us n snow

82 7 1
                                    

✎✐











"Belin...? Wait, am I trippin'?" Pria itu menggosok kedua matanya hanya untuk memastikan lelaki di hadapannya kini bukanlah ulah imajinasinya yang terlalu merindukan sang kekasih.

Lantas ketika pandangan itu kembali bertemu dengannya, ingatan Yorgav seakan muncul tanpa aba-aba, manik coklat itu nyata, pria Belanda favoritnya benar-benar di hadapannya.

Belin, pria yang nampak begitu emosional itu, tanpa tunda-tunda ia memberikan dekapan paling hangat yang pernah Yorgav dapatkan. Payung yang semula menutupi keduanya dari salju itupun jatuh ke permukaan, kini kedua lengan Belin menumpukan seluruh hasratnya untuk memeluk sang kekasih yang begitu ia rindukan.

Pelukan penuh cinta dari Belin membuat Yorgav tak dapat menolong apapun selain membiarkan pelupuk netranya meneteskan bulir indah yang pula terjatuh ke permukaan putih di jalanan south bank. Kehangatan dari kedua jaket mereka yang saling bertabrakan membuat kenyamanan yang tak dapat tergantikan.

"My dear...it's really you. Oh God, oh my God I thought you had given up on us," ucapnya seraya menangkup wajah Belin dengan kedua tangan yang kian mendingin tersebut.

"What? Why would you say that? Of course not, Yory, don't ever think bout that again."

"I...I'm trying to contact you last night, but you're still unactive until now, Lin."

"It's because I have a flight, love. Mama udah cerita semuanya samaku," digenggamnya kedua tangan Yorgav yang masih menangkup wajahnya itu.

"Mama...? Kamu kapan ketemu mama, dear?"

"Kemarin hari wisuda ku Yory, mama ternyata dateng buat nemenin aku..."

"Oh no, I'm really sorry I wasn't there, I thought it will be next month?"

"Ga, jadwalnya dimajuin. Yory, kamu ga perlu sembunyiin penyakit kamu dari aku, mungkin kamu gamau aku ngalamin pengalaman yang sama kayak Yoel dulu, tapi lebih baik kalo kamu terbuka sama aku dari awal Yory, aku ga akan mikir yang ngga ngga soal kamu. Mungkin aku bakalan sedih, tapi cuman diawal Yory, sedangkan kalo kamu bohong gini, aku hampir kena serangan jantung di hari wisudaku waktu mama cerita semuanya."

"Dan...aku dengan paniknya kemarin sore langsung beli tiket pesawat. Untung di acc sama kak Sen...soalnya dia juga sempet jengkel samamu Yory," ucap Belin memanyunkan bibirnya.
















.

.

.
















"Duhh, Yory ada di kantor ga ya? Mama cuman ngasih alamat perusahaan aja soalnya," batin dalam dirinya yang masih berada di taksi hitam London.

Menemui sang mama dari Yorgav, Belin berekspetasi bahwa dirinya akan ditanyai perihal sang putra yang hilang tanpa kabar. Namun ternyata, wanita itu menemui Belin hanya untuk memberi tahu bahwa Yorgav mengidap kanker yang sama seperti sang adik dan telah melakukan pengobatan selama beberapa bulan terakhir. Curahan hati sang mama justru membuat dirinya hampir terbang arwah.

Sepanjang ia mengemasi beberapa pakaian yang diperlukan, embun pada pelupuk maniknya terus saja meneteskan air mata. Meskipun menurut mama kanker yang bersamayam di tubuh sang kekasih masih di stadium awal, rasa khawatir yang teramat sangat masih menghantui dirinya.

Memohon izin Senzo yang bahkan terlihat tak memberikan akses hijau untuknya pergi. Namun pada akhirnya, Belin ialah yang paling berharga di hidup Senzo, maka suka tak suka, kakak Belin tersebut menyetujui kepergian Belin di malam itu. Perjalanan selama 13 jam, termasuk keberuntungan bagi Belin dapat membeli tiket untuk penerbangan terakhir dengan tujuan London.

replaced star [COMPLETED] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang