despise

67 3 1
                                    

✎✐








Direktur muda itu tak dapat melakukan apapun selain merampas kasar lembar kertas di genggaman sang Paman. Demi Tuhan, Yorgav bahkan tidak dapat mempercayai kalimat yang  diutarakan olehnya, tak mungkin kedua pewaris memiliki genetik dengan potensi kanker kan?

Tidak masuk akal.

Tilikan manik yang nampak kelelahan itu dengan cepat membaca hasil diagnosis miliknya. Menampilkan pantulan dari isi kertas tersebut di kedua bambinya, yang pula menyiratkan luka.

"No. This is bullshit!" gusarnya meremas lembaran kertas itu dan melemparkannya ke sudut ruangan.

"I'm afraid that's actually it is, Yorgav..."

Keponakan satu-satu miliknya itu nampak tak berdaya menundukkan dirinya di meja keagungan, meja Direktur Utama miliknya. Memejamkan mata, menolak percaya, dan berusaha menepis fakta.

Logikanya kembali merasakan sakit, dengan nafas yang kian sukar, ia memikirkan bagaimana caranya untuk menghentikan penyakit tanpa penawar tersebut.

"Yorgav...buat dirimu tenang. Kanker di dalam sana masih stadium awal, I'll stay with you during the healing period."

"You've got this! You hear me?"

"You hafta fight Yorgav! For your own good, for your own family...and for your love," diraihnya bahu sang keponakan agar dapat bangkit untuk melawan kanker di dalam tubuh Yorgav kini.

"Someone told me that he wanna get married soon. Ring a bell?"

Usai kalimat itu terlontarkan, Yorgav kembali mengangkat lirih kepalanya, menghadapkan pandang pada pria di depannya saat ini.

"Look! Someone has just stood up!" Lariknya begitu semangat berusaha memberikan energi positif untuk Yorgav.

"Uncle, I need your favor for this. I just, I wanna avoid a repetition of the past."







"You can count on me. Uncle sudah lama menganggapmu selayaknya seorang putra, Yorgav."

"Thank you will never be enough," sambung pemuda London itu dengan raut wajah penuh rasa terima kasih.

"First thing you gotta do, don't tell your boyfie about this yet. For now, white lie is the suitable option."

"For how long? It would cause me even greater pain, Uncle."

"As I said before, it is the suitable option at the moment, Yorgav."

Direnguhnya kembali rambut hitam miliknya tak lupa disertai lenguhan kecewa sedalam deru samudera, "Fuck...!"

"This is so fucking fucked up. I already detested it."














.

.

.















[In Call]

"My dear, you know I'll take the books in the uppermost shelves of the library out for you, right?"

"You know I wanna simply counting every number of your fluttering eyelashes as if they were mathematical formula, just to memorize every single one of 'em."

"You know how much I love you, do ya, Lin?"

"Yory...tumben banget? Ada apa? Iya kok aku tahu gimana sayangnya Yory ke Belin."

replaced star [COMPLETED] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang