Bab 15

6 1 0
                                    


Bab 15 Kita masih hidup

Kle-lah yang menyimpulkan. "Harapan terakhir? Kakakmu sudah meninggal? Artinya kamu Putera Mahkota?"

Ken mengangguk anggun. Aura kebangsawanannya terlihat sekali. Darah biru yang melekat pada Ken dapat kurasakan ketika hanya melihat wajahnya.

"Maafkan aku, aku tidak tau, Tuan Putera Mahkota Ken." Kle kendak duduk lalu hormat namun gagal, tubuhnya menolak mentah mentah. Kle meringis kuat.

Ken panik, "Tuan Puteri, jangan dipaksakan. Tidak usah hormat padaku. Aku dan kamu sebenarnya sama saja. Perhatikan kondisi kesehatanmu. Tuan puteri terlalu memaksakan diri untuk menyembuhkan otak-otakku. Aku berutang budi padamu."

Benar apa yang Ken katakan, Kle tidak baik-baik saja. Dia tampak menggigil. Tidak sangup menanggapi apa yang Ken katakan. Ken panik tanpa ampun. Dia terkesiap mengangkat tubuh Kle.

"Maaf, sebaiknya Tuan Puteri Kle kembali ke istana. Suhu tinggi di Wilayah Gdu akan merusak kesehatannya." Ken begitu berwibawa. Dia menepati satu persatu janjinya.

Aku mengangguk cepat, lagian hutan ini mengerikan sekali. Aku sampai takut memperhatikan kanan kiri. Walau sedari tadi aku hanya fokus pada Nyaga, Kle, keselamatan Op dan ayah.

"Ini pasti menyakitkan sekali bukan, Tuan Puteri?" Tanya Ken pada Kle yang sedari tadi terdiam menahan rasa sakit.

***

Ternyata dayang dan para prajurit tidak beralih dari tempat aku, Op, ayah dan Kle meninggalkan mereka. Para dayang dan prajurit begitu setia menunggu kedatangan kami kembali. Padahal, aku dan Kle sudah bersikeras agar mereka pulang, mengabarkan kematian yang sudah nekat memasuki hutan liar ini.

Wajah Para dayang dan prajurit tampak pucat. Di bawah suhu tinggi begini, tanpa melindung di atas kepalanya, ditambah lagi khawatir akan kabar yang sudah pasti akan buruk—perkiraannya.

Op langsung mengambil alih posisi. Lelaki manis itu kembali mengerjakan kewajibannya. Menjadi pemimpin utama rombongan. Kali ini, tujuan Op bukan laggi mencari di mana Nyaga berada. Tapi, kembali pulang membawa rombongan dengan selamat.

"Ayo semuanya bersiap, kita akan pulang secepatnya."

Tanpa bertanya, tanpa basa-basi Op langsung memutuskan untuk kembali. Kle-lah yang menjadi pertimbangannya. Padahal aku tau, para dayang dan prajurit menunggu penjelasan 'mengapa Tuan Puteri Kle, Tuan Muda Op, Si keriting Dar dan ayahnya tidak mati. Alih-alih, malah membawa lelaki asing nan tampan. Lleaki asing itu, Ken malah mengangkat tubuh Kle. Mencolok sekali untuk dipertanyakan' Jika aku menjadi mereka, para dayang dan prajurit. Aku akan cerewet dahulu, bertanya pada Op sampai Op terpaksa menjawab. Beruntungnya, aku ikut dalam peristiwa di dalam hutan Gdu, jadi Op tak perlu mengurus orang meresahkan seperti aku.

Mereka patuh sekali, aku terheran ketika para dayang dan prajurit langsung menyiapkan kedua kereta kuda. Menyiapkan diri, merapikan yang perlu dirapikan. Hormat dengan anggun ketika Ken meletakkan Kle dengan hati-hati di kereta kudanya. Ken, lelaki itu dipinjamkan kuda oleh salah satu prajurtit tingkat 2. Tak perlu terkejut, Ken begitu lihat mengunakan kuda. Meskipun sedikit kaku, karena telah lama menjadi naga jadi-jadian. pasti ia lebih sering mengoletkan tubuhnya dari pada menarik tari pada kuda.

"Maafkan aku belum menjelaskan hal penting ini kepada kalian."

Akhirnya Op membuka suara. Aku senang, akhirnya Op akan memberi penjelasan. Jujur saja, jika menjadi para dayang dan prajurit, sudah pasti aku akan mati penasaran.

"Kalian pasti begitu terkejut, aku, Tuan Puteri Kle, Dar dan ayahnya selamat. Aku sebenarnya tidak begitu yakin. Catatan sejarah yang aku tau, kebanyakan mengatakan, siapapun yang berani mengambil langkah melawan Nyaga akan mati. Apalagi pemilik suhu berkebalikan dengannya. Tapi ini sebuah keajaiban. Bersyukurlah kalian, karena telah diwariskan seorang Tuan Puteri yang pintar dalam menghadapi riset demi riset. Semua pemahamannya tentang masa lalu telah memberikan pengetahuannya cara melawan Nyaga. Uniknya, Nyaga bukanlah naga sungguhan, dia sebenarnya manusia. Perkenalkan yang disampingku, dia Tuan Putera Mahkota Ken."

Op membalikkan kudanya, itu menawan sekali. Sedangkan Ken mengangguk anggun. "Ya, akulah Nyaga yang kalian maksud. Maafkan atas kekacauan yang aku lakukan. Sungguh semua ini diluar kendaliku. aku sudah menceritakannya pada Tuan Puteri Kle, dua sahabatnya serta satu lelaki tua yang katanya ayah dari Dar, si keriting nan unik. Baiklah aku akan mengulanginya kembali. Perkenalkan aku Ken, dari kerajaan Mal. Aku penerus satu-satunya dari kerajaan Mal. Penerus terdahulu mati perlahan karena menjadi Nyaga. Entah karena membunuh penerima gen-gen sepertimu. Atau karena mati terbunuh. Mereka tidak memiliki pengetahuan untuk mencari cara hidup. Sedangkan seratus tahun lalu, penerus kerajaan berhasil lolos dari kutukan gen yang katanya 'istimewa'. Aku tidak tidak tau kenapa dia berhasil. Yang pasti, aku yakin aku memiliki harapan, seperti Tuan Puteri Kle. Aku kemari untuk mencarimu, namun aku terlanjur mati akal. Suhu panas membakar jalan pikiranku. Perlahan wujudku menjadi Nyaga tidak terkendali. Aku pasrah, demi apapun aku menyerahkan diri apa jadinya nanti. Walaupun sebenarnya aku tak ingin ibuku menangis terus. Karena melihat jasad anaknya yang kedua kalinya."

Para dayang dan Prajurit langsung mengolah formasi hormat.

"Tidak perlu hormat padaku, anggap saja aku hanyalah Naga yang berhasil di selamatkan oleh Tuan Puteri dari kerajaan kalian."

Ken begitu rendah hati sekali. Aku terpana melihatnya. Dia pemilik gelar tinggi yang luar biasa. Tidak sombong, alih-alih, dia malah begitu menghormati usaha Kle. Ken tipe manusia yang tau diri. Aku yakin, kedepannya dia akan mengabdi pada Kle. Tapi tunggu, aku baru ingat. Dia 'kan pewaris kerajaan, bagaimana caranya dia mengabdi pada Kle seumur hidupnya? Kini pertanyaan berikut mengellilingi isi kepalaku.

"Tidak Tuan Putera Makhkota Ken, dari mana kamu berasal, kami harus menghormatimu. Aku pernah tau soal kerajaanmu. Ya, kerajaan Mal, beberapa tahun belakangan ini begitu tertutup. Awalnya aku tidak mengerti kenapa, ternyata pewaris kerajaannya sedang dirundung gen—gen mengerikan. Dikit demi sedikit kalian mati karena turunan gen-gen layaknya Tuan Puteri kami, Tuan Puteri Kle. Awalnya aku penasaran sekali. Tapi kini, rasa penasaranku terbayar karenamu." Prajurit tingkat 2 itu menunduk hormat anggun.

Ken tersenyum senang, "terimakasih atas pengetahuanmu tentang kerajaanku. Ini sangat berharga sekali bagiku. Kukira kerajaanku sudah tidak dianggap lagi. Kami begitu menutup diri karena tidak ingin ada korban lagi dan lagi. Kutukan itu memang mengerikan." Tawa Ken mengiringi ucapanya.

Op mendekati kuda Ken, aku mengintipnya dari balik jendela. "Putera Mahkota, apa sudah tepat waktunya kita berangkat, maaf telah memotong pembicaraanmu."

Ken mengalihkan perhatiannya pada Op lalu mengangguk setuju, "kurasa harus segera berangkat. Nanti kita akan bercakap-cakap nanti soal kerajaaanku, Mal. Tuan Puteri kerajaan Vol membutuhkan waktu istirahat lebih banyak. Menyembuhkan otak-otakku yang terbakar bukan perkara yang mudah"

Semua orang mengangguk patuh.

"Putera Mahkota dari kerajaan Mal, juga perlu istirahat, saya tau itu. Walaupun menjadi Nyaga hampir duluan alam sadar, bukan berarti Tuan Putera Mahkota baik-baik saja."

Ken mengangguk anggun, selepas itu kami langsung berangkat. Dengan pasukan yang siap mengabarkan kabar baik pada Raja, Ratu, Putera Mahkota Van dan seluruh penghuni kerajaan Vol. 

***
18/12/22

Lesap [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang