10. Pria yang memperingati

148 13 2
                                    

Memasuki minggu kedua ku di Indonesia.

Aku masuk kampus seperti biasa, tidak banyak yang terjadi selain proses perkuliahan yang normal. Memang banyak rumor ini itu tentang kepindahanku tapi tidak ada yang berani membahasnya karena aku anak seorang Rektor. Semua orang bermulut manis di depanku, tidak ada diskriminasi di kampus, malah aku mendapat banyak keuntungan sebagai mahasiswa yang "berbeda". Aku hanya nongkrong dengan Neyma, kami belajar bersama dan fokus dengan tutor mata kuliah yang harus ku kejar ketinggalannya. Neyma mengajariku dengan baik, sangat baik.

"Oh, besok aku tidak bisa mengajarimu. Aku ada urusan" ucap Neyma saat akhir pertemuan kami sore itu. Kami sedang belajar di gazebo kampus yang teduh dan sepi.

"Tapi senin depan ada tes mata kuliah kewarganegaraan, aku mana bisa tidak belajar"

"Ahh, itu cuma soal esai saja, kau bisa buka buku. Kau cuma perlu cari jawabannya di buku, dan tulis sepanjang panjangnya, kau pasti dapat A" Neyma merapikan bukunya dan siap pergi.

"Emang besok kau mau kemana?"

"Pacaran dengan Tora, dia sudah pulang dari rumah sakit kemarin" jawabnya dan tersenyum manis.

"Serius? kau melewati tanggung jawabmu mengajariku demi pacaran?"

"Jangan mengajakku debat, kita sama-sama keras kepala"

"Kau bisa mengajariku terlebih dulu baru pacaran kan?"

"Kami mau ke pantai, menginap di sana, main air, menikmati akhir minggu selayaknya pasangan yang romantis"

"Hanya 2 hari, sabtu dan minggu kalian ke pantai, cih, apa serunya. Yang ada kalian bakalan capek di jalan dan boros uang"

"Kau itu orang kaya, kau tidak akan paham serunya keluar dari kota, duduk di tepi pantai, tidur di villa sewaan. Itu seru tau, apalagi bersama pacar"

"Aku ikut"

"Enggak"

"Aku bisa ke Villa yang berbeda"

"Eng-gak"

"Aku tidak perlu izinmu, akan tanya Tora kalian kemana, aku akan menginap di dekatnya"


Tak lama kemudian Tora datang mendekati kami, kakinya masih pincang dan tangannya di perban. Dia terlihat kesusahan untuk duduk dan Neyma membantunya. Walau tampak sehat, dia masih meringis ngilu di beberapa bagian otot dan tulang. Setidaknya wajahnya masih tampan, kata Neyma.

"Bagaimana kondisimu?" tanyaku ke Tora.

"Baik, tapi belum bisa bergerak cepat saja. Masih sedikit nyeri"

"Kalau begitu istirahat saja, tidak usah jalan-jalan" ucapku dengan lembut.

"Jangan dengarkan dia, dia itu tidak punya teman disini" sambung Neyma "Jangan bilang kita ke pantai apa, nanti dia nyusul"

Tora menghela nafas "Tapi kayanya kita gak bisa berangkat Ma" ucap Tora.

"Yes!" Aku berbisik kecil

"Kenapa? kau masih sakit?" Neyma meraba Tora dengan panik.

"Bukan, ada masalah di jembatan Mama Rara"

"Kenapa?" Neyma duduk lagi dan mendengar dengan serius.

"3 orang anak dari pemukiman itu hilang. Ada yang menjadi saksi kalau mereka katanya diculik mobil mewah. Aku harus kesana membantu pencariannya"

"Penculikan anak? itu bukan urusanmu kan?" tanyaku.

"Aku harus membantu sebisaku, setidaknya aku bisa memastikan apakah itu penculikan atau ada kecelakaan lain. Ketiga anak itu sudah hampir seminggu tidak ditemukan. Mereka dicari sampai ujung sungai tidak ada jejak"

Ikan Ajaib dan Danau Tora ( Umber )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang