“Aw! Anjing sakit! Pelan pelan dong Nyong!” Junhui merintih begitu Soonyoung menekan kantung es pada kakinya.
“Tahan dong nyet! Lo laki bukan sih!?” Soonyoung dengan kesal semakin menekan kantung es itu dengan keras membuat si pemilik kaki melotot dan akhirnya diam pasrah.
Setelah selesai membalut kaki Junhui, Soonyoung meletakkannya di atas bantal. Kemudian ia menatapnya sambil menghembuskan nafas lelah sementara si pemilik kaki tengah santai sambil menggulir ponselnya. Padahal Soonyoung sedang sakit, tapi terpaksa mengurus pasien yang lain yang tiba-tiba datang kerumahnya membuat rusuh.
“Gimana ceritanya bisa keseleo sih lo? Lo tau kan jadwal tampil kita bentar lagi,” kata Soonyoung.
“Iya, ini juga kan gue keseleonya gara-gara latihan. Tanya aja sama Chan kalo gak percaya.”
“Kembaran lo tau?”
Junhui beralih dari ponselnya menatap Soonyoung sejenak. “Menurut lo ngapain gue kesini? Dia bisa ngamuk kalo tau gw cedera gara-gara latihan dance. Jadi mending lo diem diem aja ya.”
Soonyoung menyandarkan punggungnya pada sandaran sofa, wajahnya dengan jelas menunjukkan kalau dia tengah kesal. “Percuma aja, pas lo pulang dia juga kan bakal tau.”
“Nah itu, gue nginep disini.”
Tubuh Soonyoung maju seketika membuat pening di kepalanya semakin kuat. “Nyet! Gue kan lagi sakit. Gak deh, gu—”
Soonyoung belum sempat selesai bicara begitu Bunda tiba-tiba pulang membuka pintu.
“Hai Juju.”
Junhui melambaikan tangannya dengan semangat. “Hai Bunda. Juju nginep ya?”
“Ih kamu mah, ya tinggal nginep lah. Kenapa harus bilang dulu, eh, eh kakimu kenapa itu?” Bunda mendekat mengamati kaki Junhui.
“Kaki Juju keseleo Bunda, sakitt..” Soonyoung membuat ekspresi jijik begitu Junhui merengek manja dan Bundanya yang juga melayaninya seperti anak sendiri. Ia mempertahankan ekspresinya, tanpa mendengar apa yang Bunda dan Junhui obrolkan didepannya. Yang ada dipikirannya sekarang adalah, betapa ia ingin mencekik sahabatnya itu karena dia selalu bisa mendapatkan apa yang ia mau dengan merengek pada Bunda.
“Yaudah kamu jangan banyak gerak, Bunda masak dulu ya, kalian pasti belum makan siang.” Bunda menoleh pada Soonyoung, “Kamu dah gak pusing tah nak?”
“Masih,” jawab Soonyoung bete.
“Yaudah nanti minum lagi obatnya pas udah makan ya, terus nanti bantuin Juju kalo mau jalan. Kasian kakinya sakit.”
“Soonyoung juga kan masih sakit Bun!” protesnya.
“Kamu mah kan bentar lagi juga sembuh, kaki Juju masih lama sembuhnya.” Bunda membalas sambil melengos pergi menuju pergi meninggalkan Junhui yang tengah menatap Soonyoung dengan alis yang naik turun menggoda, seolah mengatakan, gue anak kesayangan Bunda nih.
Tidak peduli dengan pening yang masih berdenyut, Soonyoung berdiri mengambil bantal dekoratif, membenamkannya pada wajah Junhui dengan kesal.
“Mmpphh!!”
“Lo pake pelet apa sama Bunda? Ngaku lo!”
“Mmlemppass!!!” Soonyoung melempar bantal begitu saja dan kembali duduk di sofa samping Junhui.
“Sialan, lo mau bunuh gue hah!?” sungut Junhui terengah-engah.
“Mau Lo gue bunuh?” tanya Soonyoung dengan nada kesal. Dan setelahnya suara Bunda terdengar memanggil Soonyoung dengan nada menegur. Ia memutar matanya malas.
Sebenarnya yang anak Bunda itu siapa sih!?
🐶🐱
Selama tiga hari penuh, Junhui menginap di rumah Soonyoung. Yah, meskipun kakinya masih sakit tapi berkat sahabatnya itu ia bisa berangkat ke kampus dan sembunyi-sembunyi dari kembarannya. Untung mereka berbeda fakultas, jadi Junhui hanya perlu beralasan sedang sibuk saat kembarannya bilang ingin menemuinya.
Hari keempat, Junhui akhirnya bisa berjalan seperti biasa walaupun masih keliatan jalannya masih sedikit aneh. Pagi-pagi, ia sudah bersiap-siap untuk pergi, sudah rapih dan wangi, membuat Soonyoung terheran-heran.
“Bukannya gak ada kelas pagi lo?”
“Iwya, gwe adwa jwanji smwa Jiji,” jawab Junhui dengan mulut penuh roti.
Soonyoung mengerutkan keningnya, tak mengerti. Yang ia tangkap dari ucapan Junhui hanyalah Jiji atau si Jihoon yang merupakan temannya dari Fakultas lain. Diam-diam Soonyoung membatin, tumben sekali mereka janjian pagi-pagi. Karena yang ia tahu mereka berdua tuh paling anti keluar pagi, sibuk molor di kasur.
“Mau ngapa—”
“Bun! Juju berangkat ya!” belum sempat Soonyoung bertanya, Junhui sudah berdiri melangkah pergi sambil melambaikan tangannya pada Bunda.
Junhui berangkat menggunakan jasa gojek. Maunya sih ia pinjem motor Soonyoung aja, supaya hemat ongkos. Tapi karena kakinya belum sembuh sempurna, terpaksa deh ia menggunakan gojek. Setelah setengah jam perjalanan, akhirnya ia sampai di kafe tempat janjiannya sama Jihoon.
Ia langsung masuk menghampiri Jihoon begitu temannya itu melambaikan tangan. Tapi setelah menangkap lambaian tangan Jihoon, matanya kembali menyapu seluruh ruangan kafe. Mencari-cari sesuatu yang membuat nya menyarankan bertemu dengan Jihoon disini.
“Tumben lo sendiri, abang lo kemana?”
Junhui mecebikkan bibir saat duduk, “Gue yang abang!” katanya, membuat Jihoon terkekeh kecil. Ia kembali fokus pada laptopnya sementara Junhui kembali sibuk mencari orang yang ingin sekali ia lihat.
“Nyari siapa sih lo?”
“Hah? Eh, apa sih. Gue gak nyari siapa-siapa, jadi mana lagu lo? Gue mau dengerin nih.” Junhui tergagap begitu dirinya tergep Jihoon tengah celingak-celinguk kesana-kemari.
Tangan Jihoon membalikkan layar laptop menghadap Junhui dan memberikan headphone. Selama Junhui mendengarkan musik yang ia buat, Jihoon meneguk kopi yang berada di depannya. Memperhatikan temannya yang menghentakkan kepala mengikuti alunan musik.
“Bagus kok, liriknya udah lo buat?” Jihoon memberikan selembar kertas, yang langsung Junhui terima.
“Hm, yaudah deh. Nanti lo kirimin guide nya lewat wa aja,” ucap Junhui, memakan cake yang di pesan Jihoon begitu saja.
“Kaki lo udah sembuh?”
Junhui berhenti mengunyah sejenak, kemudian menatap Jihoon. “Kok lo tau kaki gue lagi sakit?”
“Kemaren lusa gue liat Lo jalan pincang di parkiran.”
“Oh...” Junhui menyandarkan tubuhnya pada sandaran kursi. “Gue keseleo pas latihan, tapi udah sembuh kok.”
Matanya masih melirik ke belakang Jihoon, kemudian tersenyum begitu orang yang ia cari muncul dari balik pintu staff. Tanpa sadar, matanya mulai mengikuti sosok lelaki jangkung itu berjalan menuju salah satu meja dan duduk di depan seorang laki-laki yang ia kenal luar dalam.
Senyumnya lantas luntur. Ia kemudian memperhatikan jarak meja mereka yang sedikit dekat, membuatnya panik. Lantas, ia melirik Jihoon dan membuka topinya dengan tidak sopan.
“Eh, Ji gue pinjem topi lo ya.” Junhui langsung mengenakan topinya begitu saja, membuat sang empunya melotot.
“Ji, gue duluan ya!” tanpa mendengarkan protes Jihoon, Junhui melangkah kakinya untuk segera keluar dari cafe sebelum lengannya dicekal dari belakang.
“Kena lu. Mau kemana?”
***
hihiww, halo ini cerita baruku. coba coba pake bahasa yang gak baku gitu. Terus ada dua pasangan kembar disini, coba tebak kembarannya Juni siapa...
Sebenarnya ini cuman pengalihan doang sih, soalnya aku lagi bosen sama cerita sebelah, kayak kok gak nyambung ya gitu. Tapi bakal aku coba tamatin secepatnya kok 😔😭.
Makasih ya udah mau baca..
•yuaa
KAMU SEDANG MEMBACA
2 MINUS 1
FanfictionJunhui menemukan dunianya penuh dengan kebohongan. Semua orang bermain membiarkannya seperti orang bodoh. BxB Start : 091222 End : 150323 Cover from pinterest