vacuous

71 7 0
                                    


✎✐










Tubuhnya serasa tak sanggup. Yorgav entah mengapa merasa dadanya sedikit sakit, tak selayaknya hari-hari sebelumnya. Namun ia berusaha mengacuhkan hal itu, demi kepentingan pekerjaan yang semakin mencekik lehernya waktu demi waktu. Bahkan hari ini, agenda yang harus ia lakukan benar-benar menumpuk hingga membuat tubuhnya begitu penat.

Suara dering pada handphone miliknya pun tak tergubris, ia terlalu sibuk menarik napas panjang, guna meredakan rasa sakit pada dadanya yang cukup sulit dijelaskan. Tiap tarikan nafas seperti harus ia lakukan secara manual, terseok-seok mendapati hal itu begitu berat untuk ia lakukan.

Hingga panggilan ketiga, gadget miliknya kembali berdering, ia menduga-duga apakah panggilan dari client, atau mungkin, astaga bagaimana bila itu adalah Belin.

Diraihnya handphone itu dari saku celananya dan benar saja, tiga panggilan tak terjawab dari sang kekasih. Kemudian ketika ia menekan tombol telepon itu, tanpa ia duga Belin justru menolak panggilannya. Tak lama berselang, pop up chat muncul di layar.




-

'Yory sibuk ya?'

'Aku mau telpon'

'Sibuk beneran kayaknya'

'Kalo gitu jangan telpon balik dulu ya'

'Nunggu kamu ga sibuk'

'Kangen :('

'Aduh kok malah bilang kangen, Yory fokus aja ya kerjanya'

'Love you'

-





Yorgav paham betul perasaannya, ia juga merasakan hal yang sama, selayaknya saturnus yang mungkin merindukan cincinnya, sama halnya dengan Yorgav yang hingga kini tak dapat memudarkan afeksi pembuat gelana di dalam hatinya. Namun pekerjaan tengah menanti, selayaknya rasa pahit dalam obat, ia yakin semua hal menyakitkan ini akan menuai buah yang manis. Sampai detik ini, tanpa Belin himbau pun, ia tidak bisa fokus dengan pekerjaannya.

Tujuh hari menjalani hubungan jarak jauh.

Setelah menghadiri pertemuan dengan kolega bisnis, maka ia akan mengakhiri kegiatannya hari ini. Ayolah, mengapa ini lebih sulit dari yang ia duga? Yorgav masih duduk di ruangannya, sementara sekretaris sang paman masih belum menghubunginya untuk segera menuju ke ruang pertemuan. Hingga Yorgav begitu jengkel, ia mengambil telepon di mejanya dan mulai menekan tombol.


[In Call]

"Good afte-"

"I want such an ethical excuse why the meeting is delayed, Georgia."

"My apologies, sir. Your client is on the way, there's traffic around the southbound road... But nothing to worry about, they will be arrive soon, sir," titah gugup sang sekretaris mendengar suara datar tersebut.

"Wheres my uncle?"

"Mr. Domain still with journalists for editorial purposes, sir."

"I'll wait for ten minutes, no more than that. If they're take this opportunity seriously, they should be here by now."

Telepon itu ditutup sepihak oleh Yorgav, menyisakan lenguhan letih nan muak. Ia pria yang cukup perfeksionis, ini pertemuan kesekian kali yang ia lakukan, tapi baru kali ini waktu yang ditentukan tak sesuai pula jauh dari perjanjian.

Dipandangnya kembali benda pipih yang masih menyala tersebut, menampilkan lockscreen seorang lelaki manis yang tengah berfoto dengan badut beruang. Ia berangan-angan ingin menghubungi Belin saat ini, setidaknya disaat dirinya menunggu orang-orang itu datang, tidak, ia menggeleng pelan kemudian.

replaced star [COMPLETED] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang