CHAPTER 8

3.6K 507 27
                                    

Tak ada yang menarik sejak dirinya naik tahta. Haruto seperti merasakan hari-harinya berulang. Semua sudah terprogram sedemikian rupa hingga saat dirinya menemukan berlian diantara batu. Si pemilik senyum manis yang membuatnya terpaku. 

"Aku ingin menikah dengannya." Kata Haruto kala itu tanpa berbasa-basi. Padahal pemilihan calon permaisuri akan dilaksanakan tinggal menghitung hari. Semua calon dari berbagai kalangan bahkan sudah mempersiapkan hal terhebat yang mereka punya. Namun hari itu, semua harus pulang dengan kecewa karena kalah setelah satu senyuman Kim Doyoung mampu menaklukkan sang Raja.

Kim Doyoung tak butuh menjadi sempurna sebab ia sudah sangat sempurna bagi Haruto. Sosok baik hati yang membuat Haruto menolak memiliki selir. 

Haruto menatap lawan bicaranya dengan serius. Yedam sang tabib kerajaan itu dipanggilnya untuk berbicara empat mata. Masih beberapa saat sebelum pertemuan kerajaan dimulai. Haruto harus memastikan sesuatu.

"Bagaimana keadaan permaisuri." Tanya Haruto begitu Yedam telah siap diajak bicara.

"Perkembangan keadaan permaisuri cukup baik yang mulia. Mungkin butuh beberapa perawatan lagi agar permaisuri sepenuhnya pulih. Saya akan—"

"Bagaimana keadaan fisiknya?" Potong Haruto membuat Yedam yang hendak menjelaskan terhenti.

Yedam menatap sang Raja sebentar. "Fisik permaisuri baik-baik saja yang mulia. Hanya saja dalam proses pemulihan ingatan, permaisuri akan sering merasakan pusing dari ringan hingga pusing yang membuatnya hilang kesadaran." Jelas Yedam.

Penjelasan Yedam sudah lebih cukup membuat Haruto terdiam. Ia menimang segala kemungkinan yang kemudian membuatnya mengambil keputusan. 

"Kalau begitu, Aku tidak ingin permaisuri sembuh. " Jelas perkataan Haruto membuat Yedam terkejut. "Maksud Anda?" Tanya Yedam memastikan. 

"Aku tidak ingin permaisuri ku sering sakit hanya untuk mendapat ingatannya kembali."




















Doyoung tak mengerti mengapa Haruto membawanya kemari, bukan ke paviliun tempat mereka istirahat. Tempat dengan nuansa kental kerajaan, tetapi paviliun ini lebih mewah dari yang Doyoung tempati. Dihiasi ornamen-ornamen khas kerajaan yang tak henti-hentinya membuat Doyoung terpaku kagum.

"Tempat apa ini?" Doyoung yang semula hanya mengamati kini membuka suaranya.

"Paviliun Raja."

Doyoung diarahkan ke sebuah kamar yang tertata rapi, ranjangnya besar dengan kelambu menjuntai. Ruangan sendiri diisi pernak-pernik yang mewah, tidak banyak tetapi mampu mendeskripsikan siapa Raja Watanabe itu.

Sekarang Doyoung tau dimana tidurnya Haruto jika tidak sedang di kamarnya.

"Mengapa membawaku kemari?"

Haruto melepaskan jubahnya tanpa berniat menjawab pertanyaan permaisurinya lebih cepat. Haruto menuntun sang Permaisuri untuk duduk di tepi ranjang.

"Mulai sekarang tinggal disini, ini paviliun mu juga sekarang."

Seketika otak Doyoung tak mampu berfungsi lebih cepat. Ia membulatkan mata lalu berdiri dari duduknya.

"Tidak mau!" Doyoung tak tahu lagi harus merespon bagaimana. Cukup dengan Haruto yang tiba-tiba memeluknya saat tidur, itu membuatnya sedikit risih, setidaknya hal itu hanya dilakukan sesekali, itu pun saat Doyoung sudah benar-benar terlelap. Membayangkan ia akan satu ranjang setiap hari bersama Haruto membuat perasaan Doyoung campur aduk.

Melihat Haruto yang nampak sedikit tersulut emosi, Doyoung pun kembali duduk. "Begini, maksudku aku sudah nyaman dengan paviliun yang lama. Aku tidak bisa jika pindah-pindah secara tiba-tiba. Aku disana saja ya?" Berharap kali ini Haruto mau mendengarkannya, tapi gelengan tegas yang Doyoung dapatkan disertai keputusan mutlak yang tak bisa dibantah.

"Keputusan ku sudah bulat, mau tidak mau kau harus menurutinya, permaisuri." Kata Haruto, sejak itu pula ia tiba-tiba berdiri, merubah posisi dengan kedua tangan di kanan dan kiri Doyoung. Seperti mengungkung. Hanya tinggal menghitung jarak sampai kedua hidung mereka bersentuhan.

"Tapi aku tetap ingin tinggal disana."

Kim Doyoung reflek mundur hingga membuatnya tak sengaja terbaring. Keadaan itu malah membuat Haruto semakin leluasa mengikis jarak, membuat kurungan paling kuat sampai-sampai seluruh tenaga Kim Doyoung tak mampu untuk sekedar membuat Haruto bergeser.

"Haruto, Aku tidak nyaman." Kedua tangan Doyoung mencoba menahan Haruto agar jarak tetap tercipta. Dari sini, Doyoung mampu mencium aroma wangi seperti parfum mahal di masa depan.

"Tidak ada yang berani membantahku, hanya kau pengecualian." Entah kenapa Doyoung merasa aura Haruto sedikit berbeda dari sebelumnya. Secepat itu perubahan yang terjadi membuat Doyoung merinding.

"Maaf." Doyoung tak bisa jika sedekat ini. Ingatkan jika dirinya bukanlah Kim Doyoung sang permaisuri. Tubuhnya memang sama, hanya saja jiwa yang tidak sama.

"Tinggal disini, demi dirimu, juga aku."

Sejujurnya Doyoung tak mengerti perkataan rancu Haruto. Tapi perubahan nada menjadi lebih lembut dan tulus membuat Doyoung terdiam. Ia tenggelam dalam manik yang terus menatapnya memuja. Seakan dunia dapat tertampung di dalamnya.

"B-baiklah."

Doyoung lega karena perlahan Haruto menggeser tubuhnya hingga berbaring tepat di sampingnya. Helaan napas terdengar gusar dan Doyoung menoleh. Dilihatnya wajah Haruto dari samping. Benar-benar definisi tampan yang sebenarnya. Kalau saja Haruto juga bereinkarnasi sama sepertinya, mungkin sudah menjadi idola atau minimal model terkenal.

Tapi apa Haruto ternyata juga bereinkarnasi?

"Kenapa tiba-tiba Aku harus pindah?" Tanya Doyoung. "Aku baik-baik saja dengan paviliun ku, kau juga sesekali tidur disana kan?"

"Hmm." Haruto berdehem sebagai jawaban. Matanya perlahan terpejam karena kantuk menyerang. Haruto bukan tipe manusia yang mudah tertidur, tetapi pengecualian saat dirinya berada di samping permaisuri. Kalau boleh hiperbola, Doyoung itu seperti obat tidur tapi bukan dalam bentuk bulat kecil-kecil, tetapi dalam pahatan manusia baik hati yang kepemilikannya sudah paten atas nama Haruto.

Bukan tidak sadar Haruto sudah mengantuk, Doyoung hanya penasaran mengapa sang Raja tiba-tiba saja membawanya pindah. Maka dari itu sang permaisuri kembali bertanya.

"Lalu jika aku pindah, bagaimana dengan paviliun ku?"

"Akan ku hancurkan."

REWRITE THE HISTORY | HARUBBY [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang