Pekan raya sedang diadakan di balai desa, disana terdapat banyak sekali kedai-kedai yang menjual pakaian juga pernak-pernik lainnya, serta makanan dari tradisional sampai yang kekinian. Selain itu pekan raya makin dirasa meriah karena disediakan wahana bermain untuk anak-anak yang bisa juga dinikmati oleh orang dewasa.
Seulgi beserta Wendy dan Joya yang sebelumnya sudah janjian untuk datang kesini menempati janji mereka.
Lepas tiba mereka mulai mengeksplorasi tempat dengan mencoba beberapa wahana bermain dan mencicipi jajanan-jajanan yang tersedia. Sampai akhirnya fokus mereka terbagi, Wendy dan Joya masih ingin mencoba wahana dan berkeliling sedangkan Seulgi dia memilih asyik menikmati makanan saja.
Maklum Seulgi dan makanan sudah menjadi satu kesatuan. Jadi semenarik apapun hal lain, maka pelabuhan terakhirnya tetaplah makanan.
Sambil menunggu Wendy dan Joya puas bermain, Seulgi sudah membeli jajanan baru salah satunya adalah bakso bakar. Jajanan favoritnya disini.
Ia menikmati makanannya dengan terduduk di salah satu kursi tersedia dekat pintu utama ke balai desa. Tak lupa mencermati sekitarannya.
Disisi lain tidak jauh dari tempatnya duduk, ada segerombolan bapak-bapak yang saling bercengkrama sembari menikmati kopi panas dan gorengan hangat.
Seulgi mengenali salah satunya, yaitu seorang Ketua RT di daerah yang ia tinggali. Maklum pekan raya kali ini menggabungkan beberapa desa lain sehingga banyak dari warga lain turut berkumpul disini.
Kita kembali kepada Seulgi yang masih menikmati makanan seraya mencuri-curi dengar obrolan para bapak yang suaranya tidak kalah keras dengan kerumunan yang ada.
Tiba-tiba sebuah topik mengambil atensi penuh Seulgi, sampai-sampai ia tidak sadar ikut menoleh dan memperhatikan gerombolan itu.Topik ini terdengar menarik baginya karena salah seorang disana menyinggung tentang keluarga Pak Kusnadi, si pemilik rumah besar dibelakang kos-nya. Mau tidak mau Seulgi jadi ikut mendengarkan lebih jauh.
Mereka disana membahas bagaimana kebaikan Pak Kusnadi beserta istrinya semasa hidup, namun sayang kebaikan yang mereka lakukan harus dibarengi dengan sebuah ujian yang cukup berat yaitu kehilangan anak tercinta.
Para bapak-bapak juga tak lupa membahas anak lain dari Pak Kusnadi, sepertinya disini Seulgi tau siapa yang menjadi bahasan mereka. Yap, siapa lagi kalau bukan Araka.
Dari bahasan ini Seulgi jadi tau bahwa Pak Kusnadi memiliki dua orang anak diantaranya adalah Araka dan satu lagi yang telah pergi. Bapak-bapak itu tidak menyebutkan siapa nama anak yang telah pergi tersebut karena sepertinya memang mereka tidak tau lebih banyak.
Tapi ada satu hal lain yang membuat Seulgi tidak percaya.
Ketika Pak Surya, yang ia kenal sebagai ketua RT ditempat tinggalnya memberitau kepada yang lain bahwa ternyata Araka telah menyusul kedua orangtuanya beserta saudaranya.
Semua orang terkejut, tidak lupa Seulgi jua.
Pak Surya mengatakan ia mendapat kabar dari kenalannya di kota yang kebetulan juga kerabat dari Araka. Tepat tiga bulan lalu, ternyata Araka telah menghembuskan nafas terakhirnya dikarenakan sakit yang diderita.
Beliau juga menambahkan bahwa sebelum mendengar kabar ini, ia sempat heran sebab Araka tidak pernah terlihat datang lagi ke rumah orangtuanya. Padahal biasanya dua bulan sekali pasti anak itu menyempatkan datang untuk sekedar bersih-bersih kecil dan mengecek keadaan rumah.
Itulah mengapa Pak Surya bilang rumah milik Pak Kusnadi benar-benar tidak terawat sekarang. Menurutnya karena Araka telah tiada, maka tidak ada lagi yang akan merawat rumah tersebut.
Selanjutnya bahasan tersebut diakhiri dengan para bapak-bapak yang mengucapkan keprihatinannya pada apa yang menimpa keluarga Pak Kusnadi tidak lupa sekilas membacakan doa untuk mereka yang telah pergi.
Berbeda dengan Seulgi, wanita itu benar-benar terdiam tidak lagi menyentuh makanannya setelah apa yang sudah dia dengar.
.
.
.
.
.Wendy sadar akan perubahan yang dialami Seulgi setelah mereka bertemu lagi, wanita bermata sipit itu jadi lebih banyak diam bahkan tidak memakan jajanan yang sengaja Wendy dan Joya beli usai mereka puas bermain wahana.
"Gi, lu kenapa deh jadi diem gini?" Tanya Wendy.
Kini mereka bertiga sudah sampai di-kos. Tengah berjalan beriringan menuju lantai tempat mereka tinggal.
"Hah? gapapa kok Wen" Jawab Seulgi.
"Serius gapapa, apa lu sakit?" Sekali lagi Wendy berusaha memastikan, bahkan telapak tangannya sudah mendarat tepat di kening Seulgi.
"Gapapa Wen, nggak sakit kok" Lagi-lagi hanya itu jawaban yang mampu Seulgi beri.
Dirinya sendiri juga bingung dengan apa yang dia alami, sepertinya akhir-akhir ini terlalu banyak hal yang tidak penting menganggu dirinya.
"Kalau sakit bilang yah Kak Gi, nanti aku sama Kak Wen temenin dan rawat kak gi sampai sembuh. Jangan sungkan-sungkan" ucap Joya.
Seulgi mengangguk cepat.
Kalau seandainya dia sakit pun pasti udah bilang ke mereka, tapi sekarang kan masalahnya Seulgi nggak sakit. Kebanyakan pikiran doang.
"Jangan lupa berbagi sama kita, gi. Nggak selamanya harus lu tanggung sendiri. Lu juga punya kita"
Mendengar itu dari Wendy, Seulgi jadi sedikit terharu.
Memang dia paling sering bertengkar sama Wendy, bukan yang besar-besaran juga hanya saja satu sama lain senang sekali bersikap jahil makanya kenapa mereka jarang akur. Namun pada kenyataannya Seulgi tau Wendy paling memahaminya.
Kayak sekarang, Seulgi yakin kalau Wendy tau apa yang sedang ia alami. Dalam artian, Wendy paham ada yang sedang Seulgi pikirkan hanya saja Seulgi belum bisa berbagi perasaan itu.
Maka dari itu Wendy cuma bisa menyampaikan maksudnya dalam sebuah kalimat yang mana Wendy sendiri berharap kalau Seulgi sudah siap, dia bisa berbagi masalahnya kapan saja.
"Tenang aja, gue gapapa kok guys. Ini kecapean aja kali tau sendiri kan kerjaan gue gimana"
"Kalau butuh apa-apa bilang ya kak gi, kamar aku paling deket sama kamar kak gi. Ketuk aja nanti, atau chat aku juga boleh" Joya benar-benar sekhawatir itu.
"Iya Joya makasih yah, kamu jangan khawatir. Aku gapapa" Ucap Seulgi kembali menyakinkan.
Setelah sampai di lantai tempat mereka tinggal, mereka bergegas memasuki kamarnya masing-masing usai berpamitan.
Seulgi yang baru saja menutup pintu kamarnya buru-buru merebahkan tubuhnya ke kasur nyamannya.
Kepalanya benar terasa penuh, banyak pertanyaan yang malah bermunculan mengingat fakta baru yang ia dapati saat berada di pekan raya.
Fakta mengejutkan bahwa Araka nyatanya sudah tiada 3 bulan lalu.
Jika memang begitu, lantas yang kemarin datang dengan sedan seri lama ke rumah tersebut siapa?
Untuk apa pula?
Mengingat Pak Surya bilang kalau rumah itu tidak lagi terawat. Apabila orang yang datang adalah utusan lain pengganti tugas Araka yang selalu merawat rumah orangtuanya.
Mengapa ia datang tidak menjalankan tugasnya?
Kemudian untuk apa dia datang seandainya tidak melakukan apa-apa?
Lagi-lagi pertanyaan besar bagi Seulgi tanpa tau apa jawabannya, padahal sudah empat harian ini dia berusaha menjalani lagi kehidupannya seperti biasa.
"Sialan! Mau gak kepikiran tapi malah kepikiran... " Seulgi tidak bisa untuk tidak mengeluh saat ini.
Rasa penasaran benar-benar memenuhi dirinya. Dan untuk pertama kalinya bagi Seulgi dia peduli pada apa yang terjadi di sekitarnya.
.
.
.
.
.
.
.
.To be continue ...
Halo Semuaaa!!! selamat membaca 🧡
anyway si pemilik rumah udah ada hint-nya, kira-kira si cantik gaun putih itu siapa yaa??

KAMU SEDANG MEMBACA
IRENE | Seulrene
Fanfiction"Kalau bukan karena rasa penasaran gue yang tinggi, mungkin sampai kapanpun rahasia rumah besar itu nggak akan terbongkar" - Seulgi. ..... Fanfict lokal seulgi - irene • gxg • homophobic dni!