9. Pria yang ingin bertemu pacarnya

152 9 0
                                    

-banyak typo, langsung komen kalo dapet

Neyma kutempati di salah satu kamar tamu. Sebelumnya dia sudah menelpon kakaknya untuk memberi kabar kalau dia menginap di rumahku. Mengetahui bahwa aku adalah anak rektor, kakaknya mempercayai adiknya ini untuk tinggal. Aku bawa Neyma ke kamar terdekat dengan kamarku lalu kusuruh dia mandi untuk membersihkan diri dan membuatnya merasa segar. Saat dia mandi aku membuat coklat hangat dan mengambil makanan ringan dari dapur, ku bawa ke kamarnya.

"Bajuku muat?" tanyaku melihatnya duduk di kasur dengan wajah murung.

"Bajumu?" 

"Ya, mungkin ayah membelinya untukku 5 tahun lalu. Itu baju lama yang tidak pernah dia kirim ke kami. Menumpuk di lemari kamarku bertahun-tahun" jawabku dan memberikan coklat hangat ke Neyma. Ada yang bilang coklat bisa menghilangkan rasa sedih, entah benar atau tidak.

Neyma melihatku dengan mata bengkak "Kau menyindir kalau badanku sama besarnya dengan badanmu 5 tahun lalu" 

"Tidak, Kau terlalu banyak pikiran. Lebih baik kau tidur sekarang daripada kau mengomel tidak jelas seperti ini" ucapku dan membentangkan selimut untuknya.

"Yasudah keluar sana, aku bisa mengurus diriku sendiri. Jangan sok baik karena merasa kasihan pada nasib malang ku Freddy"

"Kau pasti merencanakan cara untuk kabur begitu aku melepaskan pandangan darimu. Neyma, ada 8 satpam penjaga disini, belum lagi penjaga di luar komplek. Kau tidak bisa keluar mengendap-endap, ingat ini rumah rektormu. Melakukan tindakan semberono di sini akan membuat nama baikmu rusak. Kau adalah tanggung jawabku karena aku yang membawamu kesini, kalau kau melakukan hal buruk maka aku punya hak untuk menghukummu"

"Cih, sok keren. Yang Rektor itu ayahmu, bukan kau" Neyma meringkuk ke dalam selimut lalu memunggungi ku.

Aku melihat keluar kamar dan saat itu bulan purnama, terang dan kelihatan indah. Kuhidupkan handphone ku dan bicara pada seseorang dari telepon.

"Tidur Neyma, aku keluar dulu" bisikku ke Neyma. Sesampainya diluar aku bicara.


[Dalam bahasa inggris]

"Selamat Sore Luna. Apa kabar mu-" 

"Oh begitu, aku juga baik-"

"Iya, kau harus main kesini, di Indonesia banyak tempat menarik-"

"Oke, kau istirahat ya..."

"Hahahah, aku baik-baik saja, aku tidak akan jatuh cinta dengan orang lain-"

"Oke, Bye-"

Telepon mati dan aku terduduk menatap bulan purnama di langit.

"Siapa?" Neyma keluar dengan selimut di bahunya.

"Kau menguping?"

"Kau bicara sangat kencang, semua yang di dekat sini bisa dengar"

"Pacar ku, tapi kami sudah tidak seromantis dulu, ada masalah soalnya"

"Kau kelihatan bahagia meneleponnya. Kau lembut, tidak seperti kalau bicara kepadaku"

"Ya jelas, dia pacar terbaikku. Lagipula kenapa aku kasar kepadamu karena bahasa Indonesia bukan bahasa utamaku, jadi mungkin kau hanya salah menangkap nada bicaraku"

Neyma duduk di sebelahku. Aku tidak pernah benar-benar melihatnya dengan detail sebelumnya. Sekarang dia lebih bersih karena sudah mandi. Mata, hidung dan bibirnya lebih merah karena sebelumnya dia menangis. Rambutnya masih lembab, dan kulitnya terlihat lebih cerah karena pantulan cahaya matahari. Aku kenal banyak pria gay, tapi mungkin Neyma adalah pria gay Asia pertama yang kutemui, dan Tora adalah yang kedua. Mereka berdua tidak terlihat "Se-gay" itu, mungkin karena tidak diterima masyarakat dan harus mereka tutupi. Tapi Neyma adalah pria baik, Tora juga. Mereka pintar dan perduli walaupun sedikit emosional.

Ikan Ajaib dan Danau Tora ( Umber )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang