Bab 07

11 1 0
                                    


Bab 7 aku tidak bunuh diri

"Aku tidak ingin menyalahkanmu, tapi aku tak mengerti apa yang kamu lakukan, sampai Tuan Puteri tak sadarkan diri."

Op melirikku bingung, lengkap dengan rasa takut yang menyelimutinya. Matanya takut-takut menatapku. Saat itu juga rasanya aku hendak menampar dahiku. Dari mananya aku menyeramkan? Justru sekarang aku taku, tatapan semua penghuni Kawasan Agung seakan menghakimiku.

Aku terisak, "Op ..."

"Aku tidak memandangmu seperti pandangan orang lain padamu. Jangan khawatir, ucapkan kesahmu. Apa masih berkaitan dengan Nyaga?" Tanya Op berusaha mencari tau.

Aku mengangguk.

"Awalnya aku memang ingin menetangnya. Namun inilah pengapdianku pada kerajaan Vol. Kita diberi kesempatan Dar. Kapan lagi kita akan dikenang sebagai pahlawan?"

Begitu mulianya hati Op. Orang yang paling menjengkelkan itu berbeda sekali. Ucapannya tak sebanding dengan sikapnya ketika bertingkah laku denganku. Pantas saja, Op digadang-gadang sebagai pengganti ayahnya kelak, Panglima perang paling hebat di sejarah Kerajaan Vol. Ternyata, selama ini, aku hanya menganggapnya rendahan. Padahal pada kenyataanya, akulah yang memiliki kasta rendahan.

"Lalu, apa yang harus aku lakukan, Op? Kle terakhir kali bersamaku dan Dayang Senior Tsi. Orang-orang akan berkata apa?" aku memucat, demi apapun, aku takut sekali.

"Caranya? Kamu harus perbaiki semuanya."

"Sendiri?" tanyaku ragu.

Raguku beralih, ketika Op dengan tegas mengulang perkataanku, "sendiri."

***

Rasanya semuanya lesap, semua semangat, energi milikku rasanya terlahap oleh satu peristiwa. Tubuhku sakit sekali, akibat tertidur di sofa kamar Kle dengan posisi terduduk. Kemarin malam, aku tak bisa pulang. Lubuk hatiku nan lemah itu menolak melangkah pergi. Wajah Kle nan pucat itu memberi goresan luka pada hatiku. Sakit sekali.

Semuanya tak akan sebanding dengan rasa sakit yang Kle rasakan. Aku sadar itu, itulah yang membuatku tetap bertahan tak beranjak pergi dari tempat ini. Lengkap dengan baju penuh bercak darah yang telah mengering.

Semalaman pula kumenangis, mencari tau bagaimana cara menyelamatkan Kle tanpa melawan Nyaga. Namun pribahasa 'usaha pasti sebanding dengan hasil' seakan tak terwujud padaku. Karma apa yang membuatku tersiksa begini, akupun tak tau-menahu.

Pergerakan Kle membuat ku beranjak dari sofa ini. Duh, tulang-tulang tubuhku berbunyi. Sialan sekali, aku menyesal tidak memperbaiki posisiku sebelum tidur.

"Dar, apa itu kamu?" Tanya Kle pelan, pelan sekali. Seandainya ruangan ini tak sunyi, aku pasti tak akan mendengar pangilannya. Terkesiap, aku mendekat dengan cepat. Aku penasaran sekali kondisi Kle, setelah apa yang kuperbuat kemarin.

Kle menatapku sayu, Ya Tuhan, aku tak kuasa sekali menatap wajahnya.

"Aku sudah tak apa, perbaiki kondisimu. Kamu seperti badut yang membangunkan kebo yang tidur sepanjang dia mau."

Tawa Kle terdengar, sialan, dia malah mengejekku.

Spontan, kulihat kondisi bajuku. Benar, berantakan sekali. Aku seperti hantu. Kondisiku begini, tapi berani-beraninya menyapa Tuan Puteri. Ini lawak sekali, aku malu.

"Seharusnya aku berganti pakaian dahulu, Tuan Puteri," aku membungkuk pada Kle. Hal paling tak biasa yang pernah aku lakukan.

Tangan Kle berusaha menyentuh tubuhku, tapi kuyakin dia tak mampu. Kle gagal mecapai tanganku, napasnya tercekat. Sekilas kudengar, "Tuan Puteri bukalah orang lemah sepertiku. Dar, kenapa kamu membungkuk padaku?" ini sepi, hanya kita berdua. Ada masalah?" Tanya Kle panik.

Lesap [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang