CHAPTER 16

3.8K 490 50
                                    

Kenapa pada curiga sama Junkyu ya? Padahal kan dia lemah lembut nan baik hati.





Doyoung dibuat bingung sejak dirinya terbangun dari tidurnya. Sebab suasana tak biasa dari istana kali ini.

"Ada apa ini?"

Mashiho yang tengah memperhatikan keadaan sekitar sembari tersenyum puas kini mengalihkan atensinya kepada sang permaisuri. Dilihatnya wajah sang permaisuri yang kian lama kian manis.

"Perayaan ulang tahun Anda, permaisuri. Ini dilakukan rutin setiap tahun. Nantinya akan ada perayaan besar baik di istana maupun ibu kota. Hanya saja selepas penyerangan tak terduga beberapa saat lalu, yang mulia hanya mengadakan pesta ini untuk para bangsawan saja.Tapi tetap saja acaranya akan semewah tahun-tahun sebelumnya. Di ibu kota juga kabarnya ada festival yang khusus didedikasikan untuk anda, sayang sekali anda tidak bisa melihatnya secara langsung. " Penjelasan Mashiho membuat Doyoung tercengang.

"Ulang tahun ku?" Doyoung menunjuk dirinya sendiri, sejurus kemudian senyuman aneh tercipta dari dirinya.

Aneh saja rasanya bagi Doyoung yang hanya dengan ucapan selamat lewat pesan saat ulang tahunnya sudah bahagia. Kini ulang tahunnya akan dirayakan satu negara, membayangkan nasibnya sangat berbanding terbalik membuat senyuman aneh itu tak luntur.

"Apa yang aku lakukan nanti di sana?" Doyoung duduk memperhatikan persiapan yang menurutnya sangat mewah. Tak ada semacam balon atau pita-pita. Yang ada hiasan jaman dahulu yang rata-rata berhias bunga.

Mengingat ulang tahunnya akan dirayakan berjuta-juta orang membuat senyumannya tak luntur.

"Biasanya acara dimulai pukul dua belas malam, tepat saat pergantian hari. Anda akan datang tepat pukul satu saat acara inti—"

"Kenapa aku tak langsung datang pukul dua belas? Bukankah aku yang punya acara?" Pertanyaan Doyoung menyela ucapan Mashiho. Mashiho terdiam sejenak, mengingat rutinitas biasa sang permaisuri.

"Karena sebelum anda menemui orang-orang, anda akan menghabiskan waktu di pergantian usia bersama yang mulia Raja terlebih dahulu." Mendengarnya membuat Doyoung terkejut bercampur geli. Ia terkekeh, tapi bergidik saat membayangkan dirinya akan menghabis satu jam bersama Haruto. Pasti sangat canggung.

Padahal biasanya kebersamaan mereka mengalir tanpa direncakan.

"Lalu dimana Haru—"

"—maksudku dimana Raja sekarang?" Tanya Doyoung kepada Mashiho.

"Raja akan sangat sibuk permaisuri, tapi tenang saja dia pasti akan datang sebelum jam dua belas." Kata Mashiho sedikit menggoda. Dan Doyoung memicingkan matanya.

"Kalau kau berfikir Aku merindukan Haru—maksudku Raja, kau salah besar Kak. Aku hanya penasaran kemana Raja sok sibuk itu pergi." Balasnya dengan nada sok sinis.

"Yang anda bilang Raja sok sibuk itu suami Anda, permaisuri." Kata Mashiho mengingatkan.

"Hey, berani sekali kau berbicara begitu kepada ku, gaji mu ku potong ya." Mashiho segera mengucapkan kalimat maaf berulang kali pada Doyoung yang sok jual mahal.

"Tapi kak, Aku harus melakukan apa selama satu jam bersama Haruto?"
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Ternyata begini rasanya saat ulang tahun mu akan dirayakan satu negara. Mendekati jam-jam perayaan, sang asisten pribadi dengan pakaian baru datang membawa sejumlah perlengkapan yang pastinya akan sangat berat melekat pada diri Doyoung.

Rasanya teramat gugup sejak saat dirinya dirias hingga para pelayan mulai meninggalkan mereka berdua. Mashiho terus memberikan saran terkait apa saja yang harus ia lakukan saat bersama Raja. Dan semuanya tentu saja ditolak.

"Berciuman?"

"Kau ingin aku mati, berciuman satu jam?"

Bukan begitu maksud Mashiho, tapi yasudahlah. "Kalau begitu mungkin anda dan Raja bisa menghabiskan waktu untuk adegan romansa."

"Tidak mungkin!"

Lagi-lagi saran Mashiho ditolak. Ia ingin marah tapi tak berani. Tak ada satupun dari sarannya yang diterima Doyoung dengan lapang dada. Yang ada hanya penolakan dengan sejumlah alibi yang sejujurnya agak dilebih-lebihkan.

"Membuat anak—"

"HEY!"

"Maaf permaisuri." Kata Mashiho cepat kala mendapatkan tatapan tajam dari Doyoung.

"Beri aku saran yang benar."

Mashiho mengumpat dalam hati, meskipun begitu wajahnya tetap menampilkan senyuman walaupun sedikit tertekan. Saran apalagi yang dibutuhkan permaisuri ini. Padahal Mashiho sudah meriset pada novel romansa terbaru, ia rela menghabiskan novelnya sekali baca untuk memberikan saran yang terbaik bagi permaisuri. Tapi tak satupun pas pada apa yang Doyoung mau.

"Bagaimana kalau anda bertukar rahasia? Atau mungkin membicarakan sesuatu tentang yang kalian rasakan satu sama lain. Barangkali hal itu membuat anda lebih dekat dengan Raja."

Baru saja Doyoung ingin protes, tapi ia urungkan. Setiap kalimat Mashiho Doyoung renungkan.

Benar juga!

Doyoung masih tidak lupa tujuannya. Bertukar cerita kepada Haruto tak terlalu buruk. Siapa tau Doyoung bisa mendapatkan informasi lebih tentang apa yang ia butuhkan.

Hitung-hitung wawancara langsung pada narasumber demi kepentingan skripsinya.

"Benar, itu baru saran." Senyuman cerah Doyoung membuat Mashiho ikut tersenyum. Untung saja sarannya kali ini diterima. Karena jujur saja ia sudah buntu.

"Baiklah, Aku akan pergi permaisuri——"

"LOH." baik Doyoung ataupun Mashiho keduanya terkejut. "Kak Mashi tidak menemaniku disini?" Mashiho mengerjap dua kali. Lantas ia menggeleng cepat.

"Tentu saja tidak, permaisuri. Kan sudah Aku bilang."

"Iya, tapi tetap saja. Masa kau tidak di dekat ku?"

Heh? Mashiho meringis kecil. "Permaisuri, tidak mungkin Aku berada diantara Anda dan Raja." Katanya.

Benar juga!

Tapi kan...

Belum sempat Doyoung protes, suara pengawal mengumumkan sang Raja akan segera masuk membuat Mashiho mau tak mau harus segera pamit.

"Nikmati waktu kalian, permaisuri." Kata Mashiho diakhiri senyuman dan langkah seribunya melesat cepat.

Perginya Mashiho tergantikan oleh presensi Haruto. Pandangannya lurus, menuju tempat sang permaisuri duduk.

"Sudah waktunya ya?" Doyoung bertanya lirih. Ia memantapkan diri untuk menyiapkan segala pertanyaan yang sudah tersusun.

Haruto duduk di depan Doyoung, membuat keadaan semakin canggung karena Haruto diam saja sejak kedatangannya. Doyoung mengernyit bingung karena sedari tadi Haruto terus menatap ke arahnya.

"Kenapa tidak bicara?" Tanya nya karena sudah tak tahan dengan keadaan. Juga tatapan Haruto yang membuatnya merasakan sengatan di beberapa bagian. Doyoung yakin Haruto memiliki kekuatan listrik.

Haruto tak kunjung bersuara. Suasana aneh ini membuat Doyoung tak nyaman. Hingga akhirnya Doyoung dikejutkan dengan suara pukulan gong dan juga suara musik tradisional yang membuat malam ini meriah. Doyoung terperangah, menyaksikan pemandangan dari jendela kamarnya. Langit-langit malam penuh dengan lampion kuning yang diterbangkan serempak.

Jadi ini rasanya ulang tahun yang dirayakan satu negara.

Tanpa sadar dirinya berdiri hendak melangkah menuju jendela. Pemandangan kali ini benar-benar membuat Doyoung takjub.

"Eh." Doyoung terkesiap saat sebuah tangan melingkar memeluknya dari belakang. Belum lagi endusan yang membuatnya geli. Deru napas Haruto jelas terasa membuatnya memejamkan mata seolah menyerahkan dirinya terbuai dengan apapun yang Haruto lakukan.

"Selamat ulang tahun, Aku mencintai mu."

REWRITE THE HISTORY | HARUBBY [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang