Jam menunjukkan pukul sepuluh saat Junhui turun dari mobil, ia membiarkan saudaranya memarkirkan mobil sementara dirinya berjalan memasuki gerbang rumah yang dibiarkan terbuka. Dua orang yang sangat Junhui kenal sudah berada di luar rumah. Yang satu sedang mencuci mobil sementara yang satu lagi tengah duduk dengan ponsel di tangannya.
“Juniiiiiiii!!!!” Kak Hani, begitu Junhui menyebutnya, langsung beranjak merentangkan tangan memeluk Junhui bahkan sebelum Junhui mencapai teras rumah.
“Kemana aje sih lu, Mama kangen elu tuh, jarang banget lu main kesini.”
“Ya kan ini main kak, gimana sih. Gue balik lagi aja apa gimana?” Jeonghan tertawa, melihat wajah Junhui yang terlihat jutek.
“Sensi banget si lo, sini dah duduk. Abang lo mana?”
Bukannya membaik, Junhui malah semakin cemberut begitu mendengar pertanyaan Jeonghan. “Gue ya yang abang! Gue!” teriaknya.
Jeonghan semakin tergelak melihat Junhui yang marah. Ia merentangkan tangannya mencubit kedua pipi Junhui. “Mana ada sih Abang kek bocil gini, jangan marah-marah mulu, napa? Mending masuk gih, mama lagi masak.”
Junhui langsung melengos masuk, begitu Jeonghan melepaskan cubitan di pipinya. Jeonghan masih bisa mendengar gerutuan Junhui begitu sepupunya itu masuk kedalam.
“Kenapa si Juni?”
Jeonghan mengedikkan bahu begitu Joshua, saudara kembarnya bertanya. “Gak tau, dateng-dateng udah sensi tuh si bocil.” ia kembali duduk memperhatikan saat Joshua membereskan selang air dan satu mobil masuk kedalam pekarangan rumah.
“Eh Won, sini Won!” tangan Jeonghan terangkat, mengisyaratkan Wonwoo untuk segera mendekat.
“Si Juni ngambek kenapa? Aneh banget pagi-pagi gini udah jutek aja.”
Wonwoo melirik sejenak kearah pintu yang terbuka, kemudian menggaruk kepalanya dan duduk disamping Jeonghan. “Harusnya dia hari ini pergi ke studio dance, terus gue larang soalnya kemaren kemaren kakinya sempet keseleo. Mana gue gak tau, dia langsung nginep di rumah Soonyoung.”
“Pantes, tapi kasian loh Won. Gue denger dari Soonyoung mereka bakal tampil bentar lagi. Mungkin dia gak enak bolos latihan terus, makanya dia ngambek,” kata Joshua.
Mungkin itu terlihat sepele, tapi Wonwoo tidak bisa membiarkan Junhui begitu saja. Dia satu-satunya yang ia miliki sekarang, dan Wonwoo tidak suka melihat Junhui terluka. Ia selalu was-was kalau kaki Junhui terluka, teringat saat kecil dulu kaki Junhui pernah cedera parah membuatnya tidak bisa berjalan dan menggunakan kursi roda sementara.
“Mami gak suka Juni jadi dancer,” ucap Wonwoo pelan dan tersenyum kecut.
Hening sejenak, Jeonghan dan Joshua bertatapan sejenak sebelum kemudian salah satu diantaranya berdehem. “Mama udah beres masak kali, ayo Won masuk, kita sarapan.”
Merasa aneh mendengar ajakan Jeonghan sarapan dijam setengah sebelas, Wonwoo terkekeh. Ia dan Junhui bahkan sudah sarapan tiga jam yang lalu sebelum mereka berdebat. “Gue udah sarapan bang, ini mah makan siang kali.” ia mengikuti Jeonghan dan Joshua masuk, seketika langsung mendapati saudara kembarnya tengah dengan lahap menyantap makanan dengan wajah mengkerut.
“Pelan-pelan dong Juni, kenapa sih kamu?” Joshua memperhatikan begitu Ibunya menyodorkan segelas air minum pada Junhui.
Wonwoo menarik kursi meja makan di depan Junhui, membuatnya semakin cepat menghabiskan makanan dan membawa piring kotornya ke dapur. Junhui mencuci tangan dengan kasar, mulut masih mengunyah dan alis yang masih terus mengerut.
Begitu selesai, ia kembali ke meja makan, mengambil gelas yang di letakkan Mama di meja.
“Juni mau main kerumah Bunda,” ucapnya terengah-engah setelah meminum segelas air sekaligus. Tanpa mendengar respon siapapun, ia melangkah pergi keluar.
Untungnya rumah Mama Yoon dan Bunda Soonyoung berada di komplek yang sama. Jadi ia dapat dengan mudah untuk segera pergi dari sana demi menghindari sumber amarahnya pagi ini. Mama Yoon juga mengenal Bunda Soonyoung, bahkan tahu kalau Junhui lebih sering mengunjungi rumah Bunda daripada rumahnya.
Yah, salahkan Jeonghan yang selalu menjahilinya saat datang kesana dan membuatnya kesal.
Junhui melirik mobil Wonwoo yang terparkir di pekarangan rumah. Ia memajukan kakinya, menendang kecil ban mobil. “Sialan!” umpatnya.
Begitu keluar dari gerbang, ia mengeluarkan ponsel. Alih-alih mengambil jalan kekanan menuju rumah Bunda, Junhui malah berbelok ke kiri, membuka aplikasi gojek di ponselnya. Seolah lupa dengan perdebatan pagi tadi dengan Wonwoo, Junhui membawa dirinya ke studio dance. Dimana Soonyoung dan teman-temannya biasa berlatih.
“Weh Kak Juni! Dateng juga lo! Ngaret banget,” sapa Chan, adik tingkatnya.
Junhui balas menyapa dengan melambaikan tangannya sambil terengah. Ia mengalihkan pandangannya pada Soonyoung yang menatapnya tajam.
“Telat banget lo? Niat gak sih!?” ujarnya ketus. Junhui terdiam, membuka kemeja membiarkan kaos polo nya terekspos.
“Iya maaf, nyong. Salah gue,” jawab Junhui mau tidak mau berusaha untuk tidak membuat Soonyoung lebih marah.
“Buru masuk formasi!” Soonyoung berjalan kesamping meneguk air minum, sebelum kembali menyalakan musik di ponselnya. Junhui bergabung dengan yang lain di posisinya, bersiap sebelum Soonyoung memulai hitungan.
“Yo! One, two, three four, kiri kiri, kanan pang pang pang...” Soonyoung memulai instruksi dengan nyaring.
Untungnya, ini adalah koreografi fix. Tidak akan ada lagi perubahan gerakan sehingga Junhui dengan mudah mengikutinya. Ia menggerakkan kaki dan tubuhnya sesuai instruksi Soonyoung, sebelum ia mengingat..
“Aw!”
***
Jeng jeng jeng!
Jadi wonui ceritanya kembar heheh, emang sih agak aneh, soalnya yang sama dari mereka tuh cuman tingginya aja, tapi justru itu sih part yg serunya, tungguin aja ya.
Kalo jeonghan sama Joshua mah gak aneh kan ya, soalnya mereka dulu lumayan mirip.
KAMU SEDANG MEMBACA
2 MINUS 1
FanfictionJunhui menemukan dunianya penuh dengan kebohongan. Semua orang bermain membiarkannya seperti orang bodoh. BxB Start : 091222 End : 150323 Cover from pinterest