Bab 14

464 56 32
                                    

Sebenarnya, Jihoon merencanakan hari ini untuk tetap diam di rumah. Tidak melakukan apapun, hanya bermain game di komputer dan memesan makan online. Setelah terseret pada permasalahan Junhui semalam, Jihoon merasa lelah sekali, dan sekarang ia hanya ingin beristirahat. Itu hanya rencana, karena begitu baru saja ia akan duduk di kursi komputer, teleponnya berdering.

Wonwoo menelponnya, dan entah kenapa sekarang ia berdiri disini. Di rumah Junhui dengan orang-orang yang familiar dalam curhatan Junhui.

“Nak Jihoon kamu tolong bujuk Juju buat keluar ya? Bisa kan?”

Ya gak tau? Jihoon membatin, tapi tetap melangkahkan kaki mendekati pintu kamar Junhui yang tertutup rapat, senyap.

Tok! Tok!

Jihoon mulai mengetuk, “Ju, ini gue.” Jihoon berbicara dengan malas, terdengar sangat cuek namun berhasil membuat suara dari dalam sana.

“Jiji?”

“Iyaaa, buka dong pintunya. Gue jenguk lo nih,”

“Lo... masuk sendiri kan?”

Jihoon berbalik menatap mata-mata yang melihatnya penuh harap. Uh, jadi? Apakah ia harus masuk sendirian atau tidak?

“Tunggu sebentar, nak jihoon.” Jihoon berdiri menunggu Ibunya Jeonghan —begitu yang ia tahu, menghilang sejenak dan kembali dengan satu nampan berisi dua piring makanan. Jihoon mengernyit...?

“Itu...buat Juju, sama nak Jihoon ikut makan juga ya. Di dalem kamar Juju, Tante udah simpen air minum kok.” Oh, betapa mulianya Mama Yoon ini, Jihoon akhirnya mengangguk membisikkan kata terimakasih.

“Iya, gue masuk sendiri. Ayo buka,”

“Beneran...?”

“Iyaaa Jujuuuu. Gue punya gosip tentang si Mingyu nih, mau denger gak?”

Bahkan belum lima detik saat Jihoon menyebutkan nama Mingyu, tapi Junhui sudah membuka pintunya. Kenapa Jihoon tidak mengatakannya dari tadi kalau tahu membujuk Junhui hanya cukup dengan menyebut nama Mingyu.

Pintu terbuka lebar, namun Junhui bersembunyi. Dan begitu Jihoon masuk, Junhui langsung menutup dan menguncinya lagi seolah-olah takut akan ada lagi yang masuk.

“Ju...” Jihoon terdiam menatap rupa Junhui. Kulitnya terlihat pucat, mata sayu, dan pipi kanan nya memerah.

“Gosip apa?”

“Makan dulu,”

“Ji—”

“Yaudah terserah lo, gue mau makan dulu. Lapar.”

Junhui cemberut, mau tak mau duduk di ranjangnya dan mengikuti Jihoon untuk makan. Ia menghabiskan makan dengan cepat, membuat Jihoon terheran-heran.

“Jadi apa gosipnya? Lo tau dari siapa? Seungkwan?”

“Oh..mm.. mending minum dulu,” Jihoon gelagapan, memberikan air minum pada Junhui yang langsung habis dalam satu kali teguk.

“Jadi?”

“Jadi, motor lo ada di mingyu,” ucap Jihoon, sebelum melanjutkan, “Lo kok bisa pergi sama Mingyu ke tempat gituan sih? Terus, lo kenapa bisa luka-luka?”

Seolah tersadar, Junhui menarik celana piyamanya keatas, menunjukkan lutut kanannya yang terluka. “Lihat deh, Ji. Gue gak bisa jalan tau,” katanya pamer.

“Iya, kenapa?” Jihoon terdengar jengkel.

“Gue jatoh di jalan, terus kebetulan ada Mingyu. Yaudah...gitu, gue ajak Mingyu kesana deh.” Junhui merebahkan tubuhnya, menatap langit-langit kamarnya setelah mereka berdua akhirnya hening.

2 MINUS 1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang