London

121 6 2
                                    




✎✐












"Holy shit!"

Decak Belin kagum ketika kini kedua kakinya menapakkan diri di tanah Inggris, tepatnya di kota London Raya. Hal itu membuat senyuman terukir di wajah Yorgav.

Suasana kota yang begitu asri, dengan penduduk lokal yang sibuk dengan kegiatannya masing-masing. Banyak sekali gedung-gedung tinggi yang memiliki struktur dan model khas britania. Jalanan masih dominan dengan pejalan kaki, tetapi beberapa kali Belin melihat mobil serta Bus umum berlalu lalang mewarnai sepanjang perjalanan mereka menuju rumah Yorgav.

Kalimat Yorgav yang mengatakan bahwa London adalah cinta pertama bagi mereka yang baru menginjak kota London, ialah benar adanya.

Bagaimana tidak, monumen monumen bersejarah kian mereka lewati. Cuaca yang cerah tetapi cukup berawan membuat suasana di kota itu menimbulkan sedikit nostalgia.

London is such a dazzling place.

Setelah perjalanan menggunakan mobil Mercedes-benz seri Maybach s-class, yang tak luput membuat Belin terkagum-kagum dengan keluarga Yorgav, kini mereka telah sampai di rumah kediaman Middleton.

Dengan segala fasilitas mewah tadi, dapat dikatakan rumah kepunyaan keluarga Yorgav itu tidaklah dibangun dengan mewah. Belin bahkan sempat mengira-ngira bahwa rumah tersebut akan berdiri tegap luas layaknya istana, namun nyatanya tidak. Bangunan rumah keluarga Middelton hampir sama layaknya rumah penduduk di sekitar.

"Kita sampai Belin," ucapnya menatap yang lebih muda kemudian mempersilahkannya agar keluar mobil lebih dahulu.

Tidak semewah yang dibayangkan Belin, tetapi justru karena itu, Belin merasa rumah Middleton terasa begitu nyaman untuk dihuni.

"Ini rumah lama kami, my dear..."

"It's been a while,"

Belin menatap sekilas ke arah Yorgav, nampak pria dengan rambut hitam itu menyimpan genangan air mata di kedua maniknya.

"Kalian udah lama ga tinggal disini Yory?"

"Cukup lama. Beberapa bulan sebelum kematian Papa, kami pindah ke rumah yang baru... setelahnya, papa... mulai sakit-sakitan dan-"

Yorgav berhenti melarikkan kalimatnya ketika Belin tiba-tiba saja mengalungkan kedua lengannya pada leher pria London itu dan memeluknya erat. Belin tak sanggup bila mendengar cerita sedih lainnya.

Perlahan Yorgav menggapai pinggang ramping milik Belin dan ikut memeluknya dengan wajah Yorgav ia tujukan ke leher yang lebih muda.

"It's not a big deal now Yory. Kita masukin barang-barang kita yuk?" Senyumnya kecil.



"He's not complaining??" Yorgav membatin.



"Lin, kamu mau tidur disini?"

"Loh iya, emang mau tidur dimana lagi Yorgav?"

"Rumah ini kecil loh Lin, aku udah rencanain kamu nginep di hotel aja," perjelasnya.

"Terus kenapa kalo kecil? Aku suka kok, nyaman juga keliatannya."

"Kamu yakin?"

"Iya aku-"

"Hold on, my dear."

Tanpa diduga-duga, handphone milik Yorgav berdering dan ketika pemiliknya melihat nama kontak yang tertera, orang itu adalah paman dari Yorgav.



replaced star [COMPLETED] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang