last day

106 9 0
                                    

✎✐










"Tapi semua udah lewat, Yorgav. Sekarang cuma kenangannya aja yang abadi."

Belin tersenyum begitu damai seraya menatap sang pusat tata surya yang kian lama kian berwarna jingga kemerah-merahan, menyadari fakta bahwa merelakan semuanya adalah pilihan terbaik untuknya.

Yorgav yang merasa Belin telah selesai berbicara pun dengan halus menghapus air matanya sendiri, agar gerakannya tak dapat terdeteksi oleh pria manis disampingnya tersebut.


"Lagipula, yang kamu bilang bener kok."

"Yang apa Lin?"

"Kalaupun harapan aku ga kian terkabul, mungkin Tuhan memang punya rencana yang lebih baik buat aku," manik pria milik pria berdarah Belanda itu berpaling menghadap ke mata lawan bicaranya saat ini.

"Eh, Yory gapapa?? Maaf ya aku bikin kamu kebawa suasana sedih gini," panik yang dirasa kala ia melihat kedua netra cantik kepunyaan Yorgav berkaca-kaca dan mulai sembab.

"I'm sorry, Lin. I just can't help but start sobbing, orang itu pasti banyak berperan di hidup kamu. Kamu sampe se excited itu ceritain dia."

"I feel sorry for him... kelihatan banget kalo dia anak baik. Sayang keluarganya ga ngasih perhatian yang cukup ke dia."

"His family doesn't deserve him."


"Aku dulunya mikir gitu kok Yory. Tapi, dia sendiri yang minta ke aku buat ga mikir yang jelek-jelek soal keluarganya. Dia selalu ceritain kalo keluarganya pasti ada alasan biarin dia hidup sendiri disini."

"Dia gamau ada yang ngomong jelek soal keluarganya Yory. Tapi aku tahu, dia pengen banget ketemu sama mereka, yang katanya tinggal di negara lain."


-

"He... never thought us in a bad way...?"

-

"Actually, i just wanna tell u this, Yorgav."

"As our last day, I need to confess something..."

"I fall in love with u... every day. Every hour, every minutes, none of the things that u do to me are missed to make me fall in love deeper, Yorgav."

"Setiap hari aku berterimakasih ke Tuhan, karena kamu dateng ke hidup aku."

Pemandangan sunset di hadapan mereka dengan sempurna menyertai dua pemuda yang tengah diombang ambing oleh perasaan masing-masing.

"I love you," ucap lantang pria berambut biru itu.

"If there's a word that express more than 'I love you', I would give it to you, Lin. The word 'love' is not enough."

"My love is immeasurable nor undefined for u."

Kedua lengan dengan otot yang terbentuk itu perlahan terangkat, meraih wajah Belin yang diukir nyaris sempurna. Tatapan penuh cinta itu memusingkan untuk Belin pandang, bentuk mata indah milik Yorgav nampak menyerobot masuk ke dalam sukmanya.

Kepala keduanya semakin lama semakin mendekat, pandangan mata itu kini beralih ke bawah, ke benda berwarna merah muda yang belum pernah dari masing-masing mereka merasakannya.

Di hadapan matahari terbenam, kecupan singkat telah terjadi. Dengan beralaskan alas kaki, mereka duduk diatas pasir, dibawah langit senja, mengarah ke pesisir pantai yang kian pasang.

Ciuman singkat itu terlepas, Yorgav mengembalikan posisi nya, menjauhkan wajahnya dari Belin untuk memberi jarak setelah kecupan yang hanya sekedar menempel itu.

replaced star [COMPLETED] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang