CHAPTER 2

4.2K 505 48
                                    

"YANG MULIA!"

Semua yang di ruangan kontan membulatkan mata menyaksikan si nomer satu di kerajaan terduduk di lantai akibat dorongan kuat dari sang permaisuri. Agaknya semua terkejut termasuk Doyoung sendiri.

Doyoung menatap kedua tangannya dengan ekspresi sangat tidak menyangka, refleknya bekerja begitu kuat. Sedangkan Haruto mengangkat tangan untuk mengisyaratkan dirinya tak perlu dibantu. Haruto bangkit sendiri, ia berdehem pelan mengusir keterkejutannya. Dilihatnya Doyoung yang semakin mundur ke pojokan, dengan wajah takutnya.

"Hey, kau tidak apa-apa?" Tanya Haruto khawatir.

"KENAPA AKU BISA MENYENTUH MU?" Doyoung kembali menatap telapak tangannya. Rasa takjub sekaligus takut mendominasi Doyoung saat ini.

Haruto kembali mengisyaratkan agar semuanya meninggalkan ruangan menyisakan dirinya dan Doyoung. Lelaki manis itu masih bersikap aneh, Haruto yakin kepala Doyoung mendarat lebih dahulu saat terjun dari jembatan mengakibatkan lelaki itu mendadak bodoh.

"Tentu saja bisa, kita sama-sama manusia." Haruto mengambil langkah mendekat. Tetapi itu justru membuat Doyoung menatap Haruto tajam sembari menunjuk-nunjuk.

"Kau bukan manusia, Kau hantu. Kau sudah mati. Bagaimana bisa hidup lagi?" Doyoung frustasi, dirinya benar-benar sudah mentok, tak bisa lagi mundur untuk menghindari Haruto.

"Aku belum mati, Aku masih hidup. Lihat kaki ku saja menapak—" Haruto terdiam, sepersekian detik ia lupa akan wibawanya. Semua karena Kim Doyoung yang menganggapnya hantu.

Dengan langkah lebar-lebar Haruto mendekati Doyoung. Menggenggam tangannya secara paksa membuat lelaki manis itu memekik. Haruto lekas menyumpal mulut Doyoung menggunakan tangan kirinya. "Diam!" Haruto menatap tajam pada Doyoung. Anehnya, lelaki yang sedari tadi mencoba memberontak perlahan-lahan diam. Sorot matanya menunjukkan rasa takut sekaligus berkaca-kaca membuat Haruto melepaskan tangan kiri nya dari mulut Kim Doyoung.

Haruto menghela napas.

"Kau bisa menyentuh ku kan? Aku bukan hantu." Jelasnya dengan nada yang lebih lembut.

Bahkan tidak ada yang menyangka jika Raja Watanabe yang terkenal dingin nan tegas bisa mendadak lembut jika bersama Doyoung. Tak ada satupun termasuk para pelayan yang tak sengaja mendengarkan percakapan sang Raja dan permaisuri dari balik dinding kayu.

"Bagaimana bisa aku disini?" Tanya Doyoung lirih. Matanya mengedar mengitari seluruh penjuru ruangan yang didominasi kayu. Berakhir menatap wajah Haruto yang senantiasa memberikan atensinya kepada Doyoung. "Bagaimana bisa aku bertemu dengan mu?" Pertanyaan-pertanyaan itu berakhir menguap tanpa jawab. Kim Doyoung masih bingung dengan apa yang terjadi, membuat tangan kanannya reflek memukul pipinya sendiri cukup kencang. Hingga menimbulkan bekas kemerahan di pipi chubby itu.

"Auwhh." Doyoung meringis. Tapi ia belum puas, ia lagi-lagi mengerahkan tangan kanannya untuk menampar pipinya sendiri sekali lagi. Tapi kali ini di tahan oleh Haruto. "Kau sedang apa?" Tanya Haruto.

Doyoung menggeleng kecil sebelum isakan terdengar kian lantang dari si manis. Lelaki itu berjongkok tak kuat menahan tangis. Ia masih tidak menyangka dirinya terlempar sejauh ini, ke abad dimana ia malah menjadi seorang permaisuri dari Raja yang lukisannya ia marahi seminggu sekali di museum. Demi apapun Doyoung suka sekali hal instan, kecuali karma Instan.

"Hey, ada apa? Ada yang sakit?" Haruto panik, meski begitu wajahnya nampak biasa saja. Haruto teramat pintar mengatur ekspresi. Ia berjongkok seperti Doyoung yang menyembunyikan wajahnya dibalik kedua tangan.

"Kenapa aku bisa ada disini? Kenapa Aku bisa terjebak dengan mu?" Tanpa sadar perkataan Doyoung membuat Haruto terdiam. Tidak tahu jika Haruto menangkapnya dengan maksud lain.

Haruto berdiri, dengan sorot sedikit kecewa walaupun tidak ketara. "Ku panggilkan Mashiho, cepatlah pulih." Setelah itu Haruto berjalan cepat meninggalkan ruangan. Tak lupa menyuruh Mashiho untuk mengurusi Doyoung yang masih menangis.

Butuh perjuangan bagi Mashiho membuat Doyoung akhirnya mau di periksa oleh tabib istana. Doyoung terus-menerus menangis. Baru berhenti ketika lapar. Mau tak mau Mashiho harus segera menyiapkan makanan untuk sang permaisuri atau Raja akan menggantungnya di alun-alun karena membiarkan permaisurinya kelaparan.

Doyoung menatap takjub pada tatanan meja dengan makanan-makanan enak di atasnya. Tak hanya itu, berbagai alat makan serta mangkuk yang memiliki desain kuno membuat Doyoung tertarik. Jika dulunya Doyoung hanya bisa melihatnya melalui etalase di museum kini ia dapat menggunakannya langsung.

"Apakah tidak apa-apa makan menggunakan ini?" Tanpa sadar Doyoung bertanya sembari mengangkat mangkuk dengan ukiran istimewa. Doyoung rasanya ingin membungkusnya lalu memajangnya sebagai hiasan rumah.

"Apa itu kotor permaisuri? Ingin ku bawakan yang baru?" Tawar Mashiho.

Doyoung menggeleng. "Tidak perlu kak Mashi, dan panggilan mu itu membuat ku geli. Tapi kita urus nanti, Aku ingin makan. Sudah lapar." Doyoung berbinar mencicipi berbagai hidangan yang tersedia. Sudah sejak lama agaknya Doyoung bisa makan enak seperti ini. Tentu kalian tau lika-liku hidup sebagai anak rantau. Sebagian besar hidup Doyoung dihabiskan dengan memakan makanan instan.

"Kau tidak ikut makan?" Tanya Doyoung saat menyadari Mashiho yang hanya berdiri menunggunya makan. Doyoung menaikkan sebelah alisnya. "Cepat sini makan, enak lho. Jangan marah kalau nanti ku habiskan sendiri." Kata Doyoung sembari menunjukkan lauk lalu melahapnya.

Mashiho sendiri bingung, tapi ia hanya tersenyum kecil. "Bagus kalau permaisuri menikmati makanan hari ini." Mashiho kembali tersenyum.

Kunyahan Doyoung perlahan melambat. "Kau tidak ingin makan bersama ku?" Tanya nya. Tentu saja Mashiho kembali dibuat bingung.

Sejenak Doyoung mengamati raut bingung Mashiho hingga dirinya sadar jika dirinya terlempar entah kemana sekarang. Ia membulatkan mulutnya. Entah harus bersyukur atau berduka tapi Mashiho disini lebih pendiam dan penurut tidak suka mengomel. Doyoung tersenyum penuh arti.

Lelaki itu melanjutkan makannya sampai perutnya terasa penuh. Soal urusan dirinya yang tiba-tiba terlempar kesini biarlah itu urusan nanti. Minimal kalau ini mimpi, Doyoung sempat makan enak. Tapi kalau ternyata nyata——

——Doyoung akan pikirkan lagi nanti mau bagaimana.








REWRITE THE HISTORY | HARUBBY [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang