17 : Surat

3 2 0
                                    

Cerita ini hanya fiksi hasil pemikiran aku dan sebagian aku ambil dari pengalaman pribadi. Jadi kalau ada kesamaan nama tokoh, tempat kejadian/cerita itu adalah kebetulan dan tidak ada unsur kesengajaan.

Peringatan! Terdapat kata-kata kasar dan umpatan. Sebagai pembaca yang bijak maka ambil baiknya saja.

So, enjoy every storyline.

So, enjoy every storyline

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"TOLONGGG!"

"Otak gue udah mau meledak." Ucap Seanga memegangi kepala. Meja belajar itu penuh dengan kertas yang sudah tercoret-coret oleh tinta pulpen. Sejak tadi ia terus gagal menulis, baru dua kalimat salah dan dirinya tidak mau ada coretan apapun. Prinsipnya harus rapi jika salah ganti kertas. "Apakah gue perlu meminta tutor?" Ponsel yang diletakkan di laci meja lalu diambilnya.

"Hallo, mau apa lo!?" jawab si penerima telepon disertai nada tinggi.

"Tutornya, Kak. Otak gue udah nggak bisa nampung apa-apa." Kata Seanga terus mengelus-elus kepala. "Udah coba keluar rumah tetep aja nggak dapet inspirasi apa-apa."

Gibrel membuang napas. "Ya mana gue tau, inspirasi gue aja cuma kadang-kadang. Tanya Leo coba dia paling bisa kalau buat gituan,"

Kemudian Seanga mengundang Leo dalam video call tersebut. "Kenapa sih lo berdua?" tanyanya ketika bergabung. "Muka lo biasa aja ya, nggak usah ngejek." Leo menegur Gibrel.

"Gue butuh bantuan lo banget plis!" pinta Seanga kemudian diriya menunjukkan beberapa kertas yang berada di meja belajarnya. "Nggak tau lagi mau nulis apa, pokoknya lo harus bantu gue."

"Bantu apa sih? Gue nggak ngerti lo berdua pada ngapain."

"Pentingnya nyimak dan mendengarkan." Sela Gibrel bermaksud menyindir Leo. "Langsung aja, Seanga mau nulis surat buat Glea tapi, dia nggak tau harus ngungkapin pakai kata-kata gimana. Nah lo sebagai ahlinya cinta dan perasaan diundanglah bermaksud untuk memberi tutor." Jelas dirinya. "Bagaimana Mas Leo, apa sudah jelas?"

Selama Gibrel menjelaskan Seanga hanya engangguk menyetujui setiap perkataan yang diucapkan temannya. "Tolong banget, gue cuma punya waktu malam ini."

"Berani bayar berapa lo?"

Seanga dan Gibrel menyerah.

"Parah! Parah banget!" seru Gibrel. "Temen sendiri."

"Minta lo apa?" Tanpa basa basi Seanga menanggapi.

"Satu jeti," telunjuk tangan di arahkan ke kamera.

"ANJIR!" Mendengarnya Gibrel langsung mengumpat sedangkan Seanga mengelus dada.

"ASEM! LO MALAK GUE?" Seanga pun spontan hampir memarahi temannya itu.

Sementara kedua temannya marah-marah dan banyak mengeluh, Leo tersenyum bahagia.

SEANGA : fall in love with youTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang