CHAPTER 454

259 28 1
                                    

CHAPTER 454

Dewa Timur masih kebingungan.

Butir-butir keringat terbentuk di kening Yeowun saat dia menatap lawannya. Teknik yang dia gunakan tadi masih banyak yang tumpang tindih, hingga jumlah energi yang dikonsumsinya jadi berlipat-lipat.

Sekitar tiga perempat dari stok energi yang Yeowun kumpulkan setelah menyerap intisari makhluk spiritual akan tersedot habis.

'Huu ... menggabungkan dua atribut ke dalam satu Pedang Gaib belum cukup untuk membungkamnya. Sedangkan memusatkannya pada satu titik, tentu akan jadi pemborosan yang besar.'

Untuk saat ini, melakukannya tiga atau empat kali lagi adalah batasnya.

Bagaimanapun juga, kekuatan Yeowun sudah berada di luar imajinasi, karena luka yang harus ditanggung tangan kanan Dewa Timur cukup parah. Adapun Yeowun, menganggap itu masih serangan kecilnya.

Itu sungguh teknik yang menakutkan untuk dihadapi.

"Ku akui, kau cukup hebat. Coba kau hentikan yang ini juga. Aku akan menembak keduanya dengan cara yang sama seperti tadi."

Chun Yeowun mengucapkan kata-kata pujian.

Jika menghadapi orang normal, Chun Yeowun pasti sudah membunuh mereka. Tetapi karena Dewa Timur cukup tangguh, maka Yeowun mengapresiasi kekuatan serta kemampuannya. Karena pak tua ini mampu mencapai semuanya dengan modal kekuatannya sendiri, Yeowun pantas untuk memujinya.

Meskipun Dewa Timur bersikeras mencegat Yeowun agar tidak memasuki gunung, Yeowun tidak ingin membuang nyawa sia-sia melawan pejuang sejati seperti Dewa Timur.

Niat Chun Yeowun tampaknya berhasil sampai batas tertentu.

'... jika masih ada serangan ofensif lain seperti itu, tidak mungkin lagi aku sanggup memblokirnya.'

Selain karena satu lengannya terpelintir, otot-ototnya terasa tegang, sehingga sulit baginya untuk bertarung kembali.

Bila di ibaratkan pada sosok pendekar pedang, kondisinya seperti mengandalkan pedang yang sudah patah.

Namun, jika tujuan dari duel ini hanya untuk mencari siapa yang menang dan kalah, maka menerima kekalahan adalah yang terbaik.

"Pertempuran ini kaulah pemenangnya. Seperti pepatah, air lama Sungai Yangtze akan terdorong ke hilir karena ada air baru yang lebih kuat dari hulu. Kau lebih kuat ketimbang Chun Majong dari sektemu."

"Lord Chun Majong?"

Kening Yeowun jadi berkerut mendengar kata-kata yang keluar dari mulut Dewa Timur.

Itu adalah nama yang sudah sering dia dengar. Itu pasti nama seorang Lord masa lalu.

'Oh, tidak. Apakah Dewa Timur mengenal ayahku?'
Chun Inji, yang ikut mendengar kata-katanya, jadi terbelalak.

Chun Majong juga seorang Eks-Lord dan juga ayah kandungnya.

Ketika Chun Inji masih aktif dalam Sekte Iblis, dia sudah pernah mendengar sepak terjang Dewa Timur sebagai salah satu dari lima Prajurit Terkuat. Tapi Chun Inji sama sekali tidak tahu kalau Dewa Timur ada memiliki hubungan dengan ayahnya.

'Berapa umur ... ugh.'

Meskipun rambut di kepala Dewa Timur sudah memutih, namun dari raut wajahnya, dia hanya terlihat seperti pria paruh baya.

Seandainya fisik Dewa Timur kembali ke usia yang lebih muda, perlu diketahui kalau pria ini harusnya sudah berusia lebih dari 100 tahun.

'Dia adalah seorang pendekar dari zaman yang sama dengan kakek buyut. Itulah faktor mengapa seni bela dirinya sangat murni.'

NANO MACHINE 3Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang