london date

97 5 0
                                    


✎✐






Pria London itu melepas tautan dari kedua bibir yang baru saja bertemu dan bercumbu tersebut dengan senyum simpul. Belum sempat ia mengutarakan sesuatu, Belin dengan begitu semangat mendekap tubuh jenjangnya.

Ada yang begitu rindu rupanya.

"Passionate Belin, how I love you," ucapnya lirih membalas pelukan sang kekasih.

Dekapan itu terlepas bersamaan dengan Belin yang menyadari lelaki tampan berambut hitam itu membawa sesuatu sedari tadi.

"Apa itu?" Tanyanya dengan manik berbinar.

"Your present, my dear," kekeh Yorgav begitu gemas.

Kotak berisikan sejumlah coklat penggugah selera itu Yorgav berikan pada pria di hadapannya kini.

"For real??" Bambi apik miliknya semakin membulat menandakan betapa senang perasaannya saat ini.

"Yory, padahal aku mau ngajak ke chocolate shop deket sini tadi. Beneran deh, emang hari ini aku agak cape jalan-jalan, jadi mau beli yang manis-manis, walaupun aku ga sebegitu suka manis si, cuman aku nunggu kamu selesai kerja dulu biar bisa barengan. Kok kamu tahu aku mau coklat?" Titahnya cukup panjang, hingga membuat yang lebih tua memandangnya penuh afeksi.


Selama 24 tahun hidup di dunia, tak pernah Yorgav tersenyum sesering ini.


Dark chocolate cashew di sore hari, di samping sungai Thames, bersama kekasihnya, bersama pria lokal yang tak dapat ia sangka akan hadir di hidupnya, bersama seseorang yang memiliki cukup banyak hati hanya untuk diisi oleh dirinya.

Bersama cinta terakhirnya, di bawah langit London.




.





"Tell me your day, my dear."

Berjalan beriringan seraya menggenggam telapak tangan Belin ditemani oleh kemilau sinar senja, Yorgav benar-benar menikmati tiap tarikan nafas yang ia buat saat ini.

"Yory, aku tadi ke art gallery! Dan aku ga nyesel jadiin itu tempat pertama yang mau aku kunjungin. Aku lumayan lama si tadi disana, bikin betah banget tempatnya Yory. Tadi aku juga main ke buckingham palace shop! Look!" Ucapnya dengan semangat seraya menunjukkan gantungan kunci penjaga khas buckingham palace tersebut pada sang kekasih.

"Maaf ya Lin, aku gabisa nemenin kamu tadi."

"Emm, sebenernya aku tadi dapet temen baru. Dia baik kok Yory, maksudku kami ketemu di art gallery, so i assumed hes a nice guy."

"Oh ya? Siapa, sayang?"

Lupakan apa yang akan ia katakan, Belin kini menolehkan pandang cukup cepat pada pria disampingnya itu dengan raut wajah terkejut hingga si empu tak menyadari larikan senyum kian lama kian melebar karena salah tingkah. Tak lama pria yang tak lebih tinggi dari Yorgav itu pun terkekeh manis.

"What? What is it?" Timpal Yorgav yang bahkan sedikit kebingungan dengan tingkah menggemaskan Belin yang begitu spontan tersebut.

"What are you call me again?"

"Sayang?"

Senyuman itu kian merekah bahkan menampakkan barisan gigi rapi milik Belin.

"I used to call you, dear, love, it's the same as 'sayang', iya kan, sayang?"

Angguknya kecil dengan satu kata, "Iya."

"Lin, berhenti ngalihin topik. And I can't handle your smile, oh my, i think my heart beating faster don't you hear it?"

replaced star [COMPLETED] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang