+1

427 41 6
                                    

"Juju anjir serius dulu bisa gak sih!? Lo mau dengerin cerita gue kaga?"

"Iya iya, cerita apa?"

Soonyoung melepas jaket yang ia kenakan, melemparnya sembarangan sebelum duduk didepan Junhui yang tengah menatapnya.

"Jadi dulu nyokap sama bokap gue di jodohin. Lu tau gak kenapa mereka di jodohin? Ka..."

"Ya mana gue tau?"

"Iya makanya dengerin dulu! Gue belum selesai Ju!" Soonyoung melotot gemas. "Nyokap gue sengaja dijodohin sama Oma gue, karena Opa gue bisex. Gue tahu gak masuk akal banget, tapi nyokap gue anak tunggal, terus kayaknya Oma juga takut kalo nyokap gue ketularan suka sesama jenis. Jadi Oma jodohin nyokap sama anak temennya, yaitu bokap gue. Nyokap juga udah cerita, semasa remajanya makanan sehari-hari dia liatin Opa selingkuh sama cowok, dan itu bikin muak sampe nyokap gue jadi trauma, apalagi gue juga sama-sama anak tunggal. Jadi ya... Gitu."

"Gue gak berani bilang gue pacaran sama Wonwoo meskipun ke elo, karena gue takut Bunda bakalan tau." tahu sendiri lo kalo ngomong sama Bunda suka gak ke kontrol, ember. Soonyoung membatin dalam hati.

"Terus gimana dong?"

"Ya gak gimana-gimana? Gue udah ngomong ke Bunda. Kemaren katanya asal gue happy, bunda juga ikut seneng. Tapi sikap Bunda bikin gue bingung. Waktu gue cerita, Bunda langsung ngehindar gitu, terus tadi pagi biasa aja, kayak udah lupa kemaren gue cerita apa."

"Bunda butuh waktu kalo nyong, biarin dulu aja. Tapi lo sama si Wonu baik-baik aja kan?"

Seharusnya begitu. Soonyoung tersenyum kecut mengingat percakapannya dengan Junhui waktu itu. Mungkin hanya Soonyoung yang terlalu percaya diri akan hubungan mereka sampai tak menyangka disuatu hari Wonwoo akan mengajaknya berbicara perihal hubungan mereka.

"Soonyoung, Mama udah tahu aku pacaran sama kamu." minuman di gelas Soonyoung masih terasa dingin di tangannya. Ia menatap Wonwoo tanpa reaksi, tak menemukan hal yang janggal dari kalimatnya.

"Terus kenapa?"

Mata Wonwoo memandang gelas ditangan Soonyoung, sebelum mengangkatnya menatap mata sang kekasih sendu.

"Maafin aku... Kayaknya kita gak bisa." Jantung Soonyoung langsung berpacu cepat tanpa bisa ia tahan.

"Apa maksud kamu kita gak bisa?"

"Kita gak bisa lanjut Soonyoung... Maaf. Kamu juga pernah bilang kan? Bunda punya trauma sama hubungan kayak kita, sama halnya Mama juga gak kasih izin hubungan kita buat lanjut Soonyoung."

Hati Soonyoung terasa mencelos, ia meremat tangannya. "Terus kamu nyerah gitu aja? Aku bisa bujuk Bunda Won! Bunda juga bakal ngerti, Bunda gak bisa terus-terusan hidup sama traumanya!"

"Gak bisa Soonyoung... Maaf. Mau Bunda sama Mama kasih izin atau enggak, aku... kita emang gak bisa."

"Kenapa!?" suara Soonyoung hampir menjerit. "Karena aku temennya Juju? Atau karena Mama kamu gak suka sama aku?"

"Nggak Soonyoung, bukan gitu..." mata Wonwoo memelas, tak kuasa melihat Soonyoung yang hampir menangis karenanya. "Anggap aja masalahnya aku... Kamu layak dapet seseorang yang lebih baik dari aku. Kamu orang baik Soonyoung."

Soonyoung tidak mengerti. Kalau ia adalah orang baik, bukan kah itu bagus? Harusnya Wonwoo tidak memutuskannya seperti ini kan? Apa yang salah? Sebanyak apapun Soonyoung ingin menangis, ia menahannya sekuat tenaga sekarang. Ia tidak terima Wonwoo memutuskan hubungannya begitu saja, jadi Soonyoung tidak akan menangis.

"Iya gue orang baik. Elo yang bajingan."

Itu adalah ucapan terakhirnya sebelum pergi meninggalkan Wonwoo. Dari semenjak itu ia tidak bertemu lagi dengannya. Wonwoo juga tidak pernah mengirimkannya pesan apapun, membuat Soonyoung bertanya-tanya. Secepat itu Wonwoo terbiasa tanpanya?

***

Soonyoung anti mewek mewek klub guys, sekuat baja tapi ujungnya pasti gamon awwkwkwkk.

2 MINUS 1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang