torn

72 6 4
                                    


✎✐













"It's new year...and I won't be able to get in touch, neither be with you, Lin..."

"I'm so sorry, my dear..."

Dilanda rasa sakit yang menyerang fisik hingga batin, pria dengan wajah pucat pasi itu hanya menatap ke sebuah fireplace yang mulai menghangatkan tubuhnya.

Diantara kilauan pesta, ditengah keramaian kota, Yorgav menemukan dirinya seorang diri. Membayangkan senyum lirih sang kekasih, menafsirkan frasa dalam jiwa, untuk mengingat bambi pemikat sanubari milik sang pujaan hati. Sentuhan sepi dibawah perayaan kembang api, begitu sunyi bersarang di dalam hati.

Sial.

"I'll get back to you soon, I promise."







.









"Happy new year!" Sorak gembira mereka yang tengah menikmati masa gen z yang kini telah memasuki periode baru.

Halaman belakang milik kediaman Van rupanya tak mengecewakan, percuma Senzo yang telah berpikir negatif bila taman dengan luas tak seberapa itu terlalu minimalis untuk mereka. Nyatanya, suasana terasa begitu hangat dengan keadaan halaman yang tak seberapa itu.

Rumit, Belin ingin sekali merasa bahagia, melepaskan onggokan beban setidaknya untuk hari ini. Bagaimana rasanya dapat menikmati malam tahun baru dengan orang yang begitu kalian cintai? Belin tahu benar, dirinya kini dikelilingi orang-orang yang berharga di hidupnya, namun selalu ada yang kurang. Bambi cokelat yang nampak sedikit gelap dibawah lampu hias itu mengerjap pelan, membayangkan keindahan bila dia kini hadir bersamanya saling berhadapan.

Lagipula apa yang ia harapkan?

Pria London favoritnya itu tak pernah kembali menghubuginya. Nyatanya, ia ditinggalkan, untuk kedua kalinya.

Perlahan, manik rupawan itu menatap awan, berusaha menelusuk kebenaran yang hadir di hidupnya. Apakah harus sepahit ini? Mengapa kebahagiaan di hidupnya memiliki jangka waktu yang sangat singkat? Hamparan bunga cinta di dalam hati Belin satu persatu mulai layu, bersamaan dengan perasaan cintanya yang kian semu.

Oh, betapa menyenangkannya menjadi seorang yang berani berekspetasi tanpa perlu sakit hati dan berakhir merundungkan diri.

"Lin! Masi ada sisa nih sosisnya!" Pekik lelaki yang berhasil membuat dirinya kembali tersenyum tipis.

"Kak Sen, sisain buat yang lain. Mana tadi bacon nya abis duluan sama Kakak," sambung Belin menghampiri Senzo yang tengah membakar sisa sosis terakhir.

Tentu saja omelan Belin hanya ditanggapi oleh kekehan tak berdosa dari sang Kakak. Hingga saat Belin ingin kembali duduk, Senzo membuka suara, memulai pembicaraan dengan topik yang Belin hindari.

"Ada kabar dari dia...?"

"..."

"Lin."

Hingga akhirnya Belin memberanikan diri menatap manik Senzo yang tengah mencari sesuatu dibalik sorotan sendunya.

"Kak, mungkin Yorgav emang sibuk."

"Lin, he's not dead yet! Sesibuk apa sih sampe ngilang berbulan-bulan. Iya, kakak tau gimana jabatan pacar kamu, gimana tekanan dia selama ini, tapi kalo kamu pikir, lazim kah sibuk sampe ga ngabarin sama sekali dalam jangka waktu yang lama?"

"Kak, aku gamau bahas itu sekarang..."

Pria yang lebih tinggi dari Belin itu mengecilkan api pada panggangan miliknya, mengembalikan fokus pada obrolan kala menyadari orang-orang yang masih hadir di acara sederhana itu tak tergubris dan sibuk masing-masing.

replaced star [COMPLETED] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang