Selepas shift kerja Mingyu selesai, lelaki jangkung itu terburu-buru pergi berjalan terburu-buru menuju kafe sebelah yang jaraknya tak jauh. Tapi lumayan membuatnya tersengal-sengal, begitu Mingyu tahu ia melebihi waktu yang dijanjikan Wonwoo untuk bertemu.
Tapi untungnya, begitu ia membuka pintu kafe. Sosok Wonwoo langsung menjadi fokusnya, masih terduduk menggulir ponselnya ditemani dengan kopi yang masih mengepul. Mingyu merapikan rambut, sedikit gugup — tak biasanya Wonwoo mengajaknya bertemu selain keperluannya menyewa kamera.
“Udah lama bang?” Mingyu mengambil tempat di depan Wonwoo, memperhatikan saat Wonwoo menyimpan ponsel, menyesap kopi sambil menatapnya.
“Lumayan.” Wonwoo menjawab dengan suara yang hampir membuat Mingyu panas dingin. Ia mengingat-ngingat dalam diam, apakah ia membuat salah?
“Tumben lo ngajak ketemu. Ada apa bang?”
“Gue baru tau lo deket sama saudara gue. Dari kapan?”
Mingyu terdiam, tak menyangka Wonwoo akan menanyakan hubungannya dengan Junhui. Si Kakak cantik, yang akhir-akhir selalu menyita kepalanya karena sosoknya tak lagi terlihat. Pun dengan panggilannya yang selalu tak terjawab, apalagi pesan nya yang dibaca saja tidak.
“Iya.. lumayan udah lama.” ia menjawab gugup, sedikit resah —apakah Wonwoo tidak akan memberinya restu untuk dekat dengan Junhui?
“Terus Hao gimana?” suara Wonwoo lebih berat, membuat Mingyu takut menjawab, karena Wonwoo adalah salah satu dari sekian banyak orang yang selalu ia curhati perihal Hao secara tak sadar.
“Bang...” Mingyu mengangkat matanya, bersitatap dengan mata tajam Wonwoo.
“Gimana? Dah bisa lepas dari Hao?” jakun Mingyu bergerak saat ia menelan ludah.
“Belom bang, kan lo tau gue...”
“Kalo gitu kenapa lo deketin Juju?” kalimat Mingyu terputus begitu saja saat Wonwoo memotongnya cepat. Tangan Mingyu berkeringat. “Lo sengaja deketin Juju, jadiin alat supaya lo bisa move on? Supaya lo beneran bisa lepas dari Hao? Lo jangan maen-maen sama saudara gue.”
Mata Mingyu membelalak. Bahkan tak pernah sekalipun terbesit di kepalanya, untuk bermain-main dengan Junhui. Apalagi menjadikannya alat. Demi Tuhan, Junhui manis, sangat baik, perilakunya kadang bisa membuatnya berdebar. Ia juga sudah berani memberi label pada perasaannya, tapi Hao...
Mingyu juga masih menyayanginya. Ia tidak bisa menggantikan Hao begitu saja, yah meskipun Mingyu benar-benar berniat, tapi tidak secepat itu kan? Mingyu butuh lebih banyak waktu. Berapa lama?... ia juga tak tahu.
“Gue gak maen-maen bang! Gue serius!” tanpa sadar nada suaranya naik.
“Kemaren lusa, temen gue ada yang liat lo lagi jalan sama Hao. Kemaren giliran gue yang liat lo berdua, di bioskop.” suara Wonwoo berubah normal. Ia mengambil handphonenya, menunjukan deretan pesan dan panggilan tak terjawab Mingyu untuk Junhui.
“Begini yang serius? Siangnya jalan sama Hao, malemnya telponin Juju.” Wonwoo menutup handphonenya, dan saat itu barulah Mingyu menyadari casing handphonenya berbeda dengan yang biasa Wonwoo gunakan.
“Drama hubungan lo tuh udah jadi tontonan kampus, tau? Gue gak peduli mau lo beneran udah putus atau belum atau apapun hubungan lo sama Hao, cuman jangan seret Juju. Lo gak nyadar, Juju bisa aja di cap jelek kalo lo deketin dia?”
“Tapi bang ...”
“Juju juga udah tau.” mata Mingyu mengerjap cepat sebelum Wonwoo melanjutkan, “Kapan hari itu waktu lo janjian sama dia. Dia liat lo bareng Hao, dia denger sendiri lo masih sayang sama Hao, itulah kenapa dia gak jadi ketemu lo.”
Tolol! Mingyu mengumpat dalam hati. Pantas saja Junhui tidak jadi menemuinya, padahal ia menunggunya saat itu. Tapi sampai cafe tutup sosok Junhui tak datang juga, ataupun memberinya kabar.
Merasa malu untuk bicara, Mingyu terdiam sangat lama. Dan Wonwoo tidak mengatakan apa-apa lagi sampai Mingyu bersuara.
“Terus Kak Juni nya gimana?”
“Lo masih nanya?” sebelah alis Wonwoo naik. “Gue udah kasih tau hubungan lo sama Hao, harusnya balik nanti Juju udah move on. Jadi mending lo juga gitu ya? Gak usah deketin dia lagi, gak pantes lo sama Juju.”
Wonwoo menyesap kopi untuk yang terakhir kali sebelum beranjak, “Terus satu lagi, handphone Juju lagi gue pegang. Jadi lo jangan nelpon mulu, berisik. Sama bayarin kopi gue ya. Bye!” dan begitu saja Wonwoo pergi setelah menepuk pundak Mingyu. Meninggalkan si pemilik pundak yang masih tertunduk tak semangat.
***
jadi coba ada yang mengerti si mingyu gak?
KAMU SEDANG MEMBACA
2 MINUS 1
FanfictionJunhui menemukan dunianya penuh dengan kebohongan. Semua orang bermain membiarkannya seperti orang bodoh. BxB Start : 091222 End : 150323 Cover from pinterest