CHAPTER 29

3.2K 436 52
                                    

Ditemani cahaya rembulan di tengah malam. Entah pukul berapa sejak sepasang kekasih itu selesai pada kegiatan mereka. Langit gelap terlihat dari jendela yang dibiarkan terbuka membuat angin dingin menyejukkan hawa yang semula panas.

Pelukan Haruto sudah sangat cukup bagi Doyoung terbebas dari rasa dingin angin malam. Keduanya duduk bersandar pada kepala ranjang. Saling diam beberapa saat, menikmati aksi saling berpelukan dalam hening daripada beristirahat.

Usapan pelan Doyoung dapatkan dari tangan besar sang Raja. Membuatnya nyaman, tapi Doyoung belum ingin tidur meskipun keadaan tubuhnya cukup lelah. Sedangkan Haruto harus tetap terjaga menemani sang permaisuri.

"Aku tidak tahu apa yang kau pikirkan. Tapi jangan pernah lagi meragukan perasaan ku padamu." Suara berat Haruto mengisi kekosongan malam ini selain suara-suara orang yang masih tersisa. Doyoung tak tahu apakah pesta masih berjalan atau justru sudah selesai sejak tadi.

"Siapa yang kau lihat berkali-kali saat pesta?" Tanya Doyoung tiba-tiba.

Haruto mengernyit bingung.

"Dirimu?"

Doyoung mendengus kesal.

"Aku serius! Siapa yang kau pandangi berkali-kali saat pesta?" Tanya Doyoung lagi.

"Raja Yang?" Jawab Haruto tak yakin. "Sejujurnya, aku melihat banyak orang di pesta." Imbuhnya. 

"Bukannya kau melihat ke arah wanita cantik?" Tanya Doyoung.

"Siapa?" Bukannya menjawab, Haruto justru balik bertanya.

"Aku tidak kenal!" Sahut Doyoung cepat. "Tapi kau melihatnya berkali-kali kan? Jujur padaku." Tanya Doyoung lagi.

"Aku melihat banyak orang di pesta contohnya Raja Yang——"

"Berhenti menyebut Raja Yang." Potong Doyoung cepat. Ia menatap kesal ke arah Haruto.

"Baiklah, tapi siapa yang kau maksud?"

"Sudah ku bilang aku tidak kenal." Doyoung memilih mengalihkan pandangan. Sedikitnya membuat Haruto sadar jika Doyoung tengah merajuk.

"Aku sepenuhnya milik mu, Doyoung. Disamping aku seorang Raja, aku juga suami mu. Aku bisa kehilangan tahta, tapi aku tidak bisa kehilangan dirimu."

Kata penenang yang sejujurnya agak menggelikan jika saja Doyoung dalam keadaan yang biasa. Maksudnya bukan keadaan yang tengah dilanda cemburu seperti sekarang. Masih teringat jelas perkataan salah satu gadis yang mengatakan bahwa sang Raja melirik nya berkali-kali.

"Kalau begitu turunlah dari Tahta mu. Berikan saja pada orang lain. Kita jadi rakyat biasa saja agar kau tak perlu melaksanakan tradisi bahwa Raja harus memiliki selir."

Haruto tersenyum kecil. Ah, sepertinya sang raja menemukan titik terang alasan mengapa sang permaisuri mendadak menjadi sedih.

"Jadi hal itu yang mengganggu mu?"

Doyoung menghela napas lelah. Seolah beban dunia sedang ada di pundaknya.

"Mereka membicarakan mu, di dekat ku yang sedang makan Kue. Mereka terlalu percaya diri bahwa mereka bisa menjadi selir mu. Ah, gara-gara mereka Aku jadi tidak bisa menikmati kue-kue itu." Jelas Doyoung rancu. Disertai gerutuan kesal karena ia jadi teringat tentang perkataan gadis-gadis itu.

Haruto semakin merekatkan pelukannya membuat Doyoung mengeluh sesak. Salah sendiri mengapa menggemaskan. Meskipun beberapa saat lalu sudah Haruto makan, tapi Haruto masih belum puas. Seolah ingin lagi dan lagi.

"Memangnya mereka membicarakan apa sehingga Permaisuri ku satu-satunya jadi marah begini? Ayo mengadu padaku."

"Mereka bilang bahwa kau akan memilih selir karena harus berpuasa——maksud ku berpuasa yang... kau tau kan maksudnya? Karena aku tengah mengandung. Bahkan mereka meremehkan ku. Membandingkan diriku dengan Tuan Kim Junkyu. Mereka dengan percaya diri mengatakan bahwa mudah untuk bersaing dengan ku. Walaupun bisa, aku tak akan pernah mau mengangkat mereka menjadi selir mu."

REWRITE THE HISTORY | HARUBBY [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang