Bab 18

398 51 10
                                    

Empat hari bertukar rumah dengan Jeonghan sebenarnya tidak membuat Junhui senang sama sekali. Ia berusaha bersikap seperti biasa namun selalu gagal karena Wonwoo selalu datang setiap hari. Hari pertama datang, Wonwoo bilang Mama yang menyuruhnya untuk mengambil makanan. Hari kedua ia bilang menumpang wifi — yang sebenarnya tak masuk akal karena di rumah mereka juga ada wifi. Di hari ketiga, Wonwoo mengeluh ingin bersantai sejenak karena katanya rumah mereka terlalu berantakan karena Jeonghan selalu membawa teman-temannya.

Junhui hanya bisa mendengus kesal setiap Wonwoo datang, mengurung diri di kamar atau pergi keluar ke kosan Jihoon atau rumah Soonyoung.

Hari ini seperti biasa, tepat saat Junhui membuka pintu kamar. Mata Junhui langsung melihat pemandangan kaki Wonwoo yang menyembul dari balik sofa ruang tengah. Ia menghembuskan nafas lelah, tanpa mengatakan satu patah katapun ia berjalan menuju pintu. Bersiap menggunakan sepatu.

“Hei, Ju. Mama lagi pergi ke supermarket. Jadi katanya gue harus disini nemenin lo.”

Terserah, Junhui membatin.

“Lo mau kemana Ju? Mau gue anterin gak? Motor lo kan dipake Kak Shua.”

Kepala Junhui menoleh seketika, menyadari ia tak memegang kunci motor. “Kenapa motor gue dipake?” tanyanya. Euh, sebenarnya Junhui tidak mau mengeluarkan suaranya pada Wonwoo.

“Ya nganterin mama ke supermarket? Mama bilang pengen naik motor biar cepet. Jadi Kak shua pinjem motor lo?” mata Wonwoo masih menatap ponselnya saat ia berbicara pada Junhui, dan saat ia menurunkan ponselnya Junhui tengah termenung menatap keluar.

“Ju, udah mau ngomong sama gue belom?” Wonwoo bertanya pelan.

“Ini ngomong.” Junhui mengeluarkan ponselnya.

“Ju...”

“Ck. Gw bilang kan gw mau waktu buat sendiri dulu Won. Gimana gw bisa mikir kalo lo dateng kesini tiap hari? Bisa gak lo jauh jauh dulu dari gue? Jangan kesini mulu, pacaran kek sama si nyong.” Junhui berbicara cepat menatap Wonwoo dengan alis yang bertaut kesal.

“Wonu pacaran sama siapa?” mendengar suara Mama di belakangnya, Junhui berbalik mendapati Mama dengan Joshua yang menenteng tas belajaan.

“Mama Juju mau keluar, kunci motornya mana?” begitu menerima kunci dari Joshua, Junhui langsung berjalan keluar memutar gas setelah menaiki motor.

Setelah beberapa hari tak berjumpa dengan sang gebetan, secara kebetulan Mingyu mengajaknya bertemu di kafe biasa. Junhui sih sebenarnya campur aduk sedikit enggan, karena dengan begitu biasanya ia akan berakhir dengan memperhatikan Mingyu bekerja. Seharusnya Mingyu mengajaknya bertemu di hari liburnya, iya kan? Tapi ah pokoknya yang penting sekarang Junhui bisa bertemu.

Begitu hendak membelokkan motornya menuju parkiran kafe, Junhui dikejutkan dengan dua orang yang berlari keluar dari kafe. Membuat Junhui buru-buru mengerem.

“Hao!” mengenali suaranya, Junhui membuka kaca helm, dengan jelas melihat Mingyu tengah menarik tangan seorang laki-laki yang lebih kecil darinya.

Junhui memperhatikan saat mereka berdebat. Suara mereka naik turun.

“Iya makanya dengerin aku dulu!”

“Aku selalu dengerin kamu! Jujur, kamu dari dulu udah gak mau kan pacaran sama aku? Kamu udah gak sayang kan sama aku!?”

“Nggak, Hao! Sumpah aku masih sayang sama kamu...” mendengar Mingyu yang mengatakan itu tangan Junhui meremas stang motor. Kenapa harus sekarang sih!? “... Tapi aku gak bisa.”

Tak menunggu lama, Junhui urung untuk parkir dan kembali melaju di jalan raya. Seharusnya ia mendengarkan Seungkwan saja waktu itu, Mingyu emang gamon. Harusnya Junhui gak jatuh cinta sama orang yang belum selesai sama perasaannya. Harusnya Junhui... ah, sudahlah Junhui tidak mau berpikir sekarang.

Raut wajah Junhui sangat datar begitu ia memarkirkan motor di rumah. ia tentu merasa sedih, tapi untuk menangis sepertinya tidak. Ini salahnya, tidak mendengarkan sisi dirinya yang jelas-jelas saat itu menyuruh mundur. Pintu rumah masih terbuka, Junhui rasa belum lama ia keluar, jadi ia segera masuk. Mendapati Mama tengah berbicara serius dengan Wonwoo sementara Joshua hanya menyimak.

Tidak ada yang menyadarinya saat itu, Junhui juga tidak berniat untuk beranjak mendengarkan cerita Mama yang setelah ini mungkin akan kembali mempengaruhi hidupnya.

“Ma! Kalo Papa aja tutup mulut, kenapa malah Mama ceritain ke Shua sama Wonu!?”

Junhui mendengar Mama menghembuskan nafas panjang. “Mungkin Mama gak bakal cerita kalo gak tau Wonu pacaran sama Soonyoung. Rumit banget ya keluarga kita?”

“Ma, kalo Juju tau gimana!? Bisa aja kan Wonu sama Shua gak sengaja kasih tau Juju?”

“Udah tau ini, terserah Wonu mau gimana. Mau putus mau tetep jalan juga terserah, yang penting kamu udah tau Mama apalagi Papa gak bakal setuju kamu lewat dari batas pacaran. Kalo mau ngasih tau Juju juga silahkan, Mama beneran udah capek ngerasa bersalah karena Papa kamu selalu nyuruh Mama diem dari dulu.”

Setelah itu Mama berdiri mengambil tas belanjaan diatas meja dan berjalan lurus menuju dapur. Junhui memperhatikan Joshua dan Wonwoo yang sama-sama terdiam, sebelum akhirnya ia membiarkan dirinya terlihat dengan berjalan menuju pintu kamar Jeonghan yang ia tempati dan mengunci pintu.

Haaaaah. Ternyata masalahnya belum selesai.

***

HALLOOOOOOO...

Hidupnya Juju seru ya, banyak masalah. Belum selesai satu, nambah pula 😀

Aku terakhir update tuh tanggal 6 februari dan baru sekarang bisa nulis lagi huhu, itu juga pendek cuman 700 kata. Semoga bisa konsisten lagi deh ya, tiap hari atau minimal lah 2 hari sekali update.🤧

Makasih dah baca dan vote!(⁠ ⁠◜⁠‿⁠◝⁠ ⁠)⁠♡

•yuaa

2 MINUS 1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang