CHAPTER 10

3.7K 474 35
                                    

Doyoung mengerjap pelan, menyesuaikan cahaya yang terasa menusuk mata. Kepalanya pusing bukan main. Dirinya perlahan-lahan mencoba duduk sembari bersandar saat sadar dirinya tengah berbaring di sebuah kamar yang luas. Terakhir kali Haruto memintanya pindah pada paviliun Raja, setelah itu Doyoung melupakan sisanya.

"Aku sebenarnya kenapa?" Doyoung merasakan pusing setiap kali mencoba mengingat masa-masa sebelum ia tiba-tiba bangun dalam keadaan pusing seperti ini. Rasa-rasanya Doyoung melewatkan sesuatu.

Di tengah kebingungannya, Doyoung merasakan ada sesuatu yang sepertinya mengganjal. Seperti ada seseorang yang memandanginya begitu intens. Rasanya Doyoung ragu untuk mencari sumber ketidaknyamanan itu. Tetapi saat ia benar-benar menoleh, Doyoung dikejutkan dengan Haruto yang duduk sembari melipat tangan di depan dada.

"Astaga." Doyoung hampir terjungkal kalau tidak cepat tanggap.

"Kenapa kau berdiri di situ, Haruto!" Doyoung tanpa sadar meninggikan suara dengan cibiran kesal. Dada nya berbunyi cukup nyaring tanda ia benar-benar terkejut dengan kehadiran Haruto yang tanpa suara. Doyoung mengumpat lirih.

"Raja sialan, tidak hidup tidak mati tetap saja." Lirihnya.

Haruto masih diam di tempat, mengamati sang permaisuri yang berbicara cepat sekali. Ia memicingkan mata setelahnya bernapas lega. Ia perlahan berjalan mendekati tempat Kim Doyoung duduk.

"Ada yang sakit?" Tanya nya.

Baru saja Doyoung ingin melempar umpatan kesal, dirinya dikejutkan dengan tatapan Haruto yang dalam. Begitu mendominasi sampai-sampai Doyoung benar-benar terjungkal ke bawah. Untung saja Haruto cepat-cepat menahannya sebelum sang permaisuri benar-benar menyentuh tanah.

"Kau tidak apa-apa?"

Ish, kepalanya nyaris bocor karena hampir bersentuhan dengan ubin yang keras. Doyoung shock, sedangkan Haruto nampak panik karena Kim Doyoung mendadak diam.

"Ada yang sakit, permaisuri?"

"Sejak kapan kau duduk disana?" Doyoung menunjuk tempat Haruto duduk tadi.

"Sejak semalam." Doyoung memicingkan mata. "Kau tidak tidur?" Tanya Doyoung dibalas gelengan dari Haruto.

"Tidur, tapi duduk." Jawab Haruto. "Ku tanya sekali lagi, kau tidak apa-apa kan?" Sambung Haruto.

Doyoung melirik sekilas. "Memangnya aku kenapa, sebelumnya?" Tanya nya, berharap ia dapat jawaban mengapa tiba-tiba ia merasa pusing kala mengingat waktu-waktu setelah Haruto memintanya pindah.

Haruto terdiam menimang. Dengan kedua tangan mereka yang masih tertaut tanpa berniat dilepas.

"Kau lapar?" Haruto bersyukur berkali-kali akibat suara perut Kim Doyoung yang samar-samar ia dengar. Membuat topik keduanya berubah tiga ratus enam puluh derajat.

Doyoung mengangguk meskipun ia tak tahu pasti kenapa ia bisa sangat kelaparan. Padahal jika lapar biasa tidak akan seperih ini.

"Akan ku panggilkan Mashiho, makanlah yang banyak. Tidak usah keluar jika tidak perlu. Aku sangat sibuk hari ini." Haruto bergegas meraih jubah kebesarannya. Lantas pergi keluar menyisakan Doyoung sendirian di kamar.

"Sibuk katanya? Lalu yang dia lakukan di sana tadi apa?"













Doyoung yang tengah terlelap merasa terusik saat tubuhnya terasa berat. Secara tiba-tiba sebuah beban menimpa tubuhnya membuat matanya yang masih mengantuk ia paksa untuk segera terjaga.

"Ughhh, apa ini—"

Doyoung sempurnakan terjaga begitu mendapati sosok Haruto lah yang menimpa tubuhnya. Kepalanya merebah di atas dada Doyoung dengan posisi tengkurap. Dengkuran halus Doyoung dengar dari sini. Doyoung rasanya sesak karena tubuh Haruto bukan main beratnya.

"Kau—"

Doyoung terdiam begitu bau familiar menguar pada Indra penciuman nya. Doyoung kenal sekali bau ini. Bau minuman keras membuat Doyoung seketika menutup hidungnya.

"Kau mabuk? Hey, menyingkir." Doyoung susah payah membuat Haruto berpindah. Tapi sayang, sang Raja malah memeluk erat tubuh Doyoung hingga ia susah bernapas. Kalau posisinya tetap sama sepuluh menit ke depan, Doyoung yakin ia akan pingsan.

"Haruto—"

"Doyoungie."

Suara serak ditambah panggilan yang tak pernah Doyoung dengar selama ini membuatnya tertegun. Haruto bergumam kecil, masih pada posisi yang sama. Tapi beberapa saat kemudian ia mengangkat kepala, dilihatnya wajah sang permaisuri dengan seksama.

Dari sini, dapat Doyoung lihat jika Haruto benar-benar mabuk. Pandangannya sayu, wajahnya memerah ditambah senyuman yang tiba-tiba tersungging.

Tanpa aba-aba sang Raja mendekatkan wajahnya, menempelkan kedua belah bibir dengan tiba-tiba. Sedangkan Kim Doyoung terkejut, ia mencoba memberontak walaupun sia-sia.

Haruto menggigit bibir bawah sang permaisuri kala ciumannya tak kunjung berbalas membuat leguhan kecil tercipta. Lidahnya menerobos masuk menimbulkan bunyi yang samar-samar terdengar. Doyoung tak bisa berbuat banyak, dibawah kendali Haruto yang tengah mabuk membuatnya tak berdaya. Belum lagi ia terbuai dengan ciuman yang asing membuat kepalanya pening.

Doyoung memukul keras lengan Haruto saat dirasa napasnya hampir habis. Haruto melepaskannya lantas mengusap pelan bibir bawah sang permaisuri yang basah menggunakan ibu jari. Haruto tersenyum kecil melihat pemandangan indah di depan wajahnya.

Perlahan ia mendekatkan kembali kepalanya di samping kiri, menghisap sebentar leher putih itu hingga menimbulkan bercak, sebelum ia berbisik seduktif.

"Doyoungie, mari kita buat penerus."

Brukhhh.

Doyoung seperti mendapat kembali kesadarannya setelah Haruto berkata hal menggelikan barusan. Tanpa sengaja ia mendorong Haruto membuat sang Raja terguling ke bawah. Suara benda jatuh terdengar nyaring, Doyoung membulatkan matanya, lantas buru-buru menghampiri sang Raja yang tergeletak di lantai.

"Haruto!" Doyoung semakin panik kala mendapati pelipis Haruto mengeluarkan darah, lelaki itu terpejam. Agaknya pingsan.

"Bangun Haruto, jangan mati ku mohon." Doyoung menepuk-nepuk pelan pipi sang Raja berharap lelaki itu akan segera bangun. Tidak lucu jika dirinya di eksekusi karena tak sengaja mendorong Raja hingga mati.

Tidak!

Ini semua karena perkataan Haruto, Doyoung tidak sepenuhnya salah!

Tapi Doyoung tetap takut kalau benar Haruto mati karena kepalanya terbentur lantai.

"Ya Tuhan, bangunlah ku mohon."

Doyoung tak kuasa meminta tolong. Jika orang luar ada yang tau, sama saja dirinya bunuh diri. Doyoung benar-benar panik dan bingung.

"Aduh, bagaimana ini?"

REWRITE THE HISTORY | HARUBBY [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang