Bab 09

7 0 0
                                    


Bab 9 Perjalanan dimulai!

"Jangan terlalu banyak gerak Dar, kuda ini tidak betah berjalan."

Sialan, pengemudi kereta kuda ku ini begitu cerewet. Sejak tadi selalu mengomeli soal gerakannku di dalam kereta kuda. Lagi pula kereta ini payah. Jauh berbeda dengan kereta kuda milik Kle. Gerak dikit saja, rasanya kayak gempa bumi khusus untuk pengemudi dan kuda-kudanya yang rewel itu.

"Enak saja mengaturku!" aku balik membalas ocehan pengemudi itu dengan ketus.

Pengemudi itu terdengar mengangkat kemudinya kasar, "dasar sialan!"

"Kenapa hah?" tanyaku songong, "tugasmu hanya membawa kereta kuda ini mengikuti arah rombongan ini berjalan. Lagipula yang memimpin rombongan ini temanku sendiri. Aku bisa meminta mereka untuk menghentikanmu. Tapi aku sedang tidak jahat, bersyukurlah. Lagi pula kamu beruntung dari yang lain, lihatlah, yang lain berjalan. Hanya beberapa saja yang mengunakan kuda. Merekapun orang penting. Jika kamu bukan pengemudi kamu akan berjalan di belakang sana."

Pengemudi itu mengeraskan rahangnya, Jan, itu namanya.

"Heh, andai saja kamu bukan temannya Tuan Puteri Kle dan Tuan muda Op, kamu tak akan bisa duduk di kereta kuda ini! Dasar kasta rendah."

Aku tertawa kencang, itu pasti menyebalkan bagi siapapun yang mendengarnya.

"Kamu kira aku sakit hati? Tentu tidak. Jika saja aku bukan teman Tuan Puteri Kle dan Tuan Muda Op aku tentu tak akan mati-matian ikut bunuh diri melawan Nyaga. Kamu tau? Aku di sini untuk temanku, kerajaanku. Ya, jika seaindainya aku tak seberuntung ini, tak berteman bahkan bersahabat dengan dua orang hebat itu, aku akan mengukir takdirku sendiri. Aku akan menaikkan kasta kedua orang tuaku. Tidak menghina layaknya dirimu. temanku saja, yang memiliki kasta tertinggi menanggis tak ingin kupanggil dengan gelarnya, dia juga tak pernah menginggung kastaku. Lalu Kamu siapa berani-beraninnya."

Jan terdiam, sedetik kutau, dia kalah berdebat.

"betapa buruknya nasipku jadi penngemudi keretamu."

Kalimat terahir yang kuderngar setelah kuputuskan untuk tidur dari pada menanggapi ocehan Jan si pengemudi cerewet itu.

***

"Ada binatang liar!"

Demi gemuruh bintang, aku terkejut. Kereta kudaku berjalan tidak teratur. Aku terguncang, tubuhku terpojok bibirku memonyong. Memalukan sekali posisiku. Sekejap aku bangkit mengintip dari celah-celah jendela.

"Op!" aku berteriak kencang. Jari-jariku lekas mengambil pedang panjang milik ayah.

Aku panik, Op hendak diserang oleh binatang aneh. Aku tak tau itu binatang apa. Wananya merah, matanya mengerikan. Dia tampak marah. Kakiku segera melangkah ke luar kereta kuda.

"Dar berhenti, dia berbahaya. Aku bisa menangani sendiri." Op menahan gerakanku. Jari-jarinya menari memutar pedang ukuran mini, hendak melayangkan, membidik layaknya panah ke binatang itu.

Kedua kalinya, "Berhenti!"

Aku bernapas gusar, apa lagi ini? Kle menghentikan gerakan Op yang sempurna. Kupastikan jika Kle tidak menghentikan, pasti Op akan berhasil membunuh binatang ganas nan mengerikan itu.

"Cepat serang!" teriak prajurit dibelakang, alisku tersentuh. Aku tengang sekali.

Kle kelabakan, keluar dari kereta kuda kedua kalinya. Kle berteriak kencang, "Jangan!"

Langkah Kle begitu anggun. "Dia terluka, bukan ganas!"

Aku menatap Kle tidak percaya. Ini hewan liar, makanya dia begitu ganas, bukan terluka. Aku menyangkal dalam hati, tak berani kuungkapkan.

"Tenanglah semuanya, aku yang akan bertangung jawab jika ada yang bermasalah dengan hewan ini."

Semua orang yang ada di rombongan Kle dan Op saling tatap. Mereka kebingungan, namun tak bisa apa-apa karena yang memerintahkan Kle, kasta tertinggi di rombongan ini.

Ya tuhan!

Cahaya hijau menyelimuti tangan Kle. Lekas, Kle mengalirkan cahaya hijau itu ke tubuh binatang liar yang hendak menyerangnya. Tampak serius, Ku yakin Kle sedang memperbaiki bagian tubuh binatang liar dengan baik. Ya, itu sistem sembuh, Kle begitu lihai mengunakannya.

Kle begitu serius. Aku yang panik, sistem itu pasti akan menguras tenaga Kle. Dayang Senior Tsi tampak pucat, khawatir akan Kle. Namun diluar dugaan, Kle tersenyum miring. Sepertinya dia berhasil!

Sekejap, binatang liar itu menunduk, memeluk Kle.

Air mata binatang liat itu terlihat. Sekali lagi menunduk mengucapkan rasa terimakasih. lalu melangkah pergi agar tidak menganggu rombongan.

Aku berlari merangkul Kle cepat-cepat. "Kle kamu tidak apa-apa?"

"Eh?" Kle bingung, "tak apa Dar, aku hanya bersedih karena binatang itu mengingatkan masa laluku. Nama binatang itu, S4. Dia begitu special. Aku sering bermain dengannya ketika aku bosan menunggu kakaku yang lama sekali belajar. Dialah yang mengajarkannku merasakan suara alam."

Aku tersenyum, syukurlah. "Oiya? Kamu ingi nmelanjutkan perjalanan lagi tidak?"

Kle mengangguk, melangkah anggun kearah kereta kudannya. Op kembali menaiki kuda putihnya yang gagah sedangkan aku juga kembali ke kereta kuda, bedanya aku disambut pengemudi cerewet itu.

"Menyebalkan sekali melihat wajahmu, Jan."

***

Semakin lama, dingin menyelimuti perjalanan, aku menggigil.

Kata Kle, perjalanan ini ttidak jauh, mencari tempat terdingin di wilayah Gdu. Artinya? Ini akan membahayakan Kle. Aku panik, beradu opini dengan pikirannku sendiri. Tidak, Kle gila sekali.

Ditengah pikiranku yang kacau, rombongan tiba-tiba berhenti lagi. Aku panik memperhatikan ke luar. Op sebagai pemimpin di depan tiba-tiba berhenti. "Ada apa ini?"

"Kalian berhenti dulu, aku akan memeriksa sesuatu." Suara Op yang bijaksana terdengar lantang sekali. Semua orang mengangguk patuh. Sedangkan Op mengarahkana kudanya ke kereta kuda Kle. Langkahnya yang gagah terjadi ketika dia memutuskan untuk turun dari kuda mendekati kereta Kle. Aku tidak tau apa yang dia lakukan, yang pasti dia berada di sana lama sekali. Senyum manisnya dapat ku lihat dari tirai jendela kereta kudaku. Pengemudi Kereta kudaku yang cerewet itu tak berbicara, sepertinya masih kebingungan apa yang akan dilakukan Op selanjutnya.

Tak lama, Op mendekati kereta kudaku. Aku panik sekali, menahan rasa salting yang sedari tadi muncul tak berlampu kuning.

"Dar?" Tanya Op dari luar kereta kudaku.

Aku membuka kereta kudaku, menyambut Op. "Ya Op ada apa kenapa ini berhenti? Ada masalah?"

Op mengeleng, "tidak ada, aku ingin memutuskan untuk istirahat di sini, apa kamu setuju?"

Aku memperhatikan sekitar, "apa di sini aman Op?"

Op mengangguk, "Kle mengatakan padaku di sini tempat yang aman. Aku tak bisa melanjutkan perjalanan dulu, pasti prajurit dan dayang-dayang kelelahan. Mereka berjalan sejak tadi. Ya, kita memang enak menggunakan kuda atau kereta kuda."

Aku lekas-lekas mengangguk. "Ya Op, kita harus istirahat. Bagaimana dengan kondisi Kle saat kamu mengunjungi kereta kudanya?"

"Kle sibuk membaca buku, entah apa itu. Dia begitu giat. Namun kuyakin, dia sebentar lagi akan membutuhkan ritualnya. Aku tak mengerti berapa lama dia akan bertahan dengan sistem sembuh yang dia miliki."

Aku mengangguk perlahan, "terimakasih Op. Selanjutnya ap ayang harus kubantu?"

"Nah, itu yang ingin kusampaikan. Tolong bantu aku memandu para dayang tuk menyusun kebutuhan makanan ya. Aku akan memandu prajurit untuk membangun tenda. Oiya, tolong pastikan Kle tetap di dalam kereta kudanya sampai semuanya beres. Aku tak ingin dia terlalu banyak bergerak. Biarlah dia membaca buku nolep di dalam kereta kudanya."

Aku tertawa, Tuan Puteri Kle, tuan puteri nolep sepanjang sejarah. Itu akan lucu sekali kalau saja dikenang begitu.

"Baik Op, aku siap membantumu."

***
13/12/22

Lesap [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang