✎✐
"Belin! Selamat pagi Belin!" Soraknya gembira kala melihat sahabatnya itu baru melangkahkan kedua kakinya ke dalam kelas.
"Selamat pagi bule kuu!" Ucap pula salah satu siswi diantara beberapa murid yang tengah duduk di atas meja.
"Udah dibilang jangan panggil aku bule ih Kina!" Perjelas pria berkulit putih itu dengan wajah kesalnya.
"Hehe, maaf maaf lin. Tumben dateng agak siang?"
"Kak Senzo tuh, masa pagi pagi udah COD an," ucap laki-laki ber name tag Van Belinzo itu seraya meletakkan ransel coklat berbahan kulit tersebut di atas kursi miliknya.
"COD apa emangnya lin?" Tanya siswi lainnya.
"Karaoke set."
Seketika di pagi itu, siswi siswi kelas XI MIPA 1 tertawa begitu riuhnya, hingga terdengar sampai ke koridor dan membuat suara gema.
"Kak Senzo tuh ya gitu, yang dibeli pasti aneh-aneh, aku pusing," sambung Belin.
"Tapi kak Senzo ganteng loh lin!"
"Iya ih, random gitu malah lucu ga sih?"
Beralih topik menjadi sesi memuji muji kakaknya kembali, ah sudahlah, Belin sudah bosan mendengar teman-teman wanitanya itu mengidolakan sang kakak.
Modelan begitu kok ya bisa banyak yang suka??
Belin membatin.
Kemudian pria manis itu teringat, ucapan selamat pagi dari sahabatnya belum ia balas, ah, Belin teralihkan kan jadinya.
"Eh, Yoel! Aku sampe lupa jawab selamat pagimu. Pagi Yoel!" Ucapnya dengan polos sembari berjalan mendekati tempat duduk Yoel yang berjarak 2 bangku dari posisinya.
"Yoel marah nih."
"Jangan dong. Kan aku udah balas selamat pagi."
"Wkwkwk aku becanda Belinnn, Yoel mana bisa marah."
"Bisa kok kamu marah. Kemarin kamu marah kan?"
"Ih kapan? Ga kok."
"Iyaa kamu marahh karna Rocky bawa pergi kancing bajumu yang lepas." Jawab Belin meyakinkan sahabatnya itu.
"Sejak kapan coba nama ayam Pak Samsul jadi Rocky?"
"Aku yang namain."
"Hahahahah, lucu."
.
.
.
'KRINGGG'
Bel sekolah berbunyi, tepat di pukul 10 am. Pertanda waktunya makan siang, menit dimana kantin akan dipenuhi gas karbondioksida yang kerapkali menyebabkan pengap.
"Lunch time lin!" Ucap Yoel dari belakang memanggil Belin yang masih terlihat sibuk dengan bukunya.
"Ayoook!" Kini pria muda bermarga Middleton tersebut sudah berdiri di samping Belin dan menarik tubuhnya agar bangkit dari bangku dan meletakkan benda ber ketebalan tak lebih dari 5 cm itu barang untuk sebentar saja.
Ya, Belin mencintai novel.
"You also miss something today!" Ditatapnya manik Belin yang bersinar terkena hamburan cahaya sang surya di ruangan kelas.
"Eh? Apa Yoel?"
"Tuhkan lupa."
"Kamu baca novel mulu si, yang diinget karakter favoritmu terus," sambung Yoel.
"Hehe, suka suka dong!"
"Report TMI Belinnn!"
"Oh iya! Jadi TMI hari ini..."
"Sambil jalan ke kantin ayo," potong Yoel yang langsung meraih tangan Belin dan menariknya, ralat, menuntunya keluar kelas.
-
"Selamat pagi tuan Van... tuan Middleton..."
"Bi Nana! Gausah manggil gitu ah, gaenak..." seru Belin.
"Hahaha, iya Belin, mau lunch apa hari ini?" ucap Bi Nana, yang telah berjasa menjadi ibu kantin selama 10 tahun di sekolah favorit tersebut.
"Kok Yoel ga ditanyain sih Bi? Yoel berdiri disini loh," ucapnya dengan air wajah kesal.
"Tuan Middleton, pesanan kamu kan selalu sama seperti pesanan Belin, jadi untuk apa Bi Nana nanya," perjelas Bi Nana dengan senyuman yang kurang ikhlas itu.
"Hehehehe, tau aja Bi."
Selepasnya kedua laki-laki berumuran sama itu duduk di kursi kantin paling pojok dekat dengan jendela kaca yang membuat mereka dapat melihat taman bagian dalam sekolah.
"TMI hari ini, jadi Belin tadi kan sarapan roti, tapi tiba-tiba ada orang manggil-manggil gini, 'paket... Paket...' gitu, Belin pikir, oh mungkin tetangga yang dipanggil, eh ternyata kak Senzo yang COD an. Habis itu, bukannya langsung siap-siap berangkat, kak sen malah sempet sempetnya ke kamar buat unboxing paketnya, katanya dia dari kemarin pengen banget punya itu, cuma bingung belinya dimana. Ga jelas banget, gara gara dia juga Belin hampir telat tadi,"
"Oh iya Yoel! Tadi Belin denger ada toko yang jual toast mau buka perdana di perempatan deket rumah, nanti beli yuk?" ucap girang Belin yang mengandai andai rasa apa yang akan ia beli untuk satu porsi toast tersebut.
"Udah TMI nya?"
"Udah!"
"Pendek banget??"
Tentu tak terima TMI hari ini jauh lebih pendek dari sebelumnya, lelaki berakhiran nama Middleton itu menginginkan lebih banyak TMI dari Belin, yang ia percayai sebagai motivasi baginya di tiap-tiap hari.
"Kan baru pagi tadi Yoel, chill! Nanti Belin setor TMI lagi oke?"
"Kutunggu loh."
"Ay ay kapten!" dengan tangan yang ditekuk dan ditempelkan ke ujung alis, seakan-akan memperagakan gaya hormat, Belin mengiyakan permintaan dari pria berstatus sahabatnya itu.
Tanpa sosok ayah dan bunda, Belin menganggap siapapun adalah teman dekat baginya. Namun untuk Yoel, ada sedikit pengecualian, ralat, banyak pengecualian. Yoel bukan hanya teman dekat, Yoel adalah yang teristimewa dengan telur mata sapi di hidup seorang Van Belinzo.
No wonder mereka terlihat lebih sering bersama, ketimbang dengan keluarga mereka masing-masing.
Yoel Middleton, seorang pria yang pula manis dengan berbagai tingkahnya. Yoel Middleton yang terlahir di England tetapi tak pernah melihat negara England setelah 17 tahun hidup di dunia. Yoel Middleton yang selalu menanyakan TMI dari seorang pria lucu lainnya bernama Van Belinzo setiap hari. Yoel Middleton yang tak masalah tak ada yang mengenali dirinya, asalkan ia dikenal karena dirinya adalah teman terdekat Belin.
.
.
.
"Kelak, kita sama-sama terus."
-
"Kelak, kita punya hidup masing-masing."
✎✐
KAMU SEDANG MEMBACA
replaced star [COMPLETED] ✔️
Teen Fiction"I lose you. But then I found you, in him." -Belin YEONGYU semi lokal au ⚠️TW⚠️ THERE'S A LOT SWEARING WORDS Highest rank attained: #5 in yeonbeom #7 in yeonbeom #1 in beomjun #6 in beomjun #2 in yeongyu #9 in yeongyu