EPILOG

3.1K 456 204
                                    

Lagi-lagi entah untuk keberapa kalinya Doyoung kembali lagi ke tempat ini. Tempat yang menjadi spot favoritnya hampir setiap hari. Ini bahkan lebih sering daripada Doyoung beberapa saat lalu. Museum tempat dirinya mengenal Haruto, Doyoung rasa semuanya berawal dari sini.

Dari rasa benci yang kemudian menjadi sebuah kejadian yang Doyoung sendiri tidak yakin akan kenyataannya.

"Putraku?"

Tapi bukankah lukisan dan kisah sejarah yang seolah tertulis kembali menjadi bukti? Kim Doyoung benar-benar terlempar dalam dunia paralel dimana dirinya kemudian dipertemukan dengan sosok Haruto.

"Bagaimana kabar mu?"

Suara Doyoung selalu berakhir tanpa jawab. Menguntai begitu saja ketika dirinya memandangi tiga sosok di dalam lukisan. Kalau saja tidak ada pita pembatas, Doyoung pasti sudah menyentuh lukisan itu. Membayangkan dirinya benar-benar menggendong sang bayi dan duduk berdua bersama Haruto.

"Apa kau menjaga ayah mu? Apakah dia kesepian?"

Tanpa sadar bulir air mata lagi-lagi membasahi Pipi gembil itu. Sebenarnya banyak orang yang bertanya-tanya mengapa Doyoung selalu berdiri disana hampir bermenit-menit untuk berbicara sendiri dan menangis. Lalu setelah itu pergi begitu saja dan kembali lagi keesokan hari nya. Seakan Doyoung menjadi pelanggan tetap museum dan akan aneh jika Doyoung tak datang mengunjungi museum.

Sesaat setelahnya dering ponsel berbunyi. Doyoung segera mengangkatnya setelah melihat nama yang tertera.

"Selamat siang?"

"..."

"Sekarang juga? Baiklah."

Doyoung menghela napas lelah. Beginilah dia sekarang. Kembali menjadi mahasiswa yang harus tetap bergelut dengan skripsi setelah mendapat libur untuk pemulihan. Tadi itu dosen pembimbingnya yang menelepon. Kalau kata Mashiho, dia ingin menuntut dosen pembimbing Doyoung karena membuat Doyoung stres dan kecelakaan.

"Aku pergi dulu." Pamit Doyoung entah pada siapa. Yang jelas matanya fokus menatap mata lukisan sang Raja.

Doyoung menaiki bus menuju kampus. Hari ini juga ia harus menyerahkan hasil skripsi nya agar cepat lulus. Karena Doyoung terhitung paling lama, belum lagi terjeda saat dirinya kecelakaan.

Butuh sekitar lima belas menit, gerbang kampus sudah terlihat dari halte seberang tempat Doyoung berhenti. Ia berjalan agak cepat kali ini mengingat dosen pembimbingnya termasuk jajaran dosen paling tidak sabaran yang Doyoung kenal.

Ia juga mengecek isi tas nya takut ternyata ia meninggalkan sesuatu yang penting. Setelah memastikan semuanya lengkap, Doyoung berlari sedikit menuju ruang yang dituju. Setelah sampai dirinya berhenti sejenak untuk sekedar menstabilkan napasnya.

Setelahnya Doyoung mengetuk pintu sebelum dipersilahkan masuk. Dilihatnya sang dosen pembimbing yang tengah memainkan ponselnya di tempat kebesarannya. Sang dosen melirik Doyoung sekilas lalu menginstruksikan untuk duduk di depan sang dosen.

"Pak ini——"

"Tidak perlu!"

Doyoung mengernyitkan dahi. Maksudnya bagaimana? Tidak usah revisi langsung lulus begitu?

"Maksudnya pak?" Tanya Doyoung tak mengerti.

"Mulai sekarang kau tidak perlu bimbingan dengan ku lagi."

Doyoung semakin dibuat bingung, apa dosennya mulai muak dengan dirinya yang tak lulus-lulus?

"Pak, apa maksudnya semua ini? Saya tidak bisa bimbingan dengan bapak lagi begitu?"  Tanya Doyoung khawatir. Dosen pembimbingnya justru mengangguk mantap sebagai jawaban.

"Ya."

"Tapi kenapa pak? Saya terlalu lama—"

"Bukan!"

Dosen itu menatap Doyoung.

"Kau memang lama, teman-teman mu sudah sidang tinggal menunggu wisuda. Tapi bukan itu yang menjadi alasannya." Ucap sang dosen.

"Lalu?"

"Karena aku akan pensiun, pihak kampus memberi mu dosen pembimbing yang baru. Dia——"

"Maaf, apakah saya terlambat?"

Perhatian seisi ruangan jelas tertuju pada sumber suara. Baik sang dosen maupun Doyoung semua kompak menoleh. Hingga sepersekian detik manik indah milik Doyoung bertubrukan dengan manik yang lain.

Doyoung berdiri dengan kasar sampai menimbulkan derit kursi yang memekik.

"HARUTO?!"







***

Terimakasih banyak untuk orang-orang baik yang selalu memberikan respon positif padahal banyak yang lebih baik daripada apa yang aku buat. Aku juga mau minta maaf apabila alur yang aku buat atau caraku memilih diksi kurang tepat dan kurang berkenan.

Sekali lagi terimakasih untuk semua yang terlibat dalam proses meskipun hanya meninggalkan jejak bintang sebagai penghargaan. Terimakasih.

Btw, kalian serius mau season 2? Nggak bosen ta?

Oh iya, dalam pandangan kalian, anak Doyoung Haruto itu cowok atau cewek?

REWRITE THE HISTORY | HARUBBY [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang