Seanga menatap Gibrel dan Leo yang terdiam mengedarkan pandangan. "Gib, Le. Ayolah kasih gue saran, bingung banget gue. Mana kemarin nggak ada respon apapun." Pinta Seanga pada dua temannya."Cappucino satu!" teriak Gibrel sambil mengangkat tangan kanan.
"Kok malah pesen kopi!" sebal Seanga karena omongannya tidak direspon. "Apa gue ke rumah dia aja?"
Semakin di tunggu semakin tidak ada respon dan tanggapan dari Gibrel dan Leo. Tidak tau apa yang mereka bertiga lakukan berkumpul di kafe seperti ini jika bukan mendengarkan curhatan Seanga. Kemarin pikiran Gibrel sudah tidak tau kemana karena hampir setiap hari mencerna curhatan Seanga.
"Lo berdua temen gue bukan sih?" Seanga bertanya menaikkan nada bicara. "Temennya lagi susah malah dibuat tambah susah. Setidaknya meringankan."
Gibrel dan Leo sama-sama saling menggeleng. Tatapan keduanya hanya tertuju pada gelas kopi di meja dan para pengunjung kafe. Oleh sebab itu sejak tadi Seanga seperti berbicara pada dua patung.
"Gue nyerah," Gibrel mengangkat kedua tangan lalu menjatuhkan kepala di meja.
"Gue nggak mau kena marah sama lo," ungkap Leo sambil menopang dagu. "Lo yang marah-marah gue yang disalahin."
Lantas Seanga memprotes. "Tapi kan, Le." Tapi dipotong oleh Leo.
"Cukup, inget lo terakhir marah-marah sama gue waktu gue kasih saran sama lo." Leo mengingatkan Seanga.
"Huh!" Seanga menarik napas lalu membuang kasar. "Ya terus gue harus gimana sekarang?"
"Resah banget lo." Sindir Gibrel. "Santai, nggak usah terlalu sat set, sabar nikmati prosesnya. Siapa tau Glea lagi nyiapin jawaban." Katanya mencoba menenangkan Seanga yang dari tadi tidak tenang. "Lo juga salah, nggak bilang-bilang kita berdua kalau mau ngungkapin perasaan ke Glea."
"Masalahnya," Seanga berhenti. "Perasaan yang gue sama lo rasain beda."
Biarpun Gibrel sedikit kesal tapi ia masih peduli dengan Seanga. "Sekarang mau lo gimana?"
"Gue," jawabannya tak jelas. "Gue mau ke rumah Glea." Mendadak langsung berdiri membuat keduanya kaget.
"Ya jangan ke rumahnya, lo mau Glea semakin marah sama lo?" Leo mencoba mencegahnya.
"Tadi lo tanya gue mau gimana, ya lebih baik gue ke rumahnya tanya langsung apapun jawaban yang gue dapet ya udah nanti, selesai atau lanjut."
Keras kepala seperti itu yang kadang membuat Gibrel bingung harus bagaimana menasehati Seanga. Kali ini dirinya akan membiarkan cowok tersebut melakukan apa yang dimaunya. "Terserah lo, Ga. Gue udah capek kasih lo masukkan."
"Oke! Gue akan selesaiin semua." Lantas Seanga pergi dari kafe tersebut.
Sepeninggalan Seanga tadi Gibrel dan Leo juga berniat untuk mengikuti Seanga tetapi Gibrel langsung berpikir jika semua itu tidak terlalu penting. Sebab Seanga pasti akan menyelesaikannya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
SEANGA : fall in love with you
RomanceTerjebak friendzone dengan teman sekelas merupakan hal yang menyenangkan bagi seseorang seperti Seanga. Namun, tidak dengan Glea, ia harus menguatkan mental dan kesabaran setiap harinya menghadapi Seanga. Pertemuannya dengan gadis bernama Glea memb...