Bab 17

5 1 0
                                    


Bab 17 Kasta Rendahan Naik

Dua Putera Mahkota itu lucu sekali. Mereka tampak sefrekuensi saat saling bercakap satu sama lain. Dua figur senasib sebagai pewaris kerajaan itu begitu lucu sekali ketika diperhatikan. "Kerajaan Mal sering aku temui di buku-buku sejarah kerajaan Vol. Rupanya, dulu kerajaan kita pernah saling bekerjasama."

Ken tampak antusias, "hey, betulkan Putera Mahkota Van?"

Putera Mahkota Van mengangguk cepat. Dia tak kalah jauh antusiasnya dengan yang Ken lakukan. "Iya, bahkan lahan-lahan subur di pengunungan Wilayah Gdu terjadi karena bantuan kerajaanmu. Tapi memang, peristiwa buruk tiba. Gen-gen kutukan itu mulai turun melewati darah-darah bangsawan kerajaan kita. Aku sedih sekali. Apalagi mendengar ceritamu, Tuan Putera Mahkota Ken. Kamu begitu kuat sekali menghadapi ketidakstabilan kekuatan yang tidak terkendalli itu."

Ken tersipu, "bukan apa-apa, kamu-lah yang hebat karena kuat dan tabah menghadapi musibah yang dialami adikmu, Tuan Puteri Kle. Sungguh, setau aku, suhu dingin memang meraja rela, tapi tidak merusak sepertiku."

Tangan Putera Mahkota Van menyentuh tangan Ken lembut. Dia menegaskan jika ini bukan kesalahan Ken sepenuhnya. Justru seharusnya mereka bersyukur karena telah selamat dari kutukan laknat itu.

***

Air mataku deras sekali ketika aku, Ayah, Ibu dan kakakku dipanggil tuk menghadiri menobatan naik pangkat. Ayah dinobatkan menjadi prajurit tingkat empat, ibu dinobatkan menjadi dayang tingkat empat sedangkan kakaku, dinobatkan menjadi prajurit tingkat dua. Sebuah kehormatan yang berarti untuk keluargaku yang mulanya hanyalah pemilik kasta terendah. Ini yang aku inginkan, bukan jabatanku yang naik, tapi jabatan kelargaku. Lebih tepatnya, senyum merekalah yang kunantikan saat ini.

Ternyata mengabdi dan setia pada sahabat sendiri tidak se-sadis mati karena bunuh diri. Aku yang tadinya dioloki si keriting yang brandalan, mencari mati karena memutuskan untuk mengikuti Kle mengalahkan Nyaga. Sekarang dapat menaikan jabatan serta martabat keluargaku. Tiada lagi yang berani mengolokku si kasta terendah. Aku kini berhasil mengangkat keluargaku di posisi yang tepat.

"Aku berterimakasih sangat, tidak bisa aku bayar dengan apapun, kurasa. Puterimu telah membuatku sadar, jika ternyata Puteriku tidak mati. Puterimu juga yang telah setia, mendampingi Kle sampai kini. Aku tidak menyangka. Kukira kejadian beberapa waktu lalu, membuat Dar berhenti untuk ikut bersama Kle. Padahal dua puluh tahun yang lalu, aku menyaksikan sendiri, kakakku mati sendirian. Sahabatnya yang setia tiba-tiba memutuskan kontak. Menyedihkan sekali di akhir hidupnya. Aku sampai tidak kuat mengingatnya kembali. Dia Puteri yang baik, tapi mati terbunuh, sia-sia."

"Maafkan aku Yang Mulia Raja, karena telah mengingatkanmu pada masa-masa kelam kakakmu, Puteri Ska. Sungguh, Tuan Puteri Ska tidak mati sia-sia. Justru Tuan Puteri Ska telah mengajarkanku dan Kle bagaimana menghadapi Nyaga, walau tidak langsung."

Raja mengangguk haru, "Puteriku selamat, itu lebih dari cukup. Aku berhari-hari berusaha belajar cara merelakan Puteriku, Kle. Tanpa takut, tanpa khawatir masa-masa kepergian kakakku terulang kembali. Sebagai Raja, selain menjadi ayah yang baik, aku juga perlu menjaga rakyat-rakyatku. Aku tidak boleh egois hanya memperhatikan keluargaku saja, tangungjawabku ada ratusan juta keluarga yang harus aku jaga. Aku sadar akun itu, walaupun beban seorang ayah juga aku tangung segenap hati. Ternyata kamu datang membawa kabar baik. Aku senang sekali. Selain kabar baik, kamu juga membawa wujud asli Nyaga. Aku sungguh penasaran dari dulu. Penasaranku terjawab berkatmu."

Ake menggeleng, ini semua bukan hanya karenaku. Ini juga karena Kle yang cerdas. Bukan juga hanya aku dan Kle, Ken juga memiliki pengetahuan yang bagus, aku yakin dia juga sedang mengendalikan kekuatanya mati-matian saat itu. Bukan hanya aku Kle dan Ken. Ada ayah dan Op yang menguatkan ku. Tidak hanya kami yang menjadi peran keberhasilan, ada pula rombongan yang setia menunggu. Mengantarkan kami pulang dengan selamat. Semuanya tidak berasal dari satu orang saja.

"Yang Mulia Raja, sungguh saya tersanjung atas ucapan terimakasih darimu. Sungguh, aku tidak berhasil sendirian. Ada Tuan Puteri Kle yang begitu cerdas mengetahui bagaimana cara menyembuhkan otak-otak Nyanga yang terbakar, Nyaga pula, Tuan Putera Mahkota Ken begitu tau dan memiliki pengetahuan yang tinggi dia menahan kekuatannya sekuat tenaga, begitu pula Op, dia begitu berani menguatkanku, serta Ayahku, juga berani menjadi tamengku selama di huta mengerikan itu. Terakhir jangan lupakan, alasan aku, Kle, Nyaga alias Tuan Putera Makhkota Ken, Op dan ayah selamat karena kesetiaan rombongan yang Op pimpin. Mereka menunggu kepulangan kami dengan selamat. Walupun aku tau, mereka pasti berpikiran kami akan mati, minimal kembali hanya bersisa jasad saja. Tapi mereka begitu yakin, di bawah udara Wilayah Gdu yang dingin, mereka setia menunggu kedatangan kabar baik dari kami."

Aku mengusap air mataku, omongku terlalu panjang. Raja begitu sabar mendengarkan coletehanku.

"Sungguh, kamu begitu detail Nak. Aku senang sekali mendengar pemaparanmu."

Aku berusaha mengangguk anggun walau itu kaku sekali rasanya.

"Selamat Tuan, Nona, puterimu begitu hebat dan berbakat."

Ayah salah tingkah, "Yang Mulia Raja lebih dari itu. Kami lebih bersyukur karena Yang Mulia Raja mengizinkan puteri kami berteman dengan Tuan Puteri Kel.Itu merupakan keberuntungan yang tidak terbalaskan. Mengenai gelar kami, terimakasih banyak Yang Mulia Raja. Kami tidak akan lupa atas jasa-mu Karen telah menaikkan posisi keluarga kami yang dari keturunan lalu—dulu tidak pernah berubah sekian tahun ke tahun, sedih sekali kalau diceritakan, Yang Mulia Raja." Ayah menunduk anggun, kupastikan ayah lebih lihat dariku yang kaku ini.

"Tidak, seharusnya akulah yang berutang budi padamu dan keluargamu. Kalian telah membantu Puteriku, Tuan Puteri Kle tetap hidup. Itu lebih dari cukup dari segalanya. Tangungjawabku sebagai ayah seratasi. Aku begitu lega dan tidak dihantui rasa bersalah. Mengakui jika mengizinkan Tuan Puteri ke hutan itu? Maksudku, mengizinkannya sama aja mengizinkannya bunuh diri. Pasrah, jika Puteriku tidak kembali."

Ayah mengangguk, tiada kata yang bisa diutarakan lagi. Ayah dirubung rasa bahagia. Senyumya merekah bagai bunga-bunga yang mekar dipagi hari. Menyenangkan sekali melihatnya.

"Baiklah, aku tau kalian lelah. Apalagi kamu Nak, Dar dan ayahnya Tuan. Selepas perjalanan panjang. Kalian butuh istirahat, melepaskan penat. Setelah ini akan kuarahkan para mengrajin bangunan serta tukang-tukang untuk memperluas bangunan rumah serta tanahmu. Aku sudah tau kondisi rumahmu dari Tuan Puteri Kle. Dia begitu memperhatikan kondisi keluargamu."

Aku mengangguk setuju. Sialan sekali, dari tadi aku hanya bisa menerima sambutan sana kemari. Seakan tidak ada waktu untukku menghela napas sejenak. Padahal, aku habis perjalanan jauh—padahal aku hanya tidur ketika di kereta kuda. Ya, maksudku ayahku—dia sepanjang jalan berjalan hanya mengunakan kedua kakinya. Itu pasti melelahkan sekali. Aku membayangkannnya saja, rasanya mau pingsan. Apalagi aku yang melakukannya. 

***
18/12/22

Lesap [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang