Bab 11

9 0 0
                                    

 
Bab 11 Pengemudi meresahkan

"Pagi nona yang kemarin mimpin para dayang-dayang."

Aku menghentakkan kepalan tanganku di papan melangkah. Jan tersentak, itu pantas untuknya. Lagian, berani-beraninya dia merusak suasana pagiku. Sudah cukup bagiku kemarin, seharian bertengkar dengan Jan. Rasanya muak sekarang melihat wajahnya lagi.

"Kita ini mau berangkat," hela napasku sejenak, "kamu jangan bikin aku lepasin kuda-kudamu. Atau membantingmu sekarang juga. Jangan banyak omong, lelaki banyak omong, kayak bandar ghosib aja."

Jan tak peduli dia masih saja bertingkah pongah.

"Bibirku ya bibirku, kamu tak bisa melarangku. Kamu juga seenaknya bertindah berandalan, tidak sopan—"

Brakk

Kuda-kuda Jan sontak menegang serentak. Hampir saja mereka melompat ketika aku dengan sengaja masuk ke kereta kuda tanpa aba-aba. Mana dengan kekuatan keras lagi, itu pasti mengejutkan.

Jan kesal, "tidak sopan!"

Aku tertawa puas, ini menyenangkan.

"Ayo semuanya bersiap kita akan segera berangkat!" teriakkan Op mengalihkan perhatianku. Op sedang mengatur pasukannya untuk bergegas. Sudah dari pagi tadi kami bersiap, merapikan tenda dan sebagainya. Namun karena membawa banyak orang, kita jadi butuh waktu lebih banyak lagi. Bahkan sampai jam segini belum sempurna persiapannya. Jangan Tanya Op bangun jam berapa. Kurasa dia tidak tidur guna memastikan pasukkan—rombongannya itu aman terkendali. Op memang calon panglima yang paling cocok diantara anak remaja lelaki seusianya.

"Op, ini sudah dekat. Akan ada binatang bersuhu dingin yang menyambut kita. Jika sudah ada, berarti tak lama, tujuan kita akan sampai."

Kle begitu sumringah, aku mengintipnya dari balik jendela. Benar apa katanya, Kle akan baik-baik saja pagi ini. Kle begitu rajin mengolah sistem sembuhnya serta melaksanakan ritualnya. Hingga hasilnya tidak mengkhianati usahanya.

Buktinya pagi ini Kle begitu bersinergi mengarahkan prajurit dan dayang-dayang untuk menyusun strategi. Dia bahkan masih sempat-sempatnya mencatat di tengah kesibukkannya.

Dari balik jendela pula aku menyaksikan Op mengangguk patuh. Lelaki manis itu dengan tegas memberangkatkan rombongan tepat setelah dua menit Kle masuk dalam kereta kuda.

***

Aku bagai diperingati Kle. Sialnya, oh demi gemuruh bintang. Binatang bersuhu dingin itu malah menyerang kereta kudaku. Aku tak tau apa yang harus aku lakukan. Masih dalam keadaan otak block, aku mengambil asal pedang dari ayah, berusaha mengancam binatang itu, namun tidak berhasil.

Tidak berhasil kenapa? Karena—

Bodoh!

Aku masih di dalam kereta kuda, bagaimana aku akan memamerkan kelihaianku bermain pedang. Tolonglah, aku terjebak di dalam kereta kuda. Payahnya kereta kuda ini tidak bisa diam, aku kesulitan tuk membuka pintu. Sialan kau Jan. Jan mengendara dengan panik. Perkiraanku, dia sedang menghindari binatang bersuhu dingin itu. Jan telalu kasar, kereta kudaku terhuyung kemana-mana. Kuda-kuda yang membawa kereta kudaku bergerak gegabah. Aku dibanting kesana-kemari.

Jan, sudah berteriak sedari tadi. Kereta kuda oleng jalannya. Aku mual, Jan tidak terkendali.

Jangankan turun dari kereta kuda ini, bergerakkpun aku kesulitan. selain mual yang melanda, kereta kuda ini bergoyang tak teratur. Aku terbanting kesana-kemari. Ya tuhan, aku tidak bisa apa-apa sampai Jan berhenti mengemudi. Dia terlalu panik, padahal aku yakin, binatang itu tidak seganas yang Jan maksud.

Lesap [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang