Bab 6

455 52 7
                                    

Hari Sabtu pagi, Junhui sudah berada di rumah Bunda. Sang pemilik rumah tengah sibuk dengan oven dan mixer nya sementara Junhui duduk mengamati sambil mencomot roti yang sudah jadi. Sebenarnya Junhui belum mandi, semalam ia menginap disini tapi Soonyoung tidak ada di rumah. Bunda bilang sih, Soonyoung menginap di rumah Ayahnya, jadi pas sekali ketika Junhui datang, Bunda memintanya untuk menginap.

Selain kegiatannya mengamati Bunda, Junhui juga dipaksa mendengarkan gosip terbaru seputar tetangga sekomplek nya. Yah walaupun tidak terdengar jelas karena suara mixer yang sangat berisik, Junhui masih mampu menangkap beberapa diantaranya. Pak RT punya istri baru, kucing Bu Ani yang di jual sama tetangganya, dan lain lagi.

“Nah nih, kamu anterin.”

“Hah?” Junhui tersadar dari kegiatannya memakan roti, tiba-tiba saja Bunda sudah berada di depannya dengan sekeranjang roti yang sudah ia bungkus.

“Kamu dengerin Bunda gak? Ayo anterin ini.”

Tangan Junhui menerima keranjang roti  dengan wajah bingung. Tapi ia turun dari duduknya. “Anterin ke..?”

“Mama kamu lah?”

“Oh.” Junhui dengan cepat mengangguk dan segera pergi, meskipun merasa bingung kenapa pula Bunda harus memberikan roti buatannya pada Mama?

Sepanjang rumah yang ia lewati, beberapa orang menyapa Junhui. Biasanya mereka menyebutnya sebagai Junhui teman Soonyoung atau terkadang sebagai Dek Juni adiknya si kembar Mas Han Mas Shua. Mereka selalu menyapa ramah dan kadang selalu ada yang menatapnya sinis karena terlihat keluar masuk rumah Bunda dan rumah Mama Yoon.

“Eh tumben, kok kesini?” suara Joshua menyapanya begitu Junhui masuk halaman.

“Nginep di rumah Bunda,” jawab Junhui sekenanya.

“Nginep di rumah Soonyoung mulu lo, nginep disini dong. Kan keluarga lo yang ini.” Jeonghan menyahut di belakang Joshua, sementara Junhui tidak menjawab langsung menerobos masuk.

“Eh, Juni? Sini nak, udah sarapan belum? Mama baru mau masak nih, mau dimasakin apa?” Junhui meringis begitu Mama menawarinya sarapan.

“Mm... Juni udah sarapan Ma. Ini, Bunda kasih Mama roti.” ia mengulurkan keranjangnya.

“Wih roti, pas banget gue belum sarapan.” Tangan Mama bahkan belum terulur untuk mengambil keranjang, saat Jeonghan muncul dari belakang Junhui, membawa keranjangnya.

“Jeonghan!”

“Apa? Jeonghan beneran lapar loh Ma, Mama bikin sarapan siang mulu,” keluh Jeonghan, duduk di kursi.

“Bilangin Bunda, makasih ya buat rotinya. Entar biar Mama yang anter keranjangnya.” Mama mengelus lengan Junhui sambil tersenyum menatapnya. Sementara Junhui mengalihkan pandangannya untuk tidak menatap. Salah satu alasan, kenapa Junhui tidak suka berlama-lama disini. Ia tidak suka saat Mama Yoon menatapnya dengan pandangan sendu. Dari dulu selalu begitu.

“Iya, nanti Juni bilangin.” Junhui berbalik mengambil langkah.

“Mau kemana lo?” tanya Jeonghan.

“Ya pulang?” jawab Junhui tak yakin.

“Oh, yaudah sana pulang.” mengernyit dengan nada kasar Jeonghan, Junhui melambaikan tangan,

“Juni pulang ya Ma.”

Balas melambaikan tangan, Mama Yoon tersenyum tipis lalu bergumam pelan, mempertanyakan sikap Junhui yang selalu terasa hangat namun terlihat jauh disaat bersamaan.

🐶😺

Sehari sebelumnya, Seungkwan membuat janji dengan Junhui dan Jihoon. Katanya sih Seungkwan kangen, pengen ngobrol banyak, yang langsung Junhui iyakan saat itu juga sementara Jihoon cuman ngikut saja. Kemarin sore saat Bunda memintanya menginap, Junhui lupa punya janji dengan Seungkwan sehingga saat ini ia harus tetap pulang kerumah daripada langsung pergi ke tempat janjian.

2 MINUS 1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang