locality

91 6 2
                                    


✎✐









[In call]

"Gimana London, Lin?"

"Kak Sen, cantik banget disini. Aku hampir gamau pulang malah."

"Awas kamu gak pulang, keluar dari kartu keluarga."

"Gapapa aku masuk keluarga Middleton aja kalo gitu, wlee. Udah ya Kak Sen, mau pacaran," sambung Belin dengan tawa tengilnya.

"Dih, alay-"

Panggilan itu diputus oleh Belin dengan kekehan geli.



Kini ia telah siap menjalani hari di Britania Raya. Pakaiannya telah terlampir sempurna dan Belin mengangkat tubuhnya dari kursi balkon kamar hotelnya. Belum sempat ia memutarkan tubuh jenjang nya tersebut, dua buah lengan menyapa pinggang ramping itu dan pelukan hangat menjamah bagian punggung Belin.

"Morning, my dear."

"Loh, pantesan wangi, Yory udah mandi ternyata?"

"Morning... my dear."

"Eh iya lupa aku, morning, love," kekeh Belin kembali.

"You gonna stop doing that," diraihnya kedua lengan Belin agar menghadap padanya.

"What??"

"Saying things that make me wanna kiss you, Lin."

"Is that a problem?"

"Yes, the problem is," titah Yorgav seraya menyenderkan keningnya pada Belin, "If i kissed you, i don't think i'd be able to stop, my dear."

"Yory, aku udah bersiap. Tega kamu kalo akhirnya bajuku lepas semua."

Senyuman melebar di wajah Yorgav, kedua pipinya memerah bersamaan dengan kelopak matanya yang hampir terkatup seluruhnya sehingga hanya menyisakan sedikit sorot mata penuh suka cita untuk pria Belandanya itu.





.





Selembut serayu pagi, senyuman yang kian terukir itu terasa begitu menyejukkan jiwa Yorgav. Belin terlihat sangat indah, Sang Pencipta meluangkan banyak waktu saat menciptakan lelaki di sampingnya saat ini.

Tak lupa genggaman tangan yang enggan lepas satu sama lain, mereka berjalan menyusuri jalan di samping sebuah sungai, yang lebih dikenal dengan nama Sungai Thames.

"Area ini bernama South Bank, Lin. Sungai yang kamu liat sekarang, namanya Sungai Thames."

"Cantik..."

"Yes u are, love."

"Noo! Sungainya maksudku Yory! Pengen deh naik perahu kecil sambil keliling di sungai nya London."

Yorgav hanya merespon dengan larikan senyum. Ketika tatapan mereka bertemu, senyuman tipis milik pria London itu merekah lebih apiknya. Lupakan gawai miliknya yang sedari tadi bergetar di dalam saku celana kargo oversized selutut itu. Ia tahu sang paman telah mencari dirinya semenjak 30 menit yang lalu. Bagaimana tidak, jam telah menunjukkan pukul 9.00 a.m, dan Yorgav diperuntukkan datang ke kantor dari satu jam yang lalu.

Pekerjaan tidak sepenting itu saat ini, Belin-nya adalah prioritas utama.

"Yory, kamu harus kerja."

"Hm?"

"Angkat telponnya Yory, jangan lepas tanggung jawab kamu."

"Aku masih punya banyak waktu, tapi kamu butuh tiap menit itu Yory. C'mon deputy director, I know u can beat it."

replaced star [COMPLETED] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang