Bab 19

5 1 0
                                    

Bab 19 Anak Dayang Miliki Dayang Baru

Ada apa lagi ini, yaampun. Kepalaku rasanya ingin meledak. Rasanya gaenak banget. Baru aja kemarin dapat kabar gembira beruntun tak henti. Tapi hari ini? Rasnya aku ingin menghilang saja dari muka bumi. Aku tidak sanggup di push, untuk mencari penyelesaian. Selain Putera Makhkota Ken yang kembali diserang energinya sendiri, Kle ternyata juga. Aku tidak terlalu terkejut soal ini. Karena aku tau, keduanya memang memiliki keterkaitan satu sama lain.

"Dar, bagaimana ini?" Dayang Senior Tsi panik setengah mati. Keringatnya bercucuran deras. Bukan karena panas, tapi karena kepayahan menangani Kle. Sejak kemarin Kle belum juga sadar. Aku juga tidak mengerti apa yang terjadi. Padahal, aku kira hari ini Kle akan sadar. Makanya aku begitu menikmatai sepanjang hari ini.

"Ritualnya sudah dilakukan?" tanyaku pada dayang senior Tsi yang sudah frustasi. Kudunga, semalaham dayang paling setia ini tidak mengambil jatah istirahatnya. Dia seperti orang yang gila dan lesu.

"Ah, yaampun!" Dayang Senior Tsi menampar dahinya, syukurlah dia hanya lupa. Jika saja sudah dilakukan dan tidak berhasil, aku inggin pergi saj adari dunia ini. Itu Cuma satu-satunya cara yang aku tau tuk memulihkan Kle. "Baiklah Dar, sepertinya orang tua ini semakin sering teledor. Aku akan memulai ritualnya.

Dayang Senior Tsi sekejap menjadi sibuk, dia memandu banyak dayang untuk memanaskan air, serta melakukan pemanasan suhu di kamar Kle. Dayang Senior paling setia pada Kle itu memaksimalkan perforrmannya. Demi sang Tuan, Puteri Kle.

Ritual mulai dilakukan. Keringatku bercucuran, kali ini karena aku kepanasan. Suhu di kamar Kle diolah panas sekali. Agar tubuhnya yang membeku bisa mencair. Ekstrim sekali ritual ini. Pantas saja, selama ini Kle selalu mengusirsiapapun yang ada di kamarnya saat ritual pagi. Ternyata ritual ini tidak sehat untuk manusia bersuhu normal. Aku memutuskan untuk keluar kamar Kle. Berusaha bernapas lega. Yaampun sesak sekali di dalam, suhu panas mencekam membuatku merasa penggap dalam beberapa detik. Dayang Senior Tsi tampak biasa saja, dugaanku karena dia begitu terbiasa dengan ini semua.

"Mengerikan, demi apa aku tidak kuat." Eluhku ketika aku berhasil keluar dari kamar Kle. Sumpah, untung saja kakiku dapat berlari. Kalau tidak habislah riwayatku.

"Nona Muda?"
Aku mengangkat kepalaku, memandangi dayang tingkat 1 di hadapanku. "Kamu memanggilku?"tanyaku sambil mengangkat kaki. "Oh, sepertinya aku salah kira, maaf."

Dayang itu mengeleng cepat, "tidak Nona Muda, aku memang memanggil Nona."

Aneh sekali sikapnya, aku menatapnya dekat-dekat. Smapi dia merasa takut. Ekspresinya begitu tertekan. "Maafkan aku, tidak usah panggil aku Nona muda aku Cuma kasta terendah di sini."

Dyang itu menggeleng, "tidak Nona muda, Nona tidak salah dengar. Akulah dayangmu mulai hari ini. Para prajurit tingkat 4 yang selangkah lagi menjadi panglima biasanya memiliki dayang pembantu. Walaupun tidak satu persatu seperti keluarga kerajaan, panglima ataupun keluarga para menteri. Hanya satu dayang untuk satu keluarga."

Aku menyergit, itu gila sekali. Melayani satu keluarga? Apa tidak lelah? Pearturan kerajaan memang gila sekari. Aku tiada habis pikir kenapa keluargaku begitu betah mengabdi di istana ini bertahun-tahun. Bahkan ketika masih menjadi kasta terendah, keluargaku masih saja setia dengan apa aja yang dilakukan istana. Buktinya, ayahku yang menolak keras untuk aku ikut melawan Nyaga, malah mengikuti aku ketika aku bersikeras. Pengabdiannya terlihat tidak terlihat. Tapi bagiku ini sudah lebih dari cukup. Aku tak ingin keluargaku mengtuhankan keluarga istana dalam hidupnya.

"Hey, yang benar saja. Cuma sendirian lho kamu. Wah-wah gak bener. Itu bakal menyusahkanmu. Aplagi dapat majikan modelan aku. Kamu tidak akan hidup tenang."

Dayang baru itu tertunduk takut. Kasian sekali.

"Hahaha, maaf-maaf," aku Cuma bercanda. Lagipula aku tidak memerlukan dayang-dayang di hidupku. Aku sudah terbiasa hidup mandiri sejak kecil. Toh kebutuhan dan kewajibakutidak sebanyak Kle. Jadi kurasa dayang ini akan menganggur untukku. Kalau untuk ibuku? Wah aku tidak tau. Bisa jadi dia akan menjadipatner masak sepanjang hari untuk ibu. Aku tidak peduli dayang ini akan digunakan siapa. Yang pasti aku tidak membutuhkannya.

"Seharusnya akulah yang menta maaf Nona muda."

"Aku majikanku atau bukan, kalau aku salah. Ya aku salah. Jangan berlagak kamu yang salah terus. Aku tidak suka itu. Terus kalaukan apa niatmu di sini? Memperkenalkan diri di saat aku kelabakan menghadapi Kle dan Putera Makhkota Ken?"

"Baiklah Nona muda, di sini aku memang ingin memperkenalkan diri. Aku Dayang Ci, memang akulah dayang baru. Maafkan aku telah memilih keluargamu. Karena tidak ada keluarga yang menarik selain keluargamu, bagiku."

Aku mengangkat satu alisku tidak percaya, "oiya?" tanyaku santai. "apa uniknya keluargaku sampai kamu ngebet buat jadi dayang satu-satunya. Bakal melelahkan kalau jadi dayang satu-satunya di keluargaku. Keluargaku baru naik tingkat. Biasalah, terhaadap hal baru sedikit diluar dugaan, lebay."

Dayang Ci mengangguk sambil berdehem, "Awal mulanya aku kagun ibumu. Dia dayang yang begitu amanah. Baik hati dan suka mengajariku masak. Walau kini dia sudah naik tingkat, dia tidak sombong sedikitpun. Lalu Nona muda-lah yang membuatku tertarik. Nona begitu hebat. Aku ingin mengenal tentang Nona lebih dalam."

Aku berdecih pelan, kuharap Dayang Ci tidak mendengarnya. "Aku tidak sehebat yang kau kira. Aku keriting, jelek, berandalan, suka bolos, kabur, gak jelas, macam-macam lah. Justru kamu akan tersisksa ada di keluargaku."

Dayang Ci menggeleng, "tidak, jangan menakutiku. Justru dengan keunikkanmu aku akan belajar banyak hal."

Ya Tuhan, orang bentukan aku begini bisa dipelajari. Ngakak sekali rasanya. Aku tidak kuat untuk tahan tawa. Tawaku pecah, performaku rusak, lembur.

Dayang Ci ikut tertawa, malu-malu.

***

Sedari sadar tadi Kle masih saja memegang tanganku. Tangannya masih gemetaran hebat. Aku mengegamnya, berusaha menenangkannya. Agar Kle tenang perlahan-lahan.

"Dar?"

Ku tatap ekspresi Kle nan lesu. "iya Kle ada apa butuh apa? Ada yang sakit?"

Kle mengeleng cepat. Dia begitu kelelahan. "Tuan Putera Makhkota Ken gimana Dar? Apa dia baik-baik saja?"

Demi apapun, aku kicep setengah mati. Ken tidak baik-baik saja. Tapi bagaimana aku bisa katakana ke Kle. Kondisi Kle jauh tidak baik. Dia lemas sekali. Aku tak akan terima ketika Kle memaksakan diri menyalurkan suhu dinginnya ke Ken dengan Cuma-Cuma. Bisa jadi Kle akan menjadi seperti ini lagi.

"Ada apa Dar?" Tanya Kle penasaran. Sepertinya Kle dapat merasakan apa yang mengellilingi kepalaku. Dia begitu tanggap dan peka. "Dia tidak baik-baik saja kan? Firasatku tidak enak. Apa benar ya suhu kita sebenarnya saling melengkapi? Aku tidak tau, kenapa rasanya tidak enak."

Aku menganguk pelan. Aku tidak bisa berbohong.

"Dar, tolong buat kami bersebelahan. Aku akan berekseperimen untuk menyatukan dua suhuku dan Putera Makhkota Ken."

Aku terdiam, jangankan menyatukan kalian berdua. Masuk keruangan Ken saja dilarang keras.

***

18/12/22

Lesap [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang