang sedikit meninggi.

Lea mengernyitkan dahi, bingung apa yang dimaksud anaknya satu ini. Apa yang ia sembunyikan? Atau jangan-jangan Azura sudah tahu...

"Emang mommy nyembunyiin apa coba? Gak jelas kamu mah." Sanggahnya.

Azura merubah raut wajahnya dengan spontan dan berucap. "Jaime Aldric Jayandaru. Siapa?" Dia bertanya dengan penuh penekanan.

Ibunya yang mendengar ucapan tersebut merasa jika jantungnya berhenti seketika, bahunya merosot kebawah tanda bahwa ia mengingat sesuatu yang menyakitkan.

"Maksud kamu apaan? Siapa dia, kok pake marga kita?" Sahutnya dengan nada gugup yang tentunya disadari oleh anaknya.

"Mommy gak usah ngelak lagi deh, pokoknya nanti malem aku mau ngobrol bertiga sama kalian! Berani berbuat, berani bertanggung jawab." Setelah mengatakan hal tersebut ia segera pergi keluar.

Sebelum keluar rumah ia mengambil kunci mobil terbang miliknya dan berpamitan lewat ucapan bahwa ia akan menemui sahabatnya.

Di jalan ia sudah mengabari sahabatnya bahwa ia akan menjemputnya untuk berkeliling melepas penat dan segera di setujui oleh pihak seberang karena sahabatnya juga ingin menghindari amukan berlanjut dari sang bunda.


Belum selesai masalah dengan keluarganya, tetiba saja ia teringat dengan mimpi semalam, mimpi yang lebih menyebalkan dari sebelumnya.

Duduk bersandar di kursi mobil seraya mengacak rambut frustasi tak membuat bebannya hilang. Teriak di dalam mobil pun tak berguna, baru kali ini dirinya merasa menjalani kehidupan.

Sesampainya di depan mansion milik Zale ia tak berniat untuk mampir, ia memilih untuk menunggu sahabatnya menampakkan diri lalu membawanya pergi.

Mesin Waktu [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang