CHAPTER 30

3K 432 47
                                    

Sejak saat dimana ia mengetahui sebuah fakta tersembunyi, Doyoung tak lagi dapat tertidur tenang. Ketakutan akan dirinya yang kemungkinan bisa kembali ke masa depan, berpisah dengan Haruto menjadi mimpi buruk yang selalu membuatnya terjaga. Ia hanya belum siap jika dirinya kembali terbangun dalam kamar apartemennya yang sepi, sendiri tanpa Haruto yang menemaninya.

Doyoung takut.

Tak terasa hidup dalam ketakutan membuat Doyoung melewati banyak hal. Termasuk masa kehamilannya yang tau-tau sudah besar. Tujuh bulan, tapi bukannya semakin berisi, Doyoung justru agak kurus. Hal ini membuat Haruto khawatir.

Posisi berpelukan di pagi hari sebelum Haruto menjalani tugasnya sebagai Raja seperti biasa. Ini adalah kebiasaan baru semenjak Doyoung mengetahui segitu besarnya tentang cinta raja kepadanya dari catatan-catatan Haruto yang Doyoung baca saat Haruto sibuk.

Haruto banyak menjelaskan tentang kisah keduanya. Tentang Permaisuri yang awalnya tak pernah menaruh hati pada sang Raja. Tentang Raja yang menentang banyak orang demi menikahi permaisuri. Dan tentang kebencian Doyoung yang semakin memuncak ketika dirinya harus terus terikat dengan Haruto selamanya. Semuanya tercatat rapi. Dari setiap banyaknya buku yang Doyoung baca, hanya berisi tentang dirinya yang dulu begitu membenci Haruto sedangkan sang Raja begitu mencintainya.

Hingga beberapa lembar buku terakhir, semua berubah sekejap mata. Haruto bahkan secara terang-terangan menulis jika ia tak ingin Doyoung kembali mendapat ingatannya karena Haruto tak mau jika Doyoung kembali membencinya. Tentang bahagia nya Haruto mendapat kabar kehamilan Doyoung. Hingga saat Doyoung menginginkan sesuatu atau mengidam untuk pertama kalinya. Menurut Haruto, itu lebih berkesan daripada tugas pertama nya dulu sebagai Raja.

Doyoung terharu. Belum pernah ia dicintai begitu dalam oleh orang lain seperti ini.

"Kau tak menginginkan sesuatu, permaisuri?" Tanya Haruto.

Haruto semakin perihatin dengan Doyoung yang tak nyenyak tidur. Sang Raja sampai memerintahkan agar setiap hari makanan di istana harus makanan yang permaisuri inginkan.  Meskipun satu Minggu penuh sang Raja harus makan pangsit ayam rebus karena sang permaisuri akhir-akhir ini sangat menyukai makanan tersebut.

"Aku ingin kau temani aku hari ini." Jawab Doyoung.

Haruto tersenyum kecil, ia mengusap punggung sang Permaisuri karena Bayi nya terlalu aktif. Sesekali Doyoung meringis pelan ketika sang bayi terus bergerak dan menendang di dalam sana. Setidaknya usapan di punggungnya sedikit membuat tenang.

"Aku kan selalu menemanimu?"

Doyoung diam. Ia memejamkan matanya cukup erat. Hal itu membuat Haruto menghela napas.

"Sakit?" Tanya Haruto.

Doyoung mengangguk kecil. Ini sebenarnya tidak terlalu sakit, hanya karena anak mereka terlalu aktif seolah tak bisa diam, lama-lama sakit juga rasanya.

Haruto jadi semakin merasa bersalah sebab Doyoung harus sering merasa sakit.

"Aku harus apa biar kau tak kesakitan lagi?"

Doyoung justru menyembunyikan dirinya pada pelukan hangat sang suami. Meskipun matahari semakin tinggi, Doyoung belum ingin beranjak dari tempat tidur.

"Aku takut." Ucapnya lirih.

Selalu begini. Haruto berfikir mungkin karena Doyoung hamil besar pikiran-pikiran buruk selalu menghantui. Doyoung selalu berkata takut jika dirinya akan meninggalkan Haruto suatu hari nanti.

"Tidak ada yang bisa menjauhkan mu dari ku, permaisuri, termasuk takdir sekalipun." Ucap Haruto menangkan.

Doyoung mendongak, menatap rahang tegang Haruto dari tempatnya.

"Haruto, kau percaya reinkarnasi?" Haruto menatap kedua manik sang permaisuri. Ia kini beralih mengusap lembut pipi Doyoung, setelahnya mengecup kening permaisuri dengan lembut.

"Kalau kau bagaimana? percaya tidak?" Haruto justru bertanya kembali tanpa menjawab pertanyaan Doyoung barusan.

"Aku percaya." Jawab Doyoung.

"Kalau begitu aku juga percaya." Sahut Haruto sebelum memeluk Permaisuri kembali, kali ini sedikit erat karena gemas.

"Auwhh——"

Tapi sang Raja lupa di tengah-tengah mereka ada satu nyawa yang tidak bisa tertekan. Haruto terkekeh lalu mengucapkan maaf berkali-kali.

"Haruto, apa kita akan bersama di masa depan nanti?" Pertanyaan itu selalu mengganggu Doyoung akhir-akhir ini.

"Kau mau nya bagaimana?"

Doyoung mendengus kesal ketika Haruto justru selalu melempar pertanyaan setiap diberi pertanyaan.

"Tentu saja aku ingin kita tetap bersama. Aku sudah mencintai mu, kau harus bertanggungjawab." Jawab Doyoung. Sedikit lagi Haruto mengerjai nya pasti sang permaisuri sudah menangis keras.

"Hey, tapi kau yang lebih dahulu membuat ku jatuh cinta. Kau juga harus bertanggungjawab kan?" Ucap Haruto.

"Aku akhirnya membalas perasaan mu, apa itu kurang, Yang Mulia?" Doyoung menatap sengit ke arah sang Raja. Haruto menggigit daging bagian dalam pipi nya, menjahili Doyoung termasuk dalam hobi baru nya akhir-akhir ini. Dia yang mengerjai, dia yang gemas sendiri. Kalau menggigit Doyoung kan tidak mungkin.

"Ya."

"Lalu kau mau apa?"

"Jangan pergi!"

Deg

Seketika hening menyapa. Kedua manik itu saling mengunci dengan penuh arti.

"Tidak bisa." Jawab Doyoung lirih.

"Kenapa?"

"Semua manusia akan pergi pada akhirnya. Termasuk aku."

Haruto menghela napas.

"Kalau begitu aku akan ikut dengan mu." Ucap sang Raja dengan tenang. Sedangkan Doyoung hanya menatap Haruto dalam diam, apa ucapan sang Raja dapat menjadi kenyataan? Karena sejauh ia hidup ia belum pernah bertemu Haruto di masa depan.

"Benarkah?"

"Ya!"

Haruto menampilkan senyuman teduh. "Lagipula kalau tidak aku siapa nanti yang menggendong mu kalau kaki mu sakit. Siapa yang akan memeluk mu kalau dingin, lalu... Oh, siapa yang menenangkan mu kalau menangis?"

Doyoung mengangguk membenarkan ucapan Haruto. Ia tidak bisa jika harus hidup tanpa Haruto. Ia seakan baru menemukan hal yang membuat hidupnya semakin lengkap.

"Kalau begitu berjanjilah kau akan terus bersama ku sekalipun di kehidupan selanjutnya."

Haruto mengangguk, ia tak mau membuat Doyoung sedih. Walaupun begitu diam-diam Haruto berdoa dalam hati semoga apapun ketakutan Doyoung tak menjadi nyata.

Ia ingin terus bersama dengan permaisurinya baik sekarang, ataupun kehidupan yang akan datang.

REWRITE THE HISTORY | HARUBBY [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang