CHAPTER 34

2.7K 424 89
                                    

Aku update lagi nih, Cepat bilang makasih sama paduka ratu...

Bacanya pelan-pelan ya... semoga ga bingung.

***



Langit semakin sore sejak dirinya pertama kali memasuki sebuah gubuk tua di tengah hutan. Doyoung amat sangat lelah, belum lagi fakta-fakta yang ia dapat hari ini.

Sebenarnya siapa yang jahat disini?

"Kau mau membunuh ku juga?"

Kim Junkyu memutar bola matanya malas. Ia memperhatikan Doyoung yang sedari tadi duduk di pojokan memeluk diri. Perutnya yang besar dan napasnya yang terengah-engah. Junkyu sedikit miris dengan kondisi dengan kondisi Doyoung.

"Apa kau berfikir semua orang akan membunuh mu?"

"YA!"

Doyoung dengan napas terengah kemudian menangis. Memeluk dirinya sendiri yang begitu miris.

"Jangankan dirimu, Mashiho saja ingin membunuh ku. Lalu kau ingin aku tetap berfikir baik tentang orang lain?"

Doyoung merasakan nyeri sesekali ketika dia tengah terisak. Sepertinya sang bayi mengetahui keadaan hati Doyoung. Tapi Doyoung seperti enggan berhenti, ia menangisi hidupnya yang terombang-ambing. Menangisi Haruto yang entah bagaimana nasibnya, dan menangisi putra mereka yang bahkan belum melihat dunia.

" Aku hanya ingin hidup sedikit lebih lama bersama Haruto, bersama putra kami. Sekalipun nantinya Haruto tak lagi menjadi raja.  Jika kalian ingin tahta kerajaan kenapa tidak mengambilnya saja? Mengapa kalian juga ingin mengambil nyawa kami dan putra kami yang bahkan belum merasakan udara——AKHHH." Doyoung memejamkan mata menahan kram akibat tekanan demi tekanan yang ia berikan pada sang jabang bayi.

Junkyu kini mendekat, duduk di dekat sang permaisuri yang sedikit menjaga jarak dari Junkyu.  Lelaki itu turut menghela napas dengan pandangan sendu. Dengan tiba-tiba Junkyu mendekat, membawa Doyoung dalam dekapannya meskipun sang permaisuri memberontak.

Tenaga Junkyu rupanya tak main-main, Doyoung tak berhasil lepas dari dekapan lelaki itu hingga dirinya menyerah. Menyadari gerakan Doyoung mulai melemah, Junkyu kemudian sedikit meregangkan kedua tangannya. Mengusap-usap pelan guna memberikan rasa tenang kepada Doyoung meskipun Isak tangisan tak berhenti dari bibir mungil sang permaisuri.

"Jangan terlalu membenci Mashiho. Dia hanya tidak punya pilihan lain."

Ucapan Junkyu hanya mendapat balasan hening.

"Mashiho hidup diantara dua pilihan. Menyelamatkan dirimu, atau..." Junkyu mengambil napas di sela-sela penjelasannya, meski tak terdengar isakan, Doyoung yakin Junkyu sempat meneteskan air mata karena tetesan itu tepat mengenai kepalanya. "...atau menyelamatkan ibu nya."

Hanya terdengar isakan kecil dari Doyoung.

"Aku akan menceritakan semua yang mungkin ingin kau ketahui. Percaya atau tidak itu hak mu."

Doyoung tak punya pilihan lain selain diam. Ia tak mengiyakan tapi juga tidak menolak. Sedikitnya ia penasaran tentang apa dan siapa itu Kim Junkyu dan masa lalu yang dia maksud. Bagaimana bisa Junkyu begitu mengenal Mashiho dan apa hubungan Junkyu dengan Haruto. Semuanya terputar dalam benak Doyoung.

"Kim Doyoung, Jika kau pikir aku ingin melenyapkan mu, sudah ku lakukan dari dulu tanpa bantuan Mashiho ataupun orang lain sekalipun. Tapi sayangnya, aku tidak mungkin membunuh adikku sendiri kan?"

"APA?!"

Apalagi sekarang?

Doyoung kembali memberontak tapi Junkyu kembali mendekapnya erat. Kali ini Doyoung yakin Junkyu menangis karena Doyoung sempat mendengar isakan keluar dari mulut lelaki yang mengaku kakaknya itu.

REWRITE THE HISTORY | HARUBBY [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang