aladdin

81 7 0
                                    


✎✐









Kedua kelopak manik dengan bulumata lentik itu perlahan terbuka. Keadaan kamar hotel mereka masih kurang penerangan, akibat curtain yang masih terlampir menutupi jendela, mencegah sinar sang surya menyerobot masuk untuk menyapa.

Lengainya menggerakkan tubuh yang masih tertutup dengan duvet. Menolehkan pandang ke kiri, dan dapat memandang pria London itu masih terlelap, membuat Belin segera mengecek gawainya untuk melihat waktu pada saat itu.

Ah, pukul 7.00 a.m

Yorgav memberi tahunya semalam, bahwa hari ini ia akan memilih untuk beristirahat dari pekerjaannya. Lagipula, tiga hari kemudian mereka akan check out, atau dapat dikatakan Belin telah berada di London selama 11 hari. Pertanda bahwa tak lama lagi dirinya akan kembali ke Indonesia, dan mereka akan memulai hubungan jarak jauh.

Ia tatap kembali lelaki itu, tubuh jenjangnya terbalut oleh duvet yang melambai hingga ke seperempat wajahnya, membuat dagu tegas itu tersamarkan. Terlepas dari aura maskulin yang Yorgav miliki, terkadang pria London itu nampak menggemaskan bagi Belin. Yorgav benar-benar menggambarkan Yoel bila telah dewasa, terutama setelah ia memutuskan untuk mengecat hitam rambutnya kembali. Belin tak dapat melakukan apapun selain teringat sosok sahabat terkasihnya tersebut.




Ditengah ketenangan Belin memperhatikan Yorgav yang tengah pulas, pria bantal itu sedikit mengigau dengan mengerutkan dahinya, dan pressing his own lips.

"??!"

"Mimpi apa kamu Yory...?!" Manik bambi itu seakan-akan hampir melarikan diri bersamaan dengan bibirnya yang kian lama kian maju. Menggerutu dengan nada menggemaskan.

"Ih... kamu ga boleh mimpiin siapa-siapa, Yory..." ucapnya merengus memeluk Yorgav yang masih saja memejamkan mata. Belin cemburu entah dengan siapa.

Tak lama sesuatu mengagetkannya, Belin hampir terperanjak karena benda itu. Telepon kamar berbunyi, dan Belin menduga-duga, siapakah yang menghubungi Yorgav se pagi ini. Mungkin penting? Mungkin ia harus mengangkatnya? Ia tak ingin membangunkan Yorgav-nya.

Diraihnya telepon yang berada tepat di samping ranjangnya tersebut.





[In Call]

"Good morning."

"WHO IS THIS? AND SHE SOUND WOMAN!" Belin, berteriak dalam batinnya.

"This is your wake up call service, and don't forget your date at nine o'clock, sir."

"...oh, thank you..!"





-






"A date?" Belin tanpa sadar tersenyum sipu nan malu. Persetan bila dirinya saat ini terlalu percaya diri, tetapi jiwanya begitu yakin Yorgav menyiapkan sesuatu untuknya hari ini.

Ia memutar tubuhnya cepat menghadap lelaki di ranjang itu karena terlalu gembira. Ia mendekatinya, menggapai wajah tegas milik Yorgav, lalu perlahan ia memejamkan maniknya dan mengecup bibir sang kekasih.

Tanpa Belin sadari, lelaki itu telah terbangun kala Belin mengangkat wake up call tadi.

Sneak out, Yorgav pun membuka kedua matanya, menatap sekilas pemandangan di hadapannya saat ini, seorang pria manis yang kini mengecup bibirnya, dan tanpa ragu ia membalas kecupan itu dengan lumatan. Tindakan Yorgav berhasil membuat Belin membuka kedua matanya sedikit panik dan menjauhkan tubuhnya dari sang kekasih.

"Um... Yory-"

"You woke me up, my dear."

"Aduh, Yory maafin yaa... aku... aku emang sengaja," kekeh Belin dengan suara pagi harinya yang cukup rendah, tanpa melewatkan kedua manik mata yang seakan ikut tersenyum dengannya.

replaced star [COMPLETED] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang