Bab 11

428 56 10
                                    

Junhui menatap rumah di depannya dengan bimbang. Ia sengaja memarkirkan motornya di sisi jalan, sementara dirinya berjalan kaki menuju gerbang. Junhui sudah memperkirakan kalau sore sore begini Wonwoo tidak akan ada di rumah, jadi ia bisa mengambil laptopnya dan segera pergi. Meskipun sebenarnya Junhui enggan kembali, tapi ia masih membutuhkan laptopnya untuk mencari kerja sampingan.

Wonwoo sepertinya benar benar tidak ada di rumah. Junhui bisa menghembuskan nafas lega dan memasuki gerbang berjalan menuju pintu rumah. Ia membungkuk mencari kunci dibawah pot bunga samping pintu.

“Inget pulang juga lo.”

Tubuh Junhui berbalik seketika mendengar suara Wonwoo di belakangnya. Tangan Junhui memegang kunci saat menatap Wonwoo yang berdiri menjinjing tas. Junhui berdehem kemudian melepas sepatu dan membuka pintu melenggang masuk.

“Barang gue ketinggalan,” katanya, memasuki kamar.

Yang tak Junhui sangka, Wonwoo masih berdiri di dekat pintu depan saat Junhui kembali dengan laptopnya. Junhui melempar kunci kearah sofa, hendak keluar.

“Lo mau kemana?” tanya Wonwoo dingin.

“Pulang,” jawab Junhui, memakai kembali sepatunya.

“Pulang kemana? Rumah lo disini Juju.”

Selesai mengenakan sepatu, Junhui berdiri menghadap Wonwoo. “Ini bukan rumah gue.”

Tangan Wonwoo mencekal pergelangan tangan Junhui begitu ia hendak mengambil langkah. Junhui berusaha menepis nya, namun tangan Wonwoo semakin mencengkram erat.

“Masuk.” Wonwoo berkata berat. “Ayo kita ngomong di dalem.”

“Lepas! Gue gak mau dengerin bacotan lo itu!” Junhui meronta menggunakan tangannya yang lain untuk membantunya lepas.

“Jeon Junhui...” Wonwoo menggeram pelan, matanya semakin menyipit tajam, sementara tangannya semakin erat menekan pergelangan tangan Junhui.

“Marga gue bukan Jeon!” teriak Junhui, merasakan tangannya mulai sakit.

“Lo gak akan pernah ganti marga. Tetep Jeon. Jeon Junhui!” Wonwoo bersikukuh, hampir menyamai Junhui untuk berteriak.

“Moon! Moon Junhui! MOON JUNHUI!!”

PLAK!

Tangan Wonwoo menampar Junhui begitu saja setelah ia melepaskan cekalannya. Kepala Junhui menunduk, merasakan perlahan rasa panas mulai merambat dan telinganya berdenging. Matanya berkaca-kaca, terasa sangat sakit mengingat sepanjang hidupnya baru kali ini Wonwoo menamparnya.

“Lo jangan debat sama gue. Masuk!” nafas Wonwoo memburu.

Junhui mendongak, menatap Wonwoo. “Anjing lo,” katanya sebelum tanpa aba aba...

BUGH!

Kepalan tangannya balas memukul, mengenai hidung Wonwoo. Mungkin akan mimisan, Junhui tidak peduli. Ia hanya cukup peduli untuk menggerakkan kakinya untuk segera berlari, mengabaikan teriakan Wonwoo dan segera melaju mengendarai motor nya.

Air matanya akhirnya jatuh saat Junhui melaju di jalanan. Pipinya masih berdenyut dan beberapa kali ia harus berkedip-kedip supaya matanya tetap melihat jalan dengan jelas. Namun sebanyak ia mencoba untuk berkedip, air matanya semakin bergerumul membuatnya buram, sampai tak menyadari ia melaju terlalu tengah hampir menabrak mobil yang melaju berlawanan arah.

“Woy! Bisa bawa motor gak lu!” Junhui panik, ia membelokkan stang dan salah menekan rem hingga ia jatuh tersungkur begitu saja.

🐱😼

2 MINUS 1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang